Bagiku, semua yang tertulis disini bukanlah kisah cinta romantis seperti di negeri dongeng. Ini hanyalah bentuk ekspresi bangga-ku terhadap cinta pertamaku. Bangga karena aku memiliki seseorang yang sangat sempurna.
Dia adalah segalanya kala itu.
Wajahnya,
Hatinya,
Ketabahannya,
Kekuatan dirinya,
Dan
Bagaimana ia mencintai diriku apa adanya dengan segala kelebihannya.
Akan tetapi kisah cinta pertamaku ini tidak bertahan lama. Tidak seindah kisah Jasmine dan Aladdin. Namun tidak pula berakhir seperti kisah Romeo dan Juliet. Seperti yang aku katakan, ini bukan sebuah kisah cinta dongeng yang berakhir indah. Karena Tuhan memiliki keputusan lain, yaitu merenggut dirinya dari dekapanku.
Namun, aku tetap berterima kasih kepada Tuhan. Karena ia mampu memberikanku sebuah pelajaran. Pelajaran yang sangat amat berharga. Padahal pelajaran itu hanyalah tentang merelakan.
Aku diberi pelajaran oleh-Nya, bahwa jika seorang manusia memaksa seorang manusia lain untuk tetap berada di sampingnya dalam keadaan tersiksa adalah sebuah keegoisan besar.
Aku pun tetap berusyukur. Karena aku diberikan memori agar aku mampu mengingat semua tentang dirinya. Mulai dari wajahnya, senyumnya, suaranya, gaya bicaranya, gaya berjalannya, sampai tatapannya.
Oleh karena itu Aku, Louisa Adinda.
Berjanji untuk tidak melupakan apapun tentang dirinya, dari kenangan yang paling indah sampai kenangan yang paling buruk.
Dari yang paling manis sampai yang paling pahit.
Dari awal kisah kami sampai akhir kisah kami.
Dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Dan
Aku berjanji untuk tidak melupakan apapun meski aku harus kehilangan ingatanku.
Untuk itu, aku mengabadikan hampir setiap momen berharga tentang aku dan seorang Alvaro Danendra disini.
Agar anak dan cucuku dapat mendengarkan dan mengakui bahwa ini adalah sebuah kisah cinta sejati yang benar-benar sejati.
Meskipun ribuan rangkaian kata tidak akan cukup untuk mengungkapkan sebuah perasaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LE(YOU)KIMIA
Novela Juvenil"aku bahkan takut untuk memejamkan mataku." Varo menghembuskan nafasnya berat. Louisa mengerutkan dahinya, menatap mata indah Varo. "Apa yang kamu takutkan?" Varo menatap gadis didepannya itu. "aku takut gak bisa buka mata aku lagi, Lou. Karena aku...