Kejadian marahnya Rose pada Jaehyun berlangsung lumayan lama. Terhitung seminggu gadis itu tak banyak bicara dengan Jaehyun. Jaehyun dibuat luar biasa tak nyaman dengan sikap Rose. Rasanya ia malas pulang ke appartemennya. Ada yang hilang dari hari harinya.
Perihal hubungan Jaehyun dengan Chaeyeon? Ya hubungan mereka jauh lebih baik. Sangat baik bahkan. Walaupun tak ada kata berbalikan, Chaeyeon semakin sering menghabiskan waktunya dengan Jaehyun.
Sementara Rose? Ia berusaha menyibukkan dirinya. Jujur saja bertengkar dengan Jaehyun bukanlah hal yang baik baginya. Ia terus terusan merasa khawatir pada Jaehyun. Terkadang lelaki itu melalaikan jam makan siangnya, meminum kopi dengan perut kosong, bekerja tanpa istirahat. Tentu saja Rose ingin sekali mengingatkannya untuk tidak melakukan itu. Namun gengsi menguasai dirinya, ketimbang menghubungi Jaehyun ia lebih memilih bergelut dengan kekhawatirannya sendiri.
"Rose? Kau ada masalah?" Tanya Lisa.
Memang, tak biasanya Rose banyak diam.
Rose menggeleng. "Tidak"
Tentu saja Lisa tidak percaya, satu minggu Rose banyak diam. Tentu saja hal aneh bagi Lisa. Rose itu super cerewet, tak tahan bila tidak banyak bicara sehari saja.
"Kau tau? Kepala rumah sakit ini akan diganti" Lisa mencoba mencari topik menarik untuk dibahas. Ia tahu, Rose tak akan menceritakan masalahnya sekuat apapun Lisa mendesaknya.
"Ya, Tuan Bang sudah tua, sudah waktunya memang" Jawab Rose malas.
"Kudengar penggantinya adalah cucunya yang di Australia. Ia akan segera kembali kesini" Cerita Lisa.
"Baguslah" Jawab Rose seadanya.
Lisa benar benar bingung harus berbicara apa lagi. Ia memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya. Ya, mungkin nona Park sedang butuh waktu sendiri.
----
Berpindah menuju kantor pusat JJ Corp. Jung Jaehyun duduk dengan gagah di meja kerjanya.
"Jungwoo?" Panggil Jaehyun.
Sekretarisnya itu menoleh.
"Iya pak?" Respon Jungwoo.
"Let's talk as friend." Pinta Jaehyun.
Jungwoo mengerti apa yang dimaksud bosnya itu.
"Apa mungkin kau dapat jatuh cinta lagi dengan mudah pada orang yang telah menyakitimu?" Tanya Jaehyun.
Jungwoo tersenyum simpul dibuatnya.
"Menyakiti? Seperti memukul? Menendang bokong? Menampar?" Canda Jungwoo."Ayolah, aku sedang ingin serius" Rengek Jaehyun.
"Tergantung. Bagaimana cara ia menyakitiku"
"Jika dia berhianat dibelakangmu?"
Jungwoo sedikit terkejut. Apa bosnya sekarang sedang membicarakan tentang perselingkuhan?.
"Tidak, jangankan untuk mencintai kembali, aku tak bisa toleransi dengan penghianat." Jawab Jungwoo mantab.
"Bahkan jika ia cinta pertamamu? Yang kau cintai sejak kecil?" Kejar Jaehyun.
"Kau sedang bicara tentang Chaeyeon?" Tebak Jungwoo, tepat pada poin Jaehyun.
Jaehyun hanya diam.
"Wah dia bicara apa padamu? Apa terjadi sesuatu di malam setelah rapat kita di Canada?" Tambah Jungwoo.
"Dia meminta maaf kepadaku. Dia menangis, semuanya terlihat sangat tulus. Aku lemah dibuatnya" Cerita Jaehyun. Mengulang kejadian malam itu.
"Kupikir hanya Rose yang bisa membuatmu lemah" Celetuk Jungwoo.
"Kau ini" Jaehyun terlihat kesal.
Jungwoo tertawa. "Kau minta pendapatku? Aku tidak akan jatuh cinta lagi pada orang yang menghianatiku. Kalaupun sampai jatuh hati lagi, aku akan lebih baik mengubur rasaku. Kalau kau kira aku tak mengenal kesempatan kedua, ya lebih baik aku tak mengenalnya. Daripada memberi kesempatan kedua bagi orang yang salah. " Ucap Jungwoo.
"Jika kau lupa. Mari kuingatkan bahwa kau sudah memberi 3 kesempatan padanya. Bagaimaa hasilnya?"
Jaehyun meresapi segala kata yang keluar dari mulut Jungwoo. Rekan kerjanya itu terdengar bijaksana namun sedikit menyebalkan baginya.
"Cinta pertama tak selalu berhasil. Bahkan hampir tidak ada yang berakhir sempurna. Pikirkan lagi. Aku lanjutkan pekerjaan dulu" Jungwoo kembali ke meja kerjanya.
Omongan Jungwoo ada benarnya, namun tak semua bisa diterima Jaehyun. Entah bagaimana Chaeyeon kembali menempati tempat di hatinya. Meski belum sepenuhnya, tapi seolah Jaehyun mendapatkan kembali rasanya yang sempat hilang.
----
Matahari baru saja tenggelam di barat, langit menggelap dengan semburat warna jingga. Rose duduk di balkon kamarnya sembari memandangi sisa sisa tenggelamnya sang surya. Bagai menghiraukan segalanya, langkah kaki Jaehyun yang telah berada disampingnya pun tak ia sadari.
"Rose" Panggil Jaehyun lembut.
Rose sedikit terkejut dibuatnya.
"I'm sorry" Ucap Jaehyun. Rose menoleh lalu tersenyum.
"I'm the one who should say sorry. Benar katamu. Kau dan Chaeyeon bukan urusanku." Rose berbicara, senyum manis itu masih melekat di bibirnya.
"Bukan itu maksudku--"
"Tentang Paris? Tidak apa apa. Lagipula aku tak jadi mengambil cuti" Rose kembali mengedarkan pandangannya pada langit. Baru saja ia berbohong,ia telah mengajukan cuti untuk acaranya dengan Jaehyun.
"Maafkan aku atas segalanya. Yang kita bicarakan malam itu. Semuanya. Maafkan aku yang tak bisa menjaga emosiku." Jaehyun membuat tubuh Rose menghadap dirinya.
Rose hanya tersenyum. Senyumannya terlihat hangat dengan mata yang meneduhkan. Bagai pelepas lelah untuk Jaehyun.
"Maka maafkan aku yang terlalu ikut campur. Sekarang terserah kau saja, ingin kembali dengan Chaeyeon? Silahkan. Aku selalu mendukung apa yang membuatmu bahagia" Rose menepuk lengan Jaehyun.
"Can I hug you?" Pinta Jaehyun.
Rose melebarkan lengannya. Sedetik kemudian tubuh kekar Jaehyun mendekapnya dengan hangat.
"I miss you so much" Bisik Jaehyun.
----
Ehee baikan dongg. Tapi tak sesingkat ini konfliknya ferguso😝
Rose udah ngijinin nih Jae balik sama Chaeyeon. Balikin jangan???
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend of A lifetime : Jaerose
FanfictionRose yang berteman namun terikat lebih dari pertemanan. [Warn! Mature Content]