15. Danger

103 29 54
                                    

Bugh!

"Astaga! Misoo! Barang apa yang kau jatuhkan itu!" teriak sang kakak yang mendengar suara gaduh dari arah kamar adiknya.

Jam masih menunjukkan pukul enam, tapi apa yang dilakukan adiknya? Hingga pagi-pagi seperti ini dia sudah berisik.

"Ehehehe ... Mianhae, eonni. Aku hanya mencari baju yang cocok untuk nonton konser nanti." Misoo kembali mengobrak-abrik tempat bajunya hingga membuat bunyi seperti sudah menjatuhkan barang.

Berapa lama setelah itu, ia menemukan baju yang menurutnya cocok. Ditaruhnya baju tersebut pada kasur, lalu ia berjalan meninggalkan kamarnya menuju dapur dimana sang kakak berada.

"Sini bantu eonni!" perintah Nayeon ketika melihat sang adik yang akan menghampirinya.

"Ne," jawabnya dan segera menghampiri Nayeon yang sedang memasak makanan.

"Kau masak sup ini hingga matang dan eonni akan membuat makanan yang lain, kau bisa kan?" tanya Nayeon kurang percaya jika menyuruh sang adik memasak. Sebab terakhir kali Misoo memasak, dia lupa memberikan perasa pada sup tersebut, hingga sup itu terasa hambar.

"Eonni sudah memasukkan perasa pada sup itu, kau tinggal menunggunya mendidih," lanjutnya.

"Ne, eonni." Misoo kembali mengaduk sesuai dengan printah yang kakaknya berikan.

Semua makanan sudah siap di meja makan yang hanya berisi empat kursi itu. Misoo mendaratkan bokongnya di salah satu kursi sebelah kanan sedangkan sang kakak masih ada di dapur untuk mengambil air minum. Misoo jadi ingat. Dulu sekali, kursi-kursi di sini tidak pernah kosong ketika kedua orang tua mereka menempatinya. Namun memang ini lah takdir mereka, ya sudah jalani saja, pikirnya.

"Kenapa kau melamun?" tanya Nayeon ketika sudah kembali ke meja makan dan duduk di kursi yang berada tepat di depan Misoo.

"Hanya rindu mereka," jawab Misoo yang masih memandangi kursi orang yang ia rindukan.

"Sudahlah, mereka sudah bahagia di sana. Jika kau masih belum bisa mengikhlaskannya, pasti appa dan eomma di sana menjadi sedih." Prihatin sang kakak pada saat melihat raut wajah Misoo, walupun hatinya juga tak kalah rindu dengan kedua orangtuanya.

"Ani ... Aku sudah mengikhlaskan mereka, hanya saja aku rindu dengan suasana seperti dulu," ucapnya setelah kembali dari lamunannya dan mengambil jatah makanan yang di berikan sang kakak.

Beruntung sekali ia masih memiliki saudara sepeti kakaknya ini. Ia tidak bisa membayangkan jika hidupnya hanya sebatang kara. Pasti sangat sulit, dan Misoo tak ingin membayangkan itu. Ia lebih memilih mengisi energinya untuk menonton konser kekasihnya nanti.

***

Sekarang Misoo sudah berpakaian dan sedikit memakai bedak juga liptint kesukaannya. Perlu di garis bawah, jika Misoo tidak suka dengan riasan yang tebal apalagi yang terlalu tebal. Ia tidak akan membayangkan wajahnya ketika dirias seperti itu. Ia hanya suka dengan riasan yang natural dan sederhana. Toh, jika dirinya tak memakai make up, ia masih terlihat cantik. Merasa sudah siap, ia tak lupa mengecek barang-barang yang nanti pasti dibutuhkan di sana.

"Lighstick sudah, ponsel sudah, powerbank sudah, banner sudah, dompet sudah, Umm ... Apalagi ya?" ucapnya mengabsen barang-barangnya.

"Sepertinya sudah semua," lanjutnya kemudian berjalan ke luar kamar dan menuruni anak tangga satu persatu.

Misoo sudah sendirian di rumah semenjak beberapa jam yang lalu. Iya, sang kakak sudah berangkat bekerja.

Luck or Loss || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang