Bagian 26 SELESAI

3.7K 101 3
                                    

Dear Divia.

Waktu loe baca surat ini, mungkin gue udah di pesawat menuju Surabaya. Maafkan gue sekali lagi karena tidak bisa berpamitan dan berhadapan langsung sama loe. Karena gue pasti akan menangis, dan mengurungkan niat gue buat pergi.

Vi, gue nggak mau loe putus dengan Arion karena gue, karena rasa bersalah loe sama gue. Enggak! Loe nggak salah. Dalam hal ini, gue-lah penyebab masalahnya, karena pikiran dangkal gue. Gue nggak pengen seumur hidup loe menderita karena perasaan bersalah loe, dan menderita juga karena kehilangan cinta sejati loe.

Vi, gue nggak apa-apa. Gue bener-bener ikhlas jika kalian kembali bersama. Demi gue, loe balikan ya!!!

Dan juga, loe juga jangan mikir macem-macem tentang kepindahan gue. Akhirnya setelah lama kesepian, gue dan mama akan memulai kehidupan baru di Surabaya sebagai ibu dan anak yang bahagia.

Amel.

Seketika selembar kertas berwarna pink yang dipegang Divia jatuh terkulai diatas lantai kamar kosnya. Tangan cewek itu bergetar, dan seketika juga titik-titik air mata itu mengalir deras membasahi kedua pipinya.

"Amel...!" Erangnya kemudian melempar tas yang ada dipunggungnya keatas tempat tidur dan berjalan tergesa untuk meninggalkan kamarnya yang baru sekitar 5 menit lalu ia masuk kedalamnya.

Namun baru membuka pintu, wajah serius Arion sudah muncul disana.

"Vi..loe kenapa?" Wajah Arion seketika berubah menjadi panik karena melhat Divia berurai air mata.

"Amel Ar.... Amel pergi! Dia ke Surabaya. Nggak pamitan sama gue!" Divia menarik ponsel yang ada di saku jeansnya kemudian dengan tergesa mencari nama Amel di buku teleponnya. Namun, nomor itu sudah tidak aktif.

"Gue harus cari Amel!" Suara Divia bergetar, tubuhnya meronta untuk menyingkirkan badan Arion yang menghadang pintu dan menghalangi jalannya.

"Vi....cukup!" Arion meraih pergelangan tangan Divia dan memegangnya dengan erat.

"Tenang! Dia sudah di pesawat sekarang!" Suara Arion meninggi, membuat Divia tiba-tiba berdiri mematung memandang Arion dengan tatapan tidak pecaya.

Arion menarik nafas kemudian menuntun tangan mungil itu untuk masuk kedalam kamar lagi untuk menenangkannya.

"Jadi...loe udah tau?" Tanya Divia lesu ketika ia sudah duduk diatas sofa.

Arion mengangguk.

"Dua hari lalu dia menemui gue." Jawabnya."Dia minta maaf, dan pamitan sama gue."

Divia menunduk, pandangannya jatuh pada secarik kertas yang tergeletak diatas lantai. Tiba-tiba Divia teringat isi surat itu.

"Tapi kenapa dia nggak pamitan sama gue?" Gumamnya kecewa.

"Mungkin dia nggak akan bisa berangkat kalau ketemu sama loe Vi...."

"Tapi nggak begini 'kan caranya Ar!" Amel masih tidak terima.

Arion menghela nafas.

"Semua ini baik buat dia Vi. Percaya sama gue."

Divia termenung, diliriknya Arion yang duduk di sebelahnya.

"Terus loe ngapain kesini?" Tanyanya kemudian.

Arion meremas jemari Divia.

"Gue udah bilang kan, kalau gue akan membuat loe jatuh cinta sama gue lagi, lagi dan lagi meskipun loe meninggalkan gue?"

Divia tidak menjawab. Ia memang pernah mendengar Arion mengatakan itu.

"Vi, loe jangan menyalahkan diri loe sendiri dengan apa yangmenimpa Amel. Dia sudah menyadarinya dan lagipula dia juga sudah menyesal." Arion membelai lembut pipi Divia yang sembab.

"Tapi Ar.."

"Vi, yang penting dia tidak kenapa-kenapa."

Divia menarik nafas. Dalam hati membenarkan apa yang dikatakan Arion.

"Gue mohon Vi, sekali lagi kembali sama gue...." Pinta Arion sungguh-sungguh. "Lupakan perasaan bersalah loe selama ini sama dia. Gue yakin, suatu saat nanti dia akan menemukan cinta sejatinya sendiri, dan loe harus percaya itu."

Divia memandang wajah Arion. Wajah teduh yang tak pernah berpaling darinya meskipun sudah berulang kali ia sakiti.

"Ar...."Bisik Divia lembut.

Arion mengedipkan mata.

"Loe mau nggak jadi cowok gue.....lagi?"

Arion tersenyum penuh arti.

"Gue nggak pernah merasa kalau loe ninggalin gue Vi." Jawabnya datar.

"Gue cuma ngasih loe waktu buat berfikir."

"Ma'afin gue ya Ar. Ma'afin keegoisan gue. Gue baru sadar, bahwa hanya loe yang bisa menerima sifat gue yang seperti ini."

Arion tersenyum, membelai lembut pipi Divia kemudian mengecup bibirnya dengan lembut.

"I love you...."Bisiknya mesra ditelinga Divia.

"I love you too...." Balas Divia lembut kemudian memeluk tubuh cowok itu dengan hangat..

SEKIAN

Reuni Sang Mantan (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang