Chapter 23

2K 194 13
                                    

Sure Thing
Chapter 23
----------
Author pov
Soojung berkali-kali menghembuskan napas panjangnya. Tidak mempedulikan tatapan bingung dari para staff SM maupun member F(x).
Hari ini SMTown akan digelar di Shanghai, China. Para artis SM sudah sampai di China tadi malam. Mereka diberi waktu beristirahat di pagi hari karena malamnya mereka akan tampil.
Berbeda dengan artis yang lain, Soojung sampai di Shanghai pada pagi harinya dengan manajer oppa. Membuat member F(x) tidak bisa tidur dengan tenang memikirkan Soojung. Namun bukannya menjawab kebingungan dari membernya, Soojung memilih bersembunyi di dalam kamarnya sendirian. Tanpa ditemani siapapun. Ketika sudah jam 3 sore barulah Soojung keluar membuat para membernya bernapas lega.
Tapi kelegaan itu segera berakhir karena keterdiaman Soojung hingga malam ini. Ketika mereka akan tampil. Perempuan itu masih tak bergeming. Mulutnya terkatup rapat seolah tidak akan ia buka.
“Nona Jung, aku tidak bisa meriasmu jika kau terus menangis” Ucap perias F(x) ketika Soojung terus saja mengeluarkan air matanya. Meskipun nyaris tak terlihat oleh orang lain, namun perias mereka mampu melihat karena ia berada sangat dekat dengan Soojung.
“Maafkan aku. Sepertinya ada debu yang masuk” Ucap Soojung pelan. Nyaris tak terdengar.
Sang perias tersenyum tipis lalu menghapus jejak-jejak air mata Soojung. Sudah bertahun-tahun ia dipercayakan untuk merias F(x) ketika akan tampil. Ia tahu bahwa nonanya itu memang menangis. Air mata yang keluar karena debu berbeda dengan air mata yang keluar karena kesedihan. Apalagi ia juga sudah tahu beberapa masalah yang sedang dihadapi oleh Soojung saat ini.
“Aku akan merias lagi. Kalau terkena mata katakan saja aku akan lebih hati-hati” Ucap sang perias.
Soojung mengangguk pelan. Menatap dirinya melalui pantulan cermin di depannya. Apa dirinya terlihat seperti orang yang angkuh? Atau seseorang yang rapuh? Ia tidak tahu. Meski ia bersikeras menjelaskan bahwa dirinya tidak angkuh, orang-orang yang menilai hanya dari penampilannya tetap akan mencela. Tidak ada belas kasihan sedikitpun.
“Nona Jung. Kau sangat cantik”
Soojung masih terdiam. Bukannya tidak mendengar. Ia hanya ingin sendiri saat ini. Ia sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun. Termasuk membernya.
Ia memejamkan matanya mencoba mencari ketenangan ketika sang perias mulai mengoles lipstick berwarna tipis ke bibirnya.
Bukannya merasa tenang, pikirannya malah melayang mengingat pertemuannya dengan Kai. Kesepakatannya dengan Tuan Lee dan drama yang tengah ia mainkan. Ia tidak mengerti, meskipun ia sudah mencoba yang terbaik dengan sangat keras, hasilnya tidak sesuai yang ia harapkan. Ia terluka dengan semua yang ia lakukan. Seperti tidak ada yang berhasil ia capai. Yang ia lakukan hanya membuat orang lain merasa puas, sedangkan dirinya menderita sendirian.
Ia ingat bagaimana reaksi orang-orang ketika berita itu muncul. Dimana pembelian alat pengaman dalam struk belanja milik Kai tersebar.
‘Aku lihat tubuh Soojung sedikit gemuk. Apa artinya ini...’
‘Tidak heran. Mereka terlihat sangat mesra. Bahkan berkencan di hotel’
‘Ini sangat masuk akal. Mereka berkencan di hotel. Bahkan Soojung gemuk sekarang’
‘Mereka benar-benar tidak tahu malu’
‘Harga dirinya benar-benar sudah tidak ada sekarang’
‘Mengerikan. Aku berani jamin perempuan itu akan mengikuti jejak kakaknya untuk keluar dari SM’
‘Bagaimana mereka bisa melakukan ini. Bahkan usianya masih sangat muda’
Bagai dihantam batu besar, Soojung merasakan hatinya sangat sakit dengan dada yang sesak.
Ia kembali mengingat percakapannya dengan Kai kemarin. Sebelum ia berangkat ke Shanghai.
Flashback on
Soojung menatap nyalang ke arah Kai. Lalu detik berikutnya tamparan keras mendarat di pipi pemuda itu. Wajahnya memerah menahan tangis dan amarah yang membuncah.
“Kenapa?”
“Soojung maafkan aku. Itu bukan milikku. Sungguh. Struk belanja itu memang milikku, tapi alat pengaman itu bukan milikku. Aku bersungguh-sungguh dengan itu”
“Lalu milik siapa? Kenapa ada di struk belanjamu? Dan kenapa kau membiarkan orang lain melihatnya?”
“Alat itu milik staff SM yang kebetulan sedang belanja bersamaku. Aku tidak tahu bagaimana struk itu ada di tangan orang lain dan menyebar luas. Aku serius Soojung”
“Kau tahu apa yang sudah aku lalui karena drama menjijikkan ini? Aku kehilangan penggemarku. Aku kehilangan kepercayaan diriku. Aku bahkan kehilangan cintaku. Apa lagi yang kau inginkan? Aku sudah kehilangan begitu banyak lalu apa lagi yang kau inginkan..”
“Cukup percaya padaku Soojung”
“Bagaimana aku bisa percaya padamu? Bahkan ketika pertama kali kita bertemu lagi di Busan, aku sudah dijebak. Kalian sudah membuat skenario sampah seperti ini. Omong kosong kalau aku harus percaya padamu”
“Tidak Soojung. Aku juga tidak ingin semua ini terjadi. Aku, walau bagaimana pun juga tidak ingin melibatkanmu. Tapi kau tahu aku tidak bisa apa-apa. Begitu juga denganmu”
Soojung merasa lututnya lemas. Jadi ia membiarkan dirinya jatuh di atas lantai berwarna putih itu. Menahan sekuat mungkin agar air matanya tidak tumpah di depan Kai.
“Aku juga tidak tahu kau akan ikut ke Busan. Aku tahu saat di perjalanan. Manajer memberitahuku bahwa kita akan berangkat bersama-sama. Aku juga menolaknya. Tapi tetap saja akhirnya aku hanya bisa menurut” Kai berjongkok. Tepat di depan Soojung.
“Lalu bagaimana kau bisa menjelaskan struk itu. Kau tidak membantah. Kau hanya diam saja. Apa kau sedang membuat orang-orang berpikir kita memang melakukan hal itu? Benarkah begitu?”
“Maafkan aku Soojung. Agensi menekanku. Mereka hanya memintaku untuk diam. Tidak perlu membantah. Berita itu akan mereda dengan sendirinya”
Flashback off
“Brengsek” Teriak Soojung membuat semua yang berada di ruangan itu tersentak.
Terkejut bukan main mendengar teriakan dari Soojung yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Bahkan wajah perempuan itu sangat merah dengan tangan yang mengepal kuat.
Beruntungnya Soojung karena setidaknya di ruangan itu hanya ada 2 orang staff dari SM, 3 penata rias dan keempat member F(x). Tidak ada artis lain di dalam ruangan itu.
“Soojungie” Panggil Victoria pelan. Berharap Soojung akan merasa tenang.
“Kalian bisa keluar. Kami akan mengurus Soojung” Ucap Luna meminta para staff untuk keluar dari ruangan itu dan menutup mulut mengenai masalah ini. Bagaimana pun juga mereka tidak ingin berita bahwa Soojung berteriak memaki sampai tersebar keluar. Perempuan itu bisa diserang oleh para haters lagi.
“Aku baik-baik saja” Ucap Soojung ketika Victoria mendekatinya. Ia mengambil bedak di depannya lalu mulai memoles wajahnya yang masih merah itu.
“Soojung kau tidak harus melakukan ini. Kau bisa beristirahat” Ucap Victoria. Ia ikut duduk di sebelah Soojung. Sedangkan Luna dan Amber di sebelah kanan Victoria.
“Aku baik-baik saja. Hanya mimpi buruk” Ucap Soojung pelan. Tangannya masih sibuk memoles bedak.
“Kau bisa menceritakannya padaku Soojung. Atau setidaknya keluarkan semuanya. Jangan menyimpannya sendiri. Kau tahu, ini sangat menyakitiku”
Gerakan Soojung terhenti. Ia menatap Victoria melalui cermin di depannya, “Apa aku harus keluar dari sini Vic-omma?”
Victoria tersentak. Begitu juga dengan Luna dan Amber. Mereka benar-benar terkejut mendengar penuturan tidak terduga dari Soojung. Selama ini perempuan itu sangat bersemangat dalam grupnya. Bahkan ketika ada salah satu member yang menyerah, maka tidak segan-segan ia akan memberikan ceramahnya sepanjang malam. Tapi kenapa ia malah berbicara seperti itu.
“Aku bahkan sudah dibenci sejak pertama kali aku debut. Kenapa mereka membuatku semakin dibenci seperti ini”
Victoria mengelus punggung Soojung lembut, “Kita bisa melewatinya Soojung. Percayalah. Kami selalu ada untukmu”
Soojung menundukkan kepalanya. Mengigit bibir bawahnya kuat-kuat agar tidak keluar isak tangis yang selama ini ia tahan. Tangannya erat menggenggam selimut yang menutupi pahanya.
“Aku salah apa? Kenapa semua orang menyalahkanku?” Soojung semakin erat meremas selimut cream itu hingga membuat kukunya memucat.
“Soojungie” Bisik Victoria menatap Soojung sendu. Ia tidak tahu kalimat apa yang harus ia ucapkan untuk menghibur Soojung atau setidaknya membuat perempuan itu tenang. Sepertinya tidak ada.
Soojung menarik nafas dalam-dalam bersamaan dengan air mata yang perlahan mulai menetes. Mengenai tangannya sendiri di atas selimut.
“Aku juga mengalami masa sulit..” Jeda sejenak. Soojung menghirup udara yang terasa sangat sulit masuk ke dalam hidungnya, “Sangat sulit hingga rasanya aku ingin mati saja”
Victoria terdiam. Ia bisa merasakan bagaimana rapuhnya Soojung sekarang. Perempuan berwajah dingin itu tidak lagi memakai topengnya. Tidak ada lagi mata tajam yang menatap seolah penuh kekuatan. Sekarang hanya ada Tekanan. Kekecewaan. Dan keputus asaan. Maknae grupnya tengah mengalami hal besar seperti ini. Bukan hanya dirinya, tapi Luna, Amber dan juga Sulli tidak menduga bahwa Soojung akan mengalami tekanan seperti ini di usianya yang sangat muda.
Bahkan Amber merasa hidup ini sangat tidak adil. Ia lebih kuat dari Soojung. Kenapa tidak melimpahkan semua masalah ini padanya? Jessica keluar dari SM dan Girls Generation. Soojung tidak bisa bermain bersama lagi di atas panggung. Lalu ia harus memainkan drama yang tidak ia inginkan sama sekali. Menghadapi cemoohan dari orang-orang yang membencinya. Apa semua masalah itu belum cukup?
“Kenapa semua orang kejam padaku” Bisik Soojung. Bahkan suaranya nyaris hilang sekarang. Bukan karena ia sedang sakit. Melainkan karena bibirnya tak mampu untuk bersuara sedikitpun ditengah rasa sakit yang mendera hatinya.
“Soojung-ah. F(x) menyayangimu. Ingatlah saat pertama kali kita bertemu. Kau sangat memimpikan untuk bisa debut bersama-sama. Dan keinginanmu terkabul. Kita sudah bersama sekarang. Ada MeU yang selalu mendukungmu. Tidak peduli seberapa banyak orang yang berusaha menjatuhkanmu, selalu ingat ada lebih banyak orang yang mencintaimu. Kau tidak akan membuat kami kecewa. Kau tahu itu” Ucap Victoria. Tangannya bergerak menggenggam tangan Soojung yang mulai berkeringat dan memerah karena terlalu kuat meremas selimut itu.
Soojung memejamkan matanya rapat-rapat. Membiarkan air matanya lolos begitu saja dengan mudahnya. Ia bahkan tidak peduli jika wajahnya menjadi jelek sekarang. Ia benar-benar tidak peduli.
Dalam hati kecilnya ia berharap bahwa saat seperti ini Jessica akan datang padanya. Menghapus jejak air matanya dan menghiburnya. Tapi harapan hanya harapan. Jessica tidak akan melakukan hal itu lagi ketika Soojung sedang bersedih sebelum tampil. Mereka tidak lagi bersama dalam satu rumah. Mereka sudah terpisah.
Amber beranjak menghampiri Soojung. Ia berjongkok agar melihat wajah perempuan itu yang masih memejamkan matanya dengan air mata yang masih mengalir. Perlahan tangannya terulur untuk mengelus pipi Soojung. Membiarkan air mata itu membasahi tangannya.
“Princess. Kau bisa meminta servantmu untuk melakukan sesuatu. Kau ingin aku membakar gedung SM? Akan ku lakukan”
Soojung terdiam. Untuk sejenak tidak ada suara isakan lagi yang keluar. Hanya ada suara hembusan nafas dalam yang keluar dari mulut Soojung.
“Jangan menangis lagi. Oh tidak. Kau boleh menangis. Tapi nanti setelah kita bertemu dengan MeU. Kau tidak ingin orang yang mencintaimu melihatmu menangis kan? Kau tidak ingin mereka khawatir padamu. Iya kan Princess?”
Soojung membuka matanya. Mencoba menyesuaikan penglihatannya yang terlihat buram. Dan ketika ia berhasil melihat dengan benar, orang yang pertama kali dilihatnya adalah Amber. Dengan senyum manis menatapnya.
“Atau kau tidak akan tampil malam ini? Tidak apa. Kami bisa memberitahu mereka kalau kau mendadak sakit cacar”
Soojung memukul pelan pundak Amber. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. Tanpa ia sadari tentunya, “Aku akan tampil. Tenang saja”
Amber beranjak menuju meja rias. Ia mengambil kacamata hitam miliknya lalu kembali ke hadapan Soojung.
“Ini. Pakailah. Pasti terlihat sangat keren” Amber memakaikan kacamata itu tepat menutup mata Soojung. Membuat mata sembab itu tidak terlihat lagi. Namun detik berikutnya ia kembali melepaskan kacamata itu membuat kening Soojung mengernyit.
“Sebelum itu aku harus memoleskan bedak ke pipimu. Disini terlihat sangat pucat” Ucap Amber lalu mengambil bedak di atas meja rias lalu mulai memoleskannya secara perlahan ke wajah Soojung. Setelah selesai ia kembali memakaikan kacamata itu, “Sudah. Princessku sudah cantik sekarang”
Soojung tersenyum tipis. Menatap Amber dibalik kacamatanya, “Terima kasih kalian sudah menyayangiku”
Luna ikut beranjak. Menghampiri Soojung dan memeluknya erat, “Kau adalah adikku. Bayinya F(x). Cepatlah dewasa dan jadilah kuat”
Soojung mengangguk pelan. Membalas pelukan Luna. Satu detik kemudian Victoria dan Amber sudah ikut bergabung dalam pelukan hangat itu. Saling memberikan kekuatan melalui pelukan penuh makna itu.
----------
Soojung pov
Lagu Red Light milik F(x) mulai terdengar. Kami bergerak mengikuti alunan musik. Mulai berkonsentrasi sepenuhnya pada lagu. Teriakan-teriakan dari para penggemar mulai menggema, ikut menyanyi bersama F(x). Hatiku menghangat melihat reaksi mereka. Vic-omma benar, aku hanya harus memikirkan orang-orang yang mencintaik. Tidak perlu peduli pada orang yang berusaha menjatuhkanku. Ya, Vic-omma, aku akan bekerja lebih keras lagi.
Namun ketika sudah memasuki ref kedua, nafasku mulai pendek. Aku tidak tahu kenapa. Tapi rasanya semakin sulit udara masuk ke dalam hidungku. Lampu sorot yang tiba-tiba saja mengarah pada kami tiba-tiba saja membuat kepalaku berdenyut. Kenapa rasanya sakit? Ada apa denganku.
Aku merasakan kakiku bergetar. Tidak. Kumohon jangan pingsan di atas panggung lagi. Kali ini saja. Tubuhku mulai limbung. Namun dengan segera aku menggigit bibir bawahku kuat berharap rasa pusing yang menyerangku akan hilang sekarang.
‘Benar-benar tidak tahu malu’
‘Aku memang tidak suka pada Jungsis. Mereka sangat palsu’
‘Dia menyerahkan hal paling berharga demi kekasihnya’
‘Menjijikkan’
Kenapa kata-kata itu tiba-tiba berputar dalam otakku. Dadaku terasa semakin sesak. Membuatku semakin kesulitan bernafas. Aku memejamkan mata rapat-rapat. Kenapa waktu berjalan sangat lambat sekarang.
Kau pasti bisa Soojung. Jangan pingsan di panggung. Kumohon...
‘Ne appaui red light’
Dan berakhir. Aku berdiam sebentar pada pose terakhir kami. Lalu dengan segera beranjak untuk segera turun dari panggung. Ku lihat Amber mengulurkan tangannya. Tapi aku sudah tidak kuat sekarang. Tidak ada waktu lagi untuk berhenti.
Hampir sampai. Bertahanlah. Tidak ada pingsan di atas panggung lagi. Tidak akan.
Kenapa semakin pusing disini. Kenapa penglihatanku semakin mengabur. Dan ketika kakiku melangkah hendak  mencapai tangga kakiku sudah lemas dan mataku sudah tertutup sempurna.
----------
Amber pov
Aku sudah merasakannya sejak tadi. Bagaimana kaki jenjangnya bergetar selama beberapa saat. Nafasnya yang tidak beraturan dan tubuhnya yang akan limbung. Tapi aku bisa apa. Tidak mungkin aku membawanya turun dari panggung di tengah penampilan kami. Maka aku hanya memperhatikannya, berjaga unttuk segera menolongnya ketika terjadi hal buruk.
Dan Soojung benar-benar jatuh tepat ketika hendak turun dari panggung. Dia pasti sudah menahannya dengan sangat keras. Komentar kebencian yang didapatkannya dulu ketika pingsan di atas panggung mungkin membuatnya kuat dan bertahan. Tapi Soojung juga manusia, sekuat apapun ia berusaha, tubuhnya tidak bisa berkompromi dengan baik. Tapi setidaknya ia jatuh di saat yang tepat. Lampu-lampu sorot sudah dipadamkan hingga akan sulit para penggemar untuk melihat bagaimana akhirnya tubuh Soojung limbung tidak sadarkan diri.
Aku berjalan cepat melewati lorong-lorong hotel. Setelah pingsan, Soojung segera di bawa kembali ke hotel. Sedangkan aku dan yang lain harus tetap tinggal hingga acara berakhir.
Dan kini, setelah semua acara berakhir aku dan member yang lain segera menyusul Soojung ke hotel. Apa dia sudah sadar?
Vic-omma yang pertama kali membuka pintu kamar hotel dan masuk. Aku dan Luna mengikuti dibelakangnya. Ku lihat Soojung sudah membuka matanya. Ia tengah duduk bersandar dengan televisi yang menyala.
“Sudah merasa lebih baik Soojung?” Vic-omma duduk di tepi ranjang. Tangannya terangkat menyentuh kening Soojung, “Demammu sudah turun”
“Aku demam?”
Luna mengangguk, berdiri di sebelah tempat tidur, “Kau sempat demam tadi. Tapi tidak terlalu tinggi. Dokter sudah memeriksamu. Amber akan menjagamu malam ini dan akan memastikan kau makan dan minum obat teratur”
Aku tersentak. Secepat kilat menatap Luna tajam. Namun sepertinya perempuan itu tidak menghiraukan tatapan protesku. Bukannya aku tidak mau menjaga Soojung, hanya saja aku merasa canggung. Entah untuk alasan apa. Mungkin karena kami sudah tidak berbicara selama beberapa hari.
“Tidak apa unnie. Amber juga lelah dan butuh istirahat”
“Aku akan disini malam ini. Tidak masalah Soojung” Aku berseru cepat setelah Soojung mengeluarkan suaranya.
Vic-omma tersenyum lembut, mengusap puncak kepala Soojung penuh sayang, “Jangan berpikir yang macam-macam. Fokus saja pada kesehatanmu Soojung. Member dan manajer oppa akan membantumu”
Soojung mengangguk pelan, “Terima kasih Vic-omma”
“Tidurlah dengan nyenyak. Kalau Amber nakal, beritahu kami saja”
“Hei apa maksudmu Lu” Ucapku tidak terima. Bagaimana aku bisa nakal kepada Soojung. Bahkan untuk menatap matanya saja aku sudah gugup.
“Unnie tenang saja. Aku akan melempar Amber dari atas sini kalau dia nakal”
Aku tersenyum tipis mendengar penuturannya. Sepertinya keadaan Soojung sudah lebih baik. Dan sepertinya dia juga tidak marah padaku perihal kejadian kemarin malam.
“Baiklah. Aku dan Luna ke kamar dulu. Kalian istirahatlah” Ucap Vic-omma. Tersenyum padaku dan Soojung bergantian lalu berjalan keluar dari kamar dengan menggandeng tangan Luna.
“Gunakan kesempatan ini untuk menyelesaikan masalah kalian. Good luck” Bisik Luna ketika berjalan melewatiku. Aku mengangguk kecil dengan senyuman tipis.
Aku berjalan mendekati Soojung. Perempuan itu tengah menonton acara musik di televisi.
“Sudah makan?”
Soojung menoleh. Lalu mengangguk pelan, “Sudah. Kau?”
“Belum”
Keningnya mengernyit dengan matanya yang menatapku lucu, “Kenapa belum makan?”
“Bagaimana aku bisa makan sedangkan kau ada disini”
Ku lihat dia sedikit terkejut mendengar ucapanku. Detik berikutnya ia mengalihkan pandangan lagi. Melihat ke layar di depannya.
“Tapi aku sudah makan di sini jadi kau juga harus makan” Ucapnya santai.
“Aku tidak akan meninggalkanmu lagi Soojung”
Soojung terdiam. Matanya bergerak gelisah dengan deheman yang beberapa kali ia keluarkan.
Kami sama-sama terdiam. Aku terus mengamati wajah Soojung. Sudah berapa lama aku tidak melihatnya? Aku sungguh merindukan Soojung. Merindukan bagaimana dia merengek padaku ketika ingin sesuatu. Atau tertawa begitu aku bersikap konyol di depannya. Aku merindukan semua yang ada dalam diri Soojung.
“Sebaiknya kau makan dulu. Aku tidak masalah jika harus sendirian disini” Ucap Soojung memecah keheningan. Kali ini dia menatapku dengan matanya yang masih sedikit bengkak.
“Aku tidak akan lama. Bisakah kau tunggu aku sebentar?”
Tanpa lama Soojung menganggukkan kepalanya. Aku tersenyum tipis lalu beranjak keluar dari kamar hotel.
----------
Author pov
Soojung tersentak ketika pintu kamar hotel terbuka Matanya sontak melebar. Ia sudah memejamkan matanya tadi. Namun kehadiran Amber ternyata membuatnya terkejut dan membuatnya kembali terjaga.
“Kau sudah tidur Soojung? Maaf membangunkanmu. Aku bawa susu hangat untukmu” Amber menyerahkan gelas berisi susu itu ke hadapan Soojung.
“Aku hanya sedikit mengantuk tapi sekarang sudah tidak” Ucap Soojung menerima gelas dari tangan Amber. Ia langsung menenggak susu itu hingga habis tak bersisa.
Amber tersenyum mengambil gelas itu lagi dan meletakkannya di atas meja. Ia menuntun Soojung untuk kembali berbaring dan membantu menaikkan selimut sampai pundak perempuan itu.
“Tidurlah. Aku akan tidur di sofa” Amber tersenyum lembut menatap Soojung sebelum berjalan ke arah sofa.
“Maaf”
Amber berhenti lalu berbalik. Di tatapnya wajah Soojung dengan kening mengernyit, “Tidak apa. Kau juga manusia biasa. Dan pingsan di panggung di luar kendalimu. Banyak yang khawatir padamu, tapi aku sudah mengatakan pada mereka bahwa kau baik-baik saja”
“Bukan itu”
“Huh?” Amber semakin merasa bingung dengan perkataan dari Soojung. Ia kembali menghampiri Soojung ketika perempuan itu mendudukkan dirinya.
“Sudah menyakitimu. Aku benar-benar minta maaf”
Amber terpaku di tempatnya. Berdiri di sebelah tempat tidur dengan menatap Soojung dalam. Untuk beberapa saat mereka berpandangan dalam diam hingga Amber mengalihkan pandangannya terlebih dahulu.
“Aku baik-baik saja Soojung. Lagipula tidak seharusnya aku marah karena kau tidak memberitahuku. Aku tidak berhak melarangmu untuk melakukan segala sesuatu. Aku minta maaf untuk itu. Sudah malam kau harus segera tidur”
Soojung menahan bagian belakang kaos yang dikenakan oleh Amber ketika perempuan tomboy itu hendak kembali ke sofa.
“Aku tidak melakukannya. Aku berani bersumpah” Ucap Soojung pelan. Tangannya masih berada di kaos Amber.
Amber menghela napas panjang lalu kembali berbalik. Di tatapnya Soojung lamat-lamat. Tubuhnya perlahan mendekat ke arah Soojung, lalu ikut duduk di sebelahnya.
“Itu juga bukan milik Kai. Kami dijebak lagi”
“Dijebak? Maksudmu?”
Soojung menarik nafas dalam-dalam menatap Amber, “Kedatanganku ke Busan sudah direncanakan. Dan masalah struk, itu memang milik Kai, tapi alat pengaman itu milik staff. Mereka belanja bersama satu kali dan entah bagaimana struk itu bisa tersebar. Jadi aku yakin hal ini sudah direncanakan”
“Kalian tidak membantah?”
“Kai sudah mencobanya. Tapi agensi menyuruh kami tetap diam”
Amber menggenggam tangan Soojung erat, “Maaf sudah bersikap kasar padamu. Tanganmu, masih merasa sakit?”
Soojung menggelengkan kepalanya, “Aku tahu kau melakukan ini karena aku telah menyakitimu. Aku yang bersalah disini”
“Tidak Soojung. Kau tidak bersalah. Aku percaya padamu. Sekarang tidur ya? Aku tidak mau kau sakit lagi”
“Kau berpacaran dengan Tia?”
Amber terdiam sejenak. Menatap Soojung dalam, “Tidak”
“Kalian sangat dekat?”
“Mungkin”
Soojung menganggukan kepalanya mengerti, “Tidurlah disini” matanya penuh harap menatap Amber.
Amber terdiam membalas tatapan Soojung. Mereka berpandangan cukup lama tanpa suara hingga akhirnya Amber mengangguk pelan membuat Soojung tersenyum.
Perempuan itu bergegas membaringkan tubuhnya lalu menarik selimut sampai pundaknya.
“Selamat malam stupid” Gumam Soojung seraya tersenyum lalu bergerak membelakangi Amber.
Amber ikut tersenyum tipis, meski tidak bisa dilihat oleh Soojung, “Selamat istirahat Princess. Mimpi indah” Ucapnya kemudian ikut berbaring di sebelah Soojung dan membelakanginya hingga kini posisi mereka saling membelakanhi. Perlahan Amber mulai memejamkan matanya menuju alam mimpi. Tubuh dan pikirannya seperti dikuras dalam sehari. Membuatnya benar-benar merasa letih.
“I love you”
Mata amber terbuka sempurna dengan debaran jantung yang tidak normal. Apa ia sudah bermimpi sekarang? Tapi rasanya ia baru memejamkan matanya. Jadi tidak mungkin ia bisa bermimpi secepat itu. Pasti perempuan itu sedang mengigau. Ya, pasti itu alasannya kenapa Soojung berkata I love you. Tapi kepada siapa ungkapan itu ditujukan oleh Soojung?
Maka Amber kembali memejamkan matanya. Ungkapan cinta dari Soojung bukan untuknya. Tapi untuk orang lain yang mungkin saat ini sedang muncul dalam mimpi Soojung.
“Aku mencintaimu Amber”
Kalimat yang di ucapkan oleh Soojung sontak membuat Amber berbalik. Semakin terkejut ketika wajahnya berhadapan langsung dengan wajah dingin Soojung. Jantungnya semakin berdegup kencang. Apa Soojung bisa mendengar degupnya ramai?
“Apa? Apa yang kau katakan tadi Soojung?”
“Love you Stupid” Soojung terdiam sejenak. Tatapannya semakin masuk ke dalam mata Amber, “Harus berapa kali lagi aku mengatakannya padamu”
“Kau sedang mabuk Soojung?”
Soojung menatap Amber kesal lalu memberikan sentilan kecil di kening Amber, “Aku bukan kau yang mengungkapkan cinta ketika sedang mabuk”
Amber terkesiap. Jadi Soojung mendengar pengakuannya ketika ia mabuk kemarin malam?
“Kau bodoh. Benar-benar bodoh” Soojung berkata pelan. Suaranya bergetar dengan mata yang entah sejak kapan sudah berkaca-kaca. Dan perlahan air mata itu meluncur melewati mata tajam yang biasanya menatap itu.
Amber panik. Tentu saja. Melihat Princessnya tiba-tiba menangis setelah mengungkapkan perasaanya. Maka tangan Amber bergegas menyeka air mata Soojung dengan lembut. Dalam kepanikannya, rasa bahagia muncul ke dalam hatinya. Seperti berjutaan kupu-kupu terbang di perutnya.
“Kenapa tidak mengatakannya padaku. Kenapa kau membiarkan aku menyakitimu. Dasar bodoh. Bodoh. Bodoh”
Amber menangkis pukulan bertubi-tubi dari Soojung. Lantas segera membawa perempuan itu ke dalam dekapannya. Mengelus punggungnya lembut dengan beberapa kecupan kasih sayang di kepala Soojung.
“Maafkan aku. Ku kira kau tidak mencintaiku. Ehm sebenarnya aku sudah berniat untuk mengungkapkannya padamu tapi tiba-tiba saja ada berita dating antara kau dengan Kai. Jadi aku pikir tidak ada kesempatan untukku”
“Apa karena itu kau berdiam diri di apartemen berhari-hari? Kau tidak sedang membuat lagu saat itu tapi kau sedang patah hati. Benarkan begitu Amb?”
Amber menjauhkan dirinya dari Soojung. Menatap mata merah perempuan itu dengan tatapan dalam penuh makna.
“Aku benar-benar jahat Amb. Bahkan beribu kali aku meminta maaf darimu tidak akan cukup” Gumam Soojung mengerti akan tatapan yang diberikan Amber untuknya.
Amber tersenyum lembut. Sebelah tangannya terangkat mengelus pipi Soojung. Sedangkan tangannya yang lain ia gunakan menjadi bantalan untuk kepala Soojung.
“Berapa lama hubunganmu dengan Kai?”
Alih-alih membahas penyesalan yang dirasakan Soojung, Amber malah menanyakan hubungan perempuan itu dengan Kai.
“Sebenarnya 1 tahun. Tapi jika ada masalah dengan agensi mungkin akan diperpanjang beberapa bulan lagi”
“Kenapa harus kau? Aku lebih cantik. Aktingku tidak buruk jika harus berkencan dengan Kai”
Soojung tersenyum menatap Amber, “Aku akan membayar denda untuk mengakhiri kontrak ini”
Mata Amber melotot. Mengakhiri kontrak hubungan palsu dengan Kai? Masa kontraknya masih lama untuk dihabiskan. Jika Soojung rela membayar denda, berapa uang yang akan dikeluarkan? Lebih buruknya lagi, Soojung bisa dikeluarkan dari agensi.
“Kenapa? Kau hanya harus bersikap seperti sedang berkencan ketika di depan banyak orang”
“Aku tidak mau menyakitimu lagi Amb”
Amber tertegun. Jadi alasan utama Soojung akan memutuskan kontrak ini karena dirinya?
“Tidak Soojung. Aku tidak mau kau terkena masalah karena ini. Lagipula aku sudah tidak merasa sakit lagi”
Kedua alis Soojung menyatu dengan tatapan bingungnya menatap Amber, “Apa maksudmu?”
Amber terdiam sejenak sebelum bersuara. Menarik nafasnya dalam-dalam, “Sepertinya aku mulai menyukai Tia”
Hati Soojung mencelos. Benarkah apa yang ia dengar? Amber menyukai Tia? Apa sudah tidak ada dirinya lagi dihati Amber?
Rasa penyesalan memang datang di akhir. Soojung merasakannya. Ia menyadari betapa besar Amber bertahan demi dirinya. Tapi yang ia lakukan malah menyakiti Amber. Dan sekarang, ketika ia mulai menyadari perasaannya dan mulai terbuka. Amber sudah jatuh pada orang lain. Bukan lagi dirinya yang ada di hati Amber.
Soojung meringis menahan sakit di dalam hatinya, mencoba tersenyum menatap Amber, “Aku tetap akan mengakhiri kontrak ini. Aku juga berharap semoga Tia tidak akan menyakitimu seperti yang aku lakukan. Berbahagialah Amber. Aku turut bahagia” Ucapnya lalu mendekatkan dirinya ke arah Amber. Memeluknya erat tanpa berniat sedikitpun untuk menjauh.
Mungkin ini adalah pelukan terakhir yang dirasakan Soojung bersama Amber. Bagaimana pun juga, ia tidak akan bisa bersikap seperti dulu bersama Amber setelah mengetahui bahwa Amber menyukai perempuan lain. Bukan lagi dirinya.
Bersambung.

Preview:
“Aku akan mabuk setiap hari”
“Apa aku menyakitimu Soojung?”
“Aku tidak mau kalian membuat kekacauan di depan rumahku”

Notes :
Chapter 24 akan di update nanti malam. See ya

Sure Thing (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang