Bagian 8

1.3K 75 0
                                    

Arion berjalan santai setelah memarkir mobilnya di parkiran kampus. Masih ada waktu panjang untuk kuliah pertama hari ini. Semalamam dia sulit tidur karena kejadian di SMU kemarin sore. Bayangan wajah Divia yang menangis tergugu jelas terpampang nyata di ingatannya sehingga membuat ia sulit memejamkan mata.

Pandangan cowok itu terhenti saat dilihatnya Divia dan Amel berjalan beriringan didepannya. Arion tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Haruskah ia menghindar dan pergi? Atau haruskah ia menyapa mereka dan seolah kejadian semalam tidak pernah ada? Tapi ini kesempatannya, ia harus tahu bagaimana keadaan Divia, sekarang.

"Hai....." Arion tersenyum ketika sampai di depan kedua cewek itu. Diam-diam dipandanginya Divia yang berdiri acuh di depannya. Wajah itu tampak kusut dengan mata sembab dan lingkaran hitam yang terliha tjelas di bawah matanya. Arion yakin, semalam cewek itu pasti tidak memejamkan matanya sama sekali.

"Hai Ar..." Sapa Amel

"Ada kuliah pagi 'kah?"

Arion mengangguk.

"Kalian ada kuliah juga?" Cowok itu memadangi Divia dan Amel bergantian.

Amel mengangguk, dia hendak mengatakan sesuatu sebelum akhirnya Divia menyenggol lengannya.

"Gue ke kelas dulu ya..."Bisiknya kepada Amel. Ditatapnya sekilas Arion, dan tanpa menunggu pesetujuan Amel Divia sudah berjalan meninggalkan mereka.

"Dia lagi patah hati..." Bisik Amel kemudian ketika Divia sudah menjauh.

"Semalam, cowok yang dipacarinya selama 3 tahun tiba-tiba mutusin dia."

Arion tersenyum hambar. Tanpa Amel jelaskan pun Arion sudah tahu apa masalah yang dihadapi Divia. Malah mungkin dia adalah orang pertama yang tahu tentang berita itu, karena Arion melihat dengan matanya sendiri.

"Loe ada kuliah jam berapa Ar?"

"Masih ada sejam lagi." Jawab Arion pendek.

"Sarapan bareng yuk!" Ajak Amel kemudian.

"Temenin gue!"

Arion berfikir sejenak, kemudian mengangguk. Sesaat kemudian mereka sudah berjalan beriringan menuju kantin.

Sementara itu di loteng lantai dua, Divia menoleh kearah halaman, dimana Arion dan Amel berjalan beriringan.

Cewek itu menghela nafas. Entahlah, dia tidak tahu apa yang dpikirkannya.

***

"Jadi...loe udah lama sahabatan sama Divia?" Tanya Arion sambil menyesp teh hangatnya. Sepiring batagor sudah ludes di depannya.

Amel meengangguk.

"Iya sejak kita kuliah disini."

"Emang apa sih yang membuat loe bisa dekat sama dia?"

Amel tampak berfikir. Dia mengingat-ingat kesan pertama yang di dapatkannya dari Divia.

"Divia baik, ramah dan mengerti gue."

Arion tersenyum kecil. Dalam hatai dia mengamini apa yang dikatakan Amel. Meskipun Divia pernah menyakitinya, namun memang benar jika Divia adalah cewek yang baik dan ramah.

"Gue tipe cewek introvert Ar." Amel kembali membuka suara.

"Gue tertutup, bahkan untuk berteman. Biasanya beberapa orang akan bosan dengan kepribadian gue, dan memilih meninggalkan gue. Tapi Divia enggak, meskipun dia tahu gue bukan orang yang bisa terbuka dengan siapa saja, namun cewek itu bisa mengambil hati gue dan perlahan menyelami perasaan gue."

Reuni Sang Mantan (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang