Keesokkan harinya, Bella sudah siap dengan seragam putih abu-abunya hendak bergegas ke sekolah. Kakinya menuruni anak tangga hendak menuju ruang makan untuk sarapan.
Setibanya di ruang makan, dirinya mendapati Papanya sedang duduk di bangku sambil memasukkan beberapa potongan roti yang sudah diberinya selai cokelat kedalam kotak bekal. Sepertinya Papanya itu hendak membawa bekal ke kantor. Tetapi jika dilihat dari pakaian Papanya saat ini dia tidak mengenakan kemeja ataupun pakaian yang biasanya ia kenakan untuk bekerja. Kini Papanya hanya mengenakan kaos polo serta celana santainya. Apa dia tidak bekerja hari ini? ah entahlah, ia tidak terlalu memusingkan hal itu.
Papanya itu lalu memberi ucapan selamat pagi kepada Bella, Namun tidak ada sepatah katapun balasan darinya.
"Itu minum dulu susunya, sudah Papa siapkan." ujar Roy memberitahu
Bella segera meneguk segelas susu cokelat yang sudah tersedia diatas meja hingga habis. Lalu tangannya meraih sepotong roti tawar yang masih polos belum diberi selai apapun diatasnya untuk dimakan.
"Bella pamit." ujarnya sambil mengunyah
"Tunggu sebentar Bell." cegah Roy saat anaknya hendak pergi.
Bella menghentikan langkahnya lalu menoleh. Dilihatnya kini Papanya berjalan mendekat kearahnya sambil membawakan sekotak bekal tadi yang baru diisinya dengan beberapa roti tawar.
"Bawa ini." ujar Roy sambil memberikan kotak bekal tersebut kepada anaknya.
Bellaa menaikkan sebelah alisnya.
"Untuk mengisi perut mu saat jam istirahat nanti." jelas Roy
Bellaa lalu menerima kotak bekal tersebut dan segera berjalan hendak keluar. Seketika Bella baru teringat akan sesuatu dan dirinya menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Papanya.
"Pa.." panggilnya
"Iya?" jawab Roy
"Nanti Papa ke bandara jam berapa?"
"Jam 1 siang sayang, Ada apa?"
Bella mengulum bibirnya sebentar. "Ohh.. Yaudah, Bella pamit sekolah." balasnya kemudian berbalik dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi.
"Hati-hati ya.." ucap Roy sambil mengulas senyumnya saat baru menyadari anak semata wayangnya itu sudah tumbuh dewasa.
"Kau sangat mirip dengan almarhum Mama mu Bella." gumam Roy saat punggung anaknya sudah tidak terlihat lagi.
***
Dikelas Bella hanya diam termenung, dirinya masih memikirkan perkataan Papanya semalam. Entah dirinya siap atau tidak ditinggal Papanya nanti tugas di luar kota. Lalu apakah Papanya itu benar-benar serius berniat menitipkan dirinya kepada anak dari kerabat kerjanya? Apa itu tidak konyol? Secara, dirinya sudah dewasa dan bukan lagi anak-anak yang harus diawasi oleh orang lain jika tidak ada orang tuanya.
Bella benci kehidupan seperti ini. Andai Mamanya masih ada, Pasti Mamanya yang akan setia menemani dan menjaga dirinya. Tidak seperti Papa yang terlalu sibuk dengan dunia kerjanya sampai lupa dengan anak semata wayangnya.
Tanpa sadar kini air mata sudah membanjiri pipinya. Lalu seseorang datang memegang bahunya dari belakang membuatnya reflek mengahapus airmatanya kemudian menoleh kebelakang.
"Justin?"
Lelaki yang di panggil Justin itu tersenyum kearah Bella sambil mengusap airmatanya yang masih tersisa di pipi.
"Jangan nangis. Nanti cantiknya hilang." ujar Justin
Bella terkekeh pelan. Justin memang sering seperti ini, selalu bisa menghiburnya dengan kata-kata gombalnya. Padahal hubungan mereka hanya sebatas teman, tidak lebih dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pilot's Wife [END]
Romance"Pernikahan ini terjadi karena aku hamil." -Bella Elyana ** Bella Elyana, gadis belia yang masih duduk di bangku SMA dan merupakan anak tunggal dari seorang pengusaha ternama. Karier papanya begitu sukses, namun hal tersebut justru membuat Bella men...