Sementara di tempat lain, terdapat Misoo yang baru sadar dari pingsan akibat sudah menghirup bius tadi. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya.
Kepalanya mendongak ke atas dan menemukan langit-langit dinding yang berwarna putih. Seingatnya langit dinding kamarnya berwarna biru, kenapa bisa berganti secepat ini. Pandangannya kembali kearah depan dan matanya menelisik ruangan dimana dirinya berada sekarang.
Bukan, ini bukan kamarnya. Lalu ini kamar siapa? Oh astaga! Ia baru ingat jika tadi ada seseorang yang membekam mulutnya dengan sapu tangan berbius. Ia baru sadar jika sekarang dirinya diculik.
Berbeda dengan yang Misoo bayangkan jika ada seseorang yang diculik pasti akan berada di tempat kumuh, rusuh, kotor dan sejenisnya. Tetapi ini malah kebalikan dari yang ia pikirkan. Ah sudahlah, sepertinya setelah ini ia harus mengurangi menonton acara dramanya.
Pandangannya tertuju pada arah sebelah kiri. Ia bisa mengatakan jika sekarang adalah malam hari, karena di sebelah kiri dimana dirinya berada terdapat jendela yang lumayan besar mengarah pada jalanan kota Seoul yang ramai ketika matahari sudah menghilang dan juga banyak lampu yang berkelap-kelip.
Cklek~
Suara pintu terbuka dan menampakkan seseorang berpakaian serba hitam yang Misoo yakini jika orang itulah yang membawanya kemari.
Orang tersebut menarik paksa Misoo untuk ikut dengannya. Misoo sempat menolak, tapi apa daya ukuran orang tersebut yang besarnya tiga kali lipat dari ukuran dirinya.
Misoo dibawa orang itu ke arah ruangan depan dan sudah ada seorang gadis cantik yang kini tengah mengupas kulit apel dengan menggunakan pisau. Kenapa Misoo jadi merinding melihatnya.
Misoo didudukkan disatu kursi dan diikat menggunakan tali yang ia tidak tahu nama tali itu, namun yang ia ketahui hanya tali itu sangat kuat.
"Annyeong eonni," sapa gadis itu dengan memakan apel yang sudah ia kupas tadi.
"Siapa kau? Untuk dasar apa kau membawaku kemari?" Misoo langsung to the poin dan tidak ingin membicarakan omong kosong.
"Sabar, sabar, eonni ... Aku akan memperkenalkan diriku padamu terlebih dahulu, setelahnya aku akan menjawab pertanyaanmu itu." Gadis itu kini meletakkan pisau yang dari tadi ia pegang di atas meja yang ada beberapa buah-buahan di sisinya. Ia mengubah posisinya yang semula duduk menjadi berdiri.
"Namaku Jung Hyunjin. Aku adalah fans pertama kekasihmu, bahkan sebelum ia debut aku sudah menjadi fansnya. Aku tidak tahu kenapa Taehyung oppa memilihmu daripada aku yang sudah lama mengenalnya. Jadi aku sangat membencimu. Oh iya, itu bisa menjadi alasan kedua kenapa aku menculikmu. Sebab alasan pertamaku menculikmu karena kau membuat kedua orang yang aku cintai bertengkar dan aku tidak suka itu," jelasnya panjang lebar.
Membuat otak Misoo berpikir siapa yang dimaksud dengan kedua orang yang gadis itu cintai.
"Kau ingin tau siapa dia? Choi Soobin. Dialah orang yang aku cintai setelah Taehyung oppa. Tanpa rasa bersalah sama sekali, dia memutuskanku pada saat tanggal jadian kita. Miris sekali hidupku ini, sudah tidak mendapatkan orang yang ku dukung dari dulu dan ditinggalkan orang yang aku cintai demi seorang gadis sepertimu. Dan itu membuatku semakin membencimu," lanjutnya dengan menatap Misoo sinis. Misoo hanya diam dan mencerna omongan gadis yang sepertinya lebih muda darinya itu.
Gadis itu mendekat ke arah Misoo. Entah kenapa itu membuat hati Misoo berdetak kencang, ia takut. Badanya bergetar ketakutan.
"Kenapa badanmu bergetar, eonni ? Apa kau takut padaku?" ucapnya dengan jarak yang semakin dekat pada Misoo. Mencolek dagu Misoo dan membuat Misoo takut, itulah yang membuatnya senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luck or Loss || [END]
Fanfiction[Cerita ini sudah direvisi, tapi masih jauh dari kata sempurna. Jadi kalau kalian menemukan typo, bahasa yang masih amburadul, dan kesalahan yang lain-lain. Itu karena saya masih belajar dalam hal kepenulisan.] Bagaimana perasaanmu pada saat bertemu...