Sure Thing
Chapter 20
----------
Amber pov
Disinilah aku sekarang. Di depan dorm milik EXO. Anggap saja aku gila karena melakukan ini. Untuk apa aku datang ke dorm mereka? Aku benar-benar gila sekarang. Ya Soojung. Aku gila karenamu.
Perlahan tanganku bergerak untuk menekan bel. Tidak membutuhkan waktu lama setelah bel terdengar nyaring, pintu terbuka dan menampilkan sosok dari leader grup EXO. Suho.
“Anyeong haseyo” Aku membungkukkan badan sedikit memberinya hormat. Untuk sejenak ia tampak terkejut melihat kedatanganku. Namun sedetik kemudian ia tersenyum membalas salamku.
“Amber. Ada apa? Ayo masuk”
Aku menggeleng pelan, dengan senyum yang masih mengembang di wajahku, “Tidak, terima kasih. Sebenarnya aku ingin bertemu dengan Kai. Apa aku bisa bertemu dengannya sekarang?”
Untuk kedua kalinya laki-laki didepanku terkejut, “Oh. Tentu. Aku akan memanggilnya untukmu” ia kembali masuk ke dalam dorm.
Sedangkan aku masih berdiri di depan pintu dengan jantung yang berdegup sangat kencang. Sudah benarkah yang aku lakukan sekarang?
“Amber? Kau ingin bertemu denganku?”
Aku masih terdiam ditempat. Mencoba untuk bersikap tenang sebelum melanjutkan percakapan kami.
“Bisakah kita bicara di luar? Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan”
Dia tampak terdiam menatapku. Mungkin tengah menimang apa harus menerima ajakanku atau malah menolaknya. Wajar saja. Dia pasti terkejut mendapati diriku yang tiba-tiba saja meminta waktu untuk berbincang.
“Kalau kau tidak sibuk. Tapi kalau kau tidak bisa tak apa. Kita bisa pergi lain kali?” Lanjutku setelah mendapati Kai tidak juga memberikan jawabannya.
“Baiklah. Kita bisa pergi sekarang. Sebentar, aku akan memberitahu Suho hyung dulu”
Aku mengangguk menanggapi perkataannya. Semoga yang aku lakukan sekarang tidak salah.
----------
“Apa kau pernah patah hati Amb?”
Aku mengangkat kepalaku. Menatap laki-laki didepanku dengan mengernyit. Apa yang ia bicarakan sekarang?
“Mencintai orang yang hatinya untuk orang lain. Aku sangat menyesal untuk Soojung”
Tunggu.. Menyesal? Soojung? Jangan katakan...
“Kau mencintai orang lain dan bukannya Soojung?”
Sudah ku duga. Kai langsung terdiam seribu bahasa mendengar pertanyaan yang ku lontarkan. Hatiku benar-benar memanas dan ingin memukulnya sekarang juga. Kai mempermainkan hati Soojung?
“Lalu kenapa kau menjalin hubungan dengan Soojung? Apa yang kau mau?”
“Bukan aku yang tidak mencintainya. Tapi Soojung...” Jeda sejenak.
Kai menatapku dalam-dalam. Jelas sekali matanya menunjukkan rasa terluka yang terpendam. Aku semakin tidak mengerti sekarang.
“Bukan aku yang dicintai Soojung. Ada orang lain di hatinya”
Deg
Ada apa ini. Kenapa semuanya menjadi berantakan. Apa aku harus senang atau tidak? Apa Kai tengah berbohong padaku? Tapi untuk apa dia berbohong?
“Jadi kalian..”
“Ya Amber. Kami hanya di tuntut agensi untuk melakukan ini. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain mengikuti sampai batas waktu yang ditentukan”
Hatiku mencelos mendengarnya. Jadi selama ini hubungan mereka palsu? Tapi kenapa Soojung tidak mengatakannya padaku? Kenapa dia membiarkan aku terluka atas ketidaktahuan ini...
“Dan sampai kapan kalian akan melakukan ini?”
“Maaf Amb. Aku tidak bisa memberitahumu. Dan alasan kami melakukannya, suatu saat nanti kau akan tahu”
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Semuanya terlalu mengejutkan bagiku. Bagaimana Soojung bisa berbohong padaku seperti ini.
“Kalau begitu aku akan menanyakan sesuatu yang lain padamu”
Kai terdiam. Menunggu apa yang akan aku tanyakan padanya.
“Apa kau tahu kalau Soojung diserang oleh penggemarmu? Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu dan penggemarmu bertengkar, aku hanya mencemaskan Soojung”
“Oh benarkah? Aku tidak tahu ini. Kapan mereka menemui Soojung?”
“Sewaktu kami di bandara kembali dari Jepang”
“Ini yang aku takutkan Amb. Aku tidak berdaya saat penggemarku melakukan hal ini”
Melihat matanya membuatku sesak. Entah karena apa. Sepertinya Kai memang benar-benar mencintai Soojung. Tapi sayang perempuan itu sudah jatuh cinta dengan orang lain. Dan siapa orang itu?
“Kau tidak akan melakukan apapun untuk Soojung?”
“Kau tidak perlu khawatir Amb. Aku akan mendiskusikannya dengan agensi”
Aku sedikit lega sekarang. Hanya sedikit karena bagaimanapun pikiran dan hatiku masih kacau karena pengakuan Kai barusan.
“Kalau tidak ada yang ingin disampaikan lagi, aku ingin kembali ke dorm. Kami ada latihan sebentar lagi”
“Kau bisa pergi Kai. Terima kasih sudah memberitahu hal ini”
Kai menarik sudut bibirnya membentuk senyuman, mau tak mau aku juga tersenyum meskipun rasanya sangat sulit, “Terima kasih juga sudah memberitahu masalah Soojung. Aku akan segera membereskannya Amb” Ucapnya lalu beranjak. Memberi salam padaku sebelum benar-benar meninggalkanku di basement.
Haruskah aku bahagia mendengar Soojung tidak mencintai Kai? Tapi kenapa rasanya sangat sakit. Soojung tidak mengatakannya padaku. Karena bukan aku yang di cintainya kan? Dia tidak peduli aku merasa terluka dengan hubungan mereka. Itulah alasan kenapa Soojung menyembunyikan hal ini dariku.
----------
Soojung pov
Aku tersentak ketika pintu kamar terbuka. Sudah jam 5 pagi saat aku membuka mata. Aku sudah tidur selama itu ternyata. Bahkan aku melewatkan makan malam kami.
Tidak menunggu waktu lama, Sulli sudah duduk didepanku dengan senyumannya. Aku ikut tersenyum tipis lalu kembali menoleh ke arah kaca jendela. Menatap pemandangan luar. Melihat berbagai lampu yang menghiasi jalanan kota Seoul karena hari masih gelap.
“Kau belum makan dari semalam. Karena kita akan makan nasi nanti sebelum mengisi acara jadi aku bawakan roti dan susu untukmu. Kau makan dulu ya?”
Sulli begitu lembut. Dia sangat perhatian padaku.
“Terima kasih Sulli. Kau sangat baik”
“Kau adalah soulmateku. Bagaimana bisa aku tidak baik. Aku sudah menambahkan selai coklat kesukaanmu. Jadi cepatlah makan”
Aku mengangguk. Perlahan mulai mengambil satu potong roti untuk kemudian aku masukkan ke dalam mulut. Melihat itu senyum Sulli semakin lebar.
“Setelah ini aku akan mengobati lukamu”
Kunyahanku mendadak terhenti. Luka? Memangnya aku terluka? Dimana? Kenapa aku tidak merasakannya?
“Tangan kirimu. Kau sempat di cakar kan?”
Aku langsung menoleh, memperhatikan tangan kiriku yang terlihat merah dengan beberapa luka cakaran. Ah, sekarang aku ingat. Kemarin mereka sempat menarik tanganku dan meninggalkan luka. Kenapa aku tidak ingat?
Dan Sulli menepati perkataannya. Setelah aku menghabiskan roti dan susu yang ia bawa, Sulli langsung mengobati luka di tangan kiriku. Padahal sekarang lukanya sudah agak mengering dan tidak terlalu besar.
“Meskipun sudah agak mengering tapi tetap harus diberi obat agar tidak infeksi”
Lihatlah. Bahkan Sulli mampu menebak pemikiranku. Dia benar-benar soulmateku.
“Jam berapa kita berangkat?”
Sulli masih diam. Sibuk membereskan kotak obat yang dibawanya, “Kita akan mulai jam 9 tapi berangkat jam 7”
“Kenapa bisa begitu?”
“Untuk berjaga siapa tahu ada perubahan jam mendadak”
Aku mengangguk paham. Benar juga. Daripada kami semua panik dan gugup lebih baik kami pergi lebih cepat.
“Soojungie” Tangan Sulli menggenggam erat tanganku. Bisa kurasakan tangan hangatnya menyatu dengan tanganku yang dingin ini.
“Kalau ada masalah katakan saja. Kenapa kau harus memendamnya sendiri?”
Aku melihatnya. Mata Sulli berkaca-kaca. Apa tindakanku sudah menyakiti perasaannya?
“Kita adalah soulmate. Dan perlu kau tahu, aku benar-benar terluka saat kau bersedih Soojung. Terlebih saat melihatmu seperti ini. Benar-benar melukai perasaanku”
“Maafkan aku Sulli. Aku juga tidak tahu apa yang aku lakukan sekarang. Setiap hari aku bertanya-tanya apa aku sudah melakukan hal yang benar. Tapi aku tetap tidak menemukan jawabannya. Aku masih butuh waktu untuk menerima diriku sendiri. Ada banyak hal yang aku pikirkan. Membuatku benar-benar tidak tahu arah. Aku bahkan tidak sanggup jika harus mengatakannya pada orang lain”
Dan air mata itu lolos. Entah siapa yang memulai dulu, sekarang aku dan Sulli sudah berpelukan erat. Saling menguatkan melalui usapan lembut.
----------
Author pov
Jam sudah menujuk angka 7. Member F(x) sudah bersiap-siap untuk pergi ke salah satu acara yang mengundang mereka.
“Dimana Amber?” Tanya Soojung begitu mobil mereka mulai melaju membelah jalanan yang ramai.
“Dia pulang ke apartemen dan akan bertemu dengan kita di tempat acara” Jawab Victoria.
Soojung tampak menganggukkan kepalanya mengerti. Tidak ingin bertanya lebih lanjut mengenai Amber. sebenarnya ia juga masih sedikit kesal dengan perubahan sikap Amber padanya.
Hingga akhirnya mereka sampai di tempat acara. Mereka keluar dari mobil satu persatu.
Soojung terdiam ditempatnya. Baru saja kakinya menginjak tanah yang terasa sangat tandus itu. Tatapannya langsung berhenti pada Amber yang tengah bercanda tawa dengan Tia. Bahkan Amber sampai memeluk perempuan itu dari belakang. Tubuhnya membeku seketika. Hatinya terasa sangat sesak bahkan napasnya tercekat.
“Soojung ada apa?”
Soojung tersentak lalu mengalihkan pandangannya. Disebelahnya, Sulli tengah menatapnya cemas dengan tangan yang memegang bahunya erat.
“Tidak ada. Kita akan makan dulu?”
Sulli mengangguk lalu tersenyum, “Iya. Acara tetap akan dimulai jam 9. Kita masih punya banyak waktu. Ayo..” Perlahan Sulli menarik tubuh Soojung agar mengikuti langkahnya menuju tenda. Semakin dekat dengan Amber.
“Akhirnya kita makan juga. Aku benar-benar lapar” Ucap Luna ceria setelah mereka berkumpul dan mendapat jatah makanan masing-masing.
“Oh ada Tia. Kau juga di undang?” Tanya Sulli. Meskipun perempuan itu tersenyum namun tetap saja ada nada jutek dalam suaranya.
Tia menggeleng pelan dengan senyum malunya, “Tidak. Aku hanya akan menemani Amber unnie. Kami akan pergi bersama setelah ini”
Semua terdiam. Tampak terkejut dengan penuturan dari perempuan yang jauh lebih muda dari mereka itu.
“Oh benarkah? Kalian akan pergi kemana? Hanya kalian berdua?” Kali ini suara Victoria mulai terdengar.
“Amber unnie akan mengajakku ke suatu tempat. Sepertinya memang hanya berdua”
Victoria tampak terkejut dan hanya mengucapkan ‘oh’ sebagai responnya.
“Kenapa tidak memberitahu? Kita tidak tahu apa masih ada jadwal lagi setelah ini atau tidak” Ucap Sulli.
“Bisakah kita tidak membahasnya sekarang? Kita sedang makan sekarang”
Belum hilang rasa terkejut karena perkataan Tia, mereka sudah dikejutkan lagi dengan penuturan Amber. Sejak kapan Amber bersikap dingin seperti ini? Tidak ada kesan ramah pada suaranya. Bahkan ia tidak tersenyum sama sekali. Benar-benar bukan Amber yang seperti biasanya.
Mereka saling berpandangan lalu berakhir menatap Soojung yang tampak tenang mengunyah makanan. Tapi jelas sekali mata yang biasa memandang tajam itu sudah berkaca-kaca.
“Aku sudah selesai. Aku akan keluar dulu” Ucap Amber lalu beranjak. Tanpa menunggu jawaban mereka ia langsung meninggalkan tenda.
“Aku akan menyusul Amber unnie”
Tia hendak beranjak namun suara dingin dari Soojung membuat mereka membeku. Termasuk Tia yang kembali duduk, “Biar aku saja”
Dan tanpa sepatah kata lagi Soojung segera keluar dari tenda untuk menyusul Amber yang sudah pergi entah kemana.
Soojung mengedarkan pandangannya mencari sosok Amber. Namun sedari tadi ia tidak menemukan Amber. Hingga ketika ia menoleh ke arah kanan matanya menangkap sosok yang sedang ia cari. Amber. Ia tengah duduk memainkan ponselnya. Tanpa menunggu lama ia segera menghampiri Amber dan duduk disebelahnya.
“Stupid”
Amber menoleh. Lalu memasukkan ponselnya ke saku celana. Ia beranjak dari kursi dan hendak melangkahkan kakinya namun dengan sigap Soojung segera menahan lengan Amber. Hingga kini mereka saling berhadapan.
“Ada apa? Kenapa kau menghindariku?”
“Kau tidak salah mengatakan hal ini padaku Soojung?”
“Apa? Apa maksudmu Amber? Aku tidak mengerti”
“Ya. Tentu saja kau tidak mengerti karena kau tidak peduli padaku kan”
Soojung terdiam ditempatnya. Penuturan yang dilontarkan oleh Amber benar-benar diluar dugaannya.
“Hei, aku peduli padamu. Kenapa kau berpikir seperti itu?”
“Kalau kau peduli padaku kau tidak akan membuatku terluka dengan hubungan palsumu dengan Kai...”
Soojung terhenyak. Seolah batu besar menghantam tubuhnya. Ia merasa kaku saat itu juga didepan Amber.
“...Kau berubah. Sejak kepergianmu ke Busan, kau bukan lagi Soojung yang aku kenal..”
Soojung masih terdiam di tempatnya. Tidak tahu harus berkata apa untuk membalas perkataan Amber.
“...Kau tidak lagi bercerita sesuatu denganku. Kau tidak lagi membagi kesedihanmu. Kau.. Seolah tidak menganggapku lagi. Kenapa kau menyembunyikannya dariku?”
Soojung menarik napas dalam-dalam, “Aku tidak berubah. Aku masih Soojung yang kau kenal. Aku hanya ingin bersikap dewasa. Aku ingin menyelesaikan masalahku tanpa campur tangan orang lain. Kau sendiri yang mengatakan aku harus mandiri. Dan aku pun mulai sadar, tidak selamanya aku akan bergantung padamu. Kumohon.. Mengertilah. Aku tidak menghindarimu. Menjauhimu. Terlebih melupakanmu. Hanya karena aku tidak memberitahumu tentang hubunganku dengan Kai, bukan berarti aku tidak peduli pada perasaanmu”
“Ya, kau benar tentang itu...”
Soojung menarik sudut bibirnya sedikit, Amber sudah bisa mengerti dirinya sekarang.
“Maka dari itu lakukan semua sesukamu. Jangan lagi peduli padaku. Aku tidak akan ikut campur, dan kau juga tidak perlu ikut campur dengan urusanku”
Senyum yang tadi menghiasi wajah Soojung kini memudar. Hilang bersamaan dengan Amber yang meninggalkannya sendiri disini. Dengan luka yang menoreh hatinya.
----------
Soojung pov
Aku mendudukan diri di atas kursi. Kami akan naik ke atas panggung setengah jam lagi. Seharusnya aku merasa semangat karena akan bertemu dengan para penggemar yang sudah menunggu kami kembali. Tapi percakapanku dengan Amber membuatku benar-benar jatuh. Kenapa dia mengatakan hal itu? Bagaimana ia bisa tahu mengenai hubunganku dengan Kai? Tapi yang paling penting adalah apa Amber bisa memaafkanku?
Ku lihat dia sedang merapikan rambutnya. Member yang lain juga sama sibuknya, merapikan penampilan yang menurut mereka kurang pas. Sedangkan aku? Hanya duduk bersandar dengan malas. Hanya ada F(x) di tenda ini. Tia tidak tahu kemana. Aku merasa lega dengan itu. Setidaknya moodku tidak bertambah buruk saat ini.
Drrrttt...
Aku melirik ke arah ponselku. Aku benar-benar tidak mood sekarang. Bahkan untuk menjawab panggilan dari orang yang tidak aku kenal.
Dengan malas aku mengambil ponsel yang masih bergetar di atas meja di sebelahku. Keningku mengernyit begitu melihat siapa yang menelepon.
“Jessica unnie, ada apa?”
‘Kau dimana Soojung?’
Tunggu. Kenapa suaranya terdengar serak dan seperti habis menangis? Apa terjadi sesuatu yang buruk?
“F(x) akan mengisi acara. Ada apa unnie? Kau membuatku takut”
‘Kau benar. Agensi meminta unnie untuk memilih masa depan unnie selanjutnya’
Deg
Tubuhku seketika menegang. Semakin tidak berdaya ketika mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Jessica unnie. Apa aku boleh menangis sekarang? Oh God...
“Lalu apa yang unnie pilih?”
Alih-alih menangis sebagai respons atas penuturan Jessica unnie, bukankah lebih baik aku bersikap lebih tegar dan bertanya lebih lanjut?
Ya, sepertinya aku mengambil keputusan benar sekarang. Aku tidak mau membuatnya semakin bersedih. Aku harus bisa menghiburnya sekarang meskipun aku juga tidak tahu apa aku bisa di saat aku sedang jatuh seperti sekarang.
‘Maaf Soojungie’
“Unnie sudah yakin?”
‘Tidak bisa menemanimu lagi saat Ending Stage’
Dan dunia seolah runtuh saat ini juga. Rasanya sangat menyesakkan. Seperti tenggelam di dalam air yang dalam dan dingin. Membuatku kesulitan bernapas dengan tubuh yang terasa membeku.
‘Unnie harap kau tidak merasa kecewa’
“Aku menerima semua keputusan unnie. Setelah ini bisa kita bertemu? Unnie dimana? Aku akan kesana”
‘Unnie di apartemen. Atau kau ingin kita pergi ke tempat yang menyenangkan?’
Aku tersenyum getir. Bahkan Jessica unnie bisa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa sekarang. Dia tidak ingin aku ikut bersedih dengan mengajak pergi ke suatu tempat.
“Ide bagus. Kita bisa membeli lollipop kesukaanmu unnie”
Tampak suara tawa pecah dari sebrang telepon. Unnie, kenapa kau bersikap seperti ini? Meskipun aku khawatir ketika mendengarmu menangis. Tapi kau tertawa seperti itu seolah kau baik-baik saja membuatku semakin terluka.
‘Aku akan menjemputmu. Telepon saja kalau sudah selesai. Unnie tutup sekarang ya. See ya Soojungie’
“Sampai jumpa unnie. Love you”
Lagi. Ku dengar ia terkekeh pelan. Namun sumbang. Aku yakin setelah telepon ini terputus, ia langsung menangis di apartemennya. Sendirian...
Aku memejamkan mataku rapat-rapat begitu meletakkan ponsel ke atas meja. Rasanya benar-benar seperti mimpi. Amber. Para haters. Jessica unnie. Agensi. Semuanya terlalu complicated untukku.
“Soojung ada yang ingin bertemu”
Mendengar suara berat dari manajer oppa membuatku segera membuka mata. Kepalaku semakin berdenyut sekarang.
Kulihat manajer oppa berdiri di ambang pintu. Beberapa orang dengan jaket yang menutupi kepalanya berdiri di belakang manajer oppa. Siapa mereka?
Aku mulai beranjak. Menghampiri manajer oppa dan orang-orang yang tidak aku ketahui itu.
“Siapa oppa?”
Manajer oppa bergeser sedikit, namun tidak sepenuhnya memberikan akses bagi orang-orang itu untuk bertemu lebih dekat denganku.
“Kami ingin meminta maaf atas kejadian di bandara”
Bandara? Kejadian apa? Kapan? Dan siapa orang-orang ini? Apa yang mereka lakukan padaku..
“Kami terlalu marah karena kabar datingmu dengan Kai oppa. Kami sangat mencintai Kai oppa sejak dia memulai debutnya tapi mendengarnya berkencan denganmu membuat kami kecewa dan sedih”
Ah. Sekarang aku ingat. Aku melirik ke arah tangan kiriku. Dimana luka akibat cakaran mereka masih ada. Namun tertutup oleh kostum yang aku pakai.
“Kami benar-benar minta maaf. Kami tidak akan mengulanginya lagi”
“Tidak apa. Aku mengerti perasaan kalian. Pergilah, kalian tidak perlu repot datang kesini untuk minta maaf”
Mereka tampak saling berpandangan lalu kembali menatapku, “Kami merasa sangat menyesal karena sudah egois. Kai oppa mencintaimu dan tidak seharusnya kami berpikir Kai oppa melupakan kami. Penggemar adalah nomor satu. Sekali lagi maafkan tindakan kami”
“Terima kasih kalian sudah mengerti”
“Sebaiknya kalian segera pergi. Soojung akan segera tampil” Ucap manajer oppa. Mereka tampak mengangguk lalu menundukkan kepalanya sebelum meninggalkan tenda.
Aku masih terdiam di tempat. Memperhatikan kepergian mereka. Jika merasa menyesal akhirnya kenapa harus membuat masalah? Manusia memang egois. Begitu pun denganku. Maaf Amber...
“Soojung?”
Aku tersentak ketika sebuah tangan menepuk bahuku pelan. Aku menoleh dan mendapati Vic-omma sudah berdiri di sebelahku.
Padahal aku berharap seseorang yang akan datang pertama kali disaat seperti ini adalah Amber. Apa aku jahat terhadap Vic-omma karena lebih mengharapkan Amber?
Aku mengangguk pelan, menarik sudut bibirku membentuk senyum tipis, “Aku baik-baik saja Vic-omma. Apa kita akan naik sekarang?”
“Sebentar lagi. Apa yang terjadi dengan Jessica?”
“Vic-omma mendengar teleponku dengan unnie?”
Dia mengangguk, “Aku sedari tadi memperhatikanmu. Kau tahu, member selalu siap mendengar keluh kesahmu Soojung”
Aku kembali duduk di atas kursi lipat. Membiarkan Vic-omma mengikutiku. Ia tampak menarik kursi untuk kemudian ia tempati tepat di depanku.
“Jessica unnie sudah memutuskan. Dia tidak akan lagi bersama SM dan Girls Generation”
Vic-omma tampak terkejut dilihat dari wajahnya yang berubah menegang dengan bibir yang sedikit terbuka. Reaksi yang sama ketika aku mendengar penuturan Jessica unnie mengenai keputusannya.
“Kau baik-baik saja?” Tanyanya dengan sebelah tangannya yang mengelus pipiku.
Alih-alih menjawab aku malah tertawa. Hei, ada apa ini? Kenapa aku tertawa? Tapi entahlah. Aku sedih sekarang tapi bukan air mata yang keluar tapi suara tawaku yang terdengar. Aku mungkin sudah gila sekarang.
“Soojung-ah” Tangan Vic-omma menggenggam erat kedua tanganku. Membawa ke pangkuannya.
“Tidak akan ada yang baik-baik saja ketika orang yang disayang meninggalkan kita Vic-omma”
Dia tampak tertegun. Memang sedikit kasar. Atau memang sangat kasar berbicara seperti itu pada orang yang sudah kami hormati. Tapi aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana mengatasi situasi seperti ini.
“Maafkan aku Soojung”
Aku semakin merasa kacau sekarang. Tidak seharusnya Vic-omma meminta maaf atas perkataan kasarku. Seharusnya aku yang minta maaf kan.
“Aku tetap akan baik-baik saja untuk keluargaku. F(x), MeU. Kalian sangat berarti untukku jadi aku tidak mungkin mengorbankan kalian hanya karena perasaanku”
“Tidak Soojung. Kau tidak harus memendamnya. Kau bisa mengeluarkannya. Kami menyayangimu”
Aku juga menyayangi kalian, Vic-omma. Aku ingin sekali mengatakan kalimat itu tapi bibirku terkatup rapat dengan degup jantung yang semakin ramai.
“Mau pulang saja Soojung? Kau tidak harus ikut tampil hari ini”
“Kenapa aku harus pulang disaat keluargaku berada disini? Aku akan tetap disini. Jangan menolakku Vic-omma. Aku sungguh baik-baik saja. Aku akan bertemu dengan unnie nanti. Jadi sebelum itu aku ingin melupakan sejenak semua ini dengan bertemu dengan MeU”
Kulihat Vic-omma terdiam. Menolehkan kepalanya untuk meminta pendapat dari member yang lain. Ah masa bodoh dengan pendepat mereka sekarang. Jika mereka menolak, aku tidak akan menyerah. Aku akan tetap disini. Setidaknya sampai aku benar-benar bisa mengendalikan perasaanku sebelum bertemu Jessica unnie.
----------
Amber pov
Kenapa masalah ini datang bertubi-tubi? Dan kenapa harus Soojung yang harus mendapatkannya. Apa aku tidak cukup kuat untuk menghadapi masalah seperti ini? Bagaimana bisa perempuan yang masih muda itu yang mendapat banyak penderitaan.
Ia akan berpisah dengan kakaknya. Setidaknya selama berada acara SM. Mereka tidak akan berada di panggung yang sama lagi. Tidak ada bermain bersama lagi saat penutupan acara.
Aku ingin menghampirinya sekarang. Membawanya ke dalam pelukan. Memberinya ketenangan sekaligus kekuatan seperti yang biasa kami lakukan dulu. Tapi rasa sakit karena di kecewakan oleh Soojung masih menguasai hati dan pikiranku. Melihatnya saja sudah membuatku merasa terluka. Bagaimana jika kami bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Semakin membuatku merasa tidak berharga untuknya. Bolehkan aku egois sekarang? Aku hanya ingin Soojung mengerti. Aku mencintainya. Tapi bukan berarti dia bisa melukaiku seperti ini. Dengan tidak mempedulikan perasaan terlukaku, dia benar-benar membuatku kecewa.
Aku hanya bisa memandanginya dari jauh. Memperhatikan tanpa berniat mendekatinya. Biarkan ia mengerti bahwa mencintai tidak sesakit ini.
“Na... Dul... Set.. F(x)”
Kami berlima mulai naik ke atas panggung. Menyapa para penggemar yang sudah datang untuk melihat kami dan juga idol lain.
Electric Shock lagu pertama yang kami bawakan. Saat intro lagu Soojung berada didepanku. Sesuai urutan. Aku bisa melihatnya menghembuskan napas berat berkali-kali. Lalu ketika musik mulai terdengar Soojung mulai fokus dan bergerak mengikuti alunan lagu.
Lagu kedua adalah Jet. Hingga bagian Soojung yang memutar kepalanya hingga rambutnya berantakan membuat sorak penonton semakin riuh. Sekilas aku melirik Soojung yang tengah melempar senyumnya pada Vic-omma. Perempuan itu bersungguh-sungguh saat mengatakan akan bersenang-senang di atas panggung dan melupakan masalahnya. Baguslah. Dia benar-benar belajar menjadi lebih dewasa. Aku lega sekarang.
Kami kembali ke dalam tenda setelah menampilkan dua lagu milik kami. Aku dan Luna memilih duduk lebih dulu sebelum mengganti pakaian. Kami masih lelah dengan penampilan tadi, dan juga cuaca yang sangat panas membuat kami lemas. Sedangkan Vic-omma dan Sulli mulai melepaskan aksesoris yang mereka kenakan.
“Aku akan pergi sekarang”
Pandangan kami serentak teralihkan. Menatap Soojung yang tengah tergesa memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Luna segera bergegas untuk membantu perempuan itu.
“Sekarang? Kau pergi dengan siapa?”
“Aku sudah memesan taksi”
“Sendirian? Kenapa tidak minta antar manajer oppa?”
Ku lihat Soojung tersenyum lembut menatap Luna setelah menutup tasnya rapat-rapat, “Tidak apa. Aku bisa sendiri. Mungkin nanti malam aku tidak akan ke dorm”
Luna mengangguk tersenyum tipis, “Kalau ada apa-apa hubungi kami saja.”
“Hati-hati Soojung. Kau tahu kau bisa mengandalkan kami” Ucap Vic-omma di sela kesibukannya.
“Aku akan berlari untukmu saat kau membutuhkanku Soo-ah. Aku menyayangimu” Seru Sulli dengan memberikan finger heart untuk Soojung.
“Kalian yang terbaik. Aku pergi dulu”
“Sampaikan salam untuk Jessica unnie” Ucap Vic-omma sebelum Soojung benar-benar meninggalkan tenda.
“Akan aku sampaikan. Terima kasih semua sampai jumpa” Seru Soojung dan berlalu dari hadapan kami. Tanpan menoleh ke arahku sedikitpun. Apa sekarang ia sudah menyerah? Oh bukan, dia bukannya menyerah. Tapi dia memang tidak peduli dengan perasaanku. Maka dari itu ia bersikap seakan tidak ada yang terjadi antara kami berdua.
“Amber unnie kita akan berangkat sekarang?”
Aku menoleh. Mendapati Tia sudah berdi di ambang pintu dengan canggung. Tatapannya berubah ketika melihat seseorang di belakangku. Dengan penuh tanda tanya aku berbalik dan mendapati Sulli tengah menatap datar ke arahnya. Oh yang benar saja. Kenapa tiba-tiba suasana menjadi dingin? Aku tidak pernah melihat Sulli seperti ini. Ada apa dengannya..
“Iya setelah aku merapikan barang-barangku”
“Baiklah aku akan menunggu diluar” Ucapnya menunduk sedikit memberi hormat sebelum keluar dari tenda.
“Sulit ku percaya”
Kami semua menoleh.
“Ada apa Sulli-ah?” Luna bertanya mewakili perasaan bingung kami.
“Tidak ada. Aku hanya tidak percaya lagi pada ucapan cinta yang keluar dari mulut seseorang. Bukankah perasaan cinta lebih baik di tunjukkan dengan sikap? Mulut bisa saja hanya berkata kan”
Aku semakin tidak mengerti. Ada apa dengan Sulli sekarang? Kenapa dia tiba-tiba jadi aneh seperti ini.
“Sudahlah lupakan. Orang yang benar-benar mencintai pasti akan berjuang. Tapi kalau tidak, berarti dia tidak benar-benar cinta kan” Sulli terdiam sejenak. Kembali memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
“Aku akan pulang ke apartemen malam ini” Lanjut Sulli lalu melangkah keluar dari tenda meninggalkan beribu pertanyaan di benak kami semua.
“Kenapa semua orang jadi aneh” Gumam Luna. Aku setuju denganmu Lu sekarang. Entah kenapa hari ini benar-benar aneh.
“Berarti hanya ada kita berdua Lu di dorm. Amber, jangan terlalu lelah. Kau harus menjaga kesehatan karena kita masih sibuk promosi”
Aku mengangguk menanggapi nasihat dari Vic-omma. Satu-satunya member yang tidak bersikap aneh hari ini.
“Oh ya, bukannya aku tidak suka dengan Tia. Tapi bisakah kau menyempatkan waktu dengan kami? Ada beberapa hal yang harus kita diskusikan”
Nah, baru saja aku berpikir hanya Vic-omma yang tidak bersikap aneh. Tapi lihatlah, sekarang dia bersikap sama seperti yang lain.
“Baiklah. Nanti malam aku akan ke dorm. Sampai jumpa” Ucapku tersenyum pada Vic-omma dan juga Luna lalu melangkah meninggalkan tenda. Menghampiri Tia yang sudah menunggu di mobilnya.
Bersambung
Preview:
“Kau tidak mengerti Soojung. Aku sangat menyukainya. Aku tidak akan melepaskannya begitu saja”
“Soojung berbuat apa padamu hingga kau mengabaikannya?”
“Ya. Soojung sudah menyakitiku sampai aku benar-benar kecewa dan tidak peduli padanya. Kau puas?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure Thing (Lengkap)
FanfictionLove you like a brother Truth you like a friend Respect you like a lover