3 - Menyatakan perasaan

452K 14.2K 1.5K
                                    

Setibanya dirumah Bella menghempaskan tubuhnya diatas ranjang empuknya. Hari ini seperti menjadi hari sial baginya, belum lagi kemarin. Dirinya tidak habis pikir, bagaimana bisa Alan mau diperintahkan Papanya untuk mengawasi dirinya? Lagi pula apa dia tidak ada pekerjaan lain? Apa dia tidak ada kerjaan sehingga begitu menerima saja diperintahkan Papanya untuk mengawasi dirinya selama beberapa bulan kedepan.

Bella tidak habis pikir dengan jalan pikiran Papanya itu. Sebenarnya apa yang direncakan Tuhan dan Papanya saat ini?

Bagaimana pun juga Bella harus bisa membuat Alan menyerah, dirinya harus mencari cara lain agar Alan tidak betah dengannya dan kemudian pergi begitu saja. Karena dengan begitu dirinya bisa bebas tanpa ada pengawasan orang dewasa.

Dirinya masih begitu kesal dengan kejadian barusan. Bisa-bisanya Alan berkata sebagaimana tadi. Kini malah dirinya yang jadi berbalik dikerjai Alan, padahal niatnya ingin mengerjai Alan.

Selang beberapa menit kemudian Bella mendengar suara mobil memasuki halaman rumahnya. Bella langsung bangkit dari posisinya dan berjalan kearah jendelanya yang masih terhalang tirai. Digeser sedikit tirai jendelanya itu sehingga Bella bisa melihat kearah luar. Dilihatnya kini ada Pria yang begitu dirinya kesal sejak tadi siang, siapa lagi kalau bukan Alan.

Alan baru saja selesai memakirkan mobilnya dihalaman rumah Roy, kemudian berjalan memasuki rumahnya.

Bella masih diam diposisinya. Kepalanya kini diisi dengan begitu banyak pertanyaan mengenai Alan saat ini.

Apa Alan benar-benar akan menginap disini selama beberapa bulan kedepan? Apa yang akan di lakukannya untuk hari-hari kedepan selama papanya itu tidak dirumah? Apa dia hanya diam dirumah mengawasi dirinya terus-terusan? Menurutnya itu sangat membosankan. Lebih berguna lagi jika Alan lebih baik bekerja saja agar menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dari pada harus mengawasi dirinya dirumah untuk beberapa bulan kedepan.

Lalu terdengar suara langkah kaki menaiki tangga. Bella sudah bisa menebak bahwa itu ialah Alan hendak menuju ke kamarnya.

Buru-buru Bella mematikan lampu kamarnya dan menyalakan lampu tidurnya. Ia langsung menarik selimutnya hingga batas leher dan memejamkan kedua matanya berpura-pura sudah tidur.

'Ceklek' Terdengar suara pintu kamarnya terbuka. Kemudian lampu dinyalakan, Bella bisa merasakannya bahwa Alan baru saja menyalakan lampu kamarnya.

Saat itu juga Bella langsung keringat dingin. Dirinya begitu merutuki kebodohannya karena lupa mengunci pintu kamarnya. Bagaimana jika Alan berbuat macam-macam padanya?

Bodoh. Bodoh. Bodoh. Itu yang ada dipikirannya saat ini.

Hening. Tidak ada suara sedikit pun. Bella penasaran, apa yang dilakukan pria itu sehingga tidak menimbulkan suara lagi. Apa dia sudah keluar kamar? kalau sudah pasti terdengar suara pintu tertutup, tetapi ini belum. Bella belum mendengar suara pintu kamarnya ditutup.

Bella sangat penasaran sekali. Alhasil kini dirinya mengintip-ngintip untuk melihat apa yang dilakukan Alan saat ini. Perlahan-lahan ia membuka matanya sedikit, kini dirinya menangkap sosok Alan yang berdiri tepat menghadapnya. Dia tampak begitu diam saja menatap kearahnya.

Saat ini Bella benar-benar ketakutan setengah mati. Lebih baik dirinya bertemu dengan hantu atau semacamnya dikamarnya ini daripada harus melihat sosok Alan yang begitu menyeramkan saat ini berdiri menghadap kearahnya.

Raut wajah Alan tidak bisa dibacanya. Bella takut, dirinya takut kalau Alan dendam terhadapnya karena dirinya pulang begitu saja tanpa membayar makanan yang sudah dimakannya di cafe tadi.

"Saya tau kamu berpura-pura tidur." ujar Alan dengan nada datar.

Deg! Alan mengetahui kalau Bella benar-benar belum tidur.

The Pilot's Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang