Tak terasa, waktu terus berjalan. Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.
Sudah tiga bulan sejak kejadian manis di perkemahan. Sekarang aku dan lawrence sudah berstatus sebagai sepasang sepatu :) eh salah, salah, maksudnya sepasang kekasih.
Banyak hal yang berubah dari kami. Sekarang, aku dan lawrence selalu pergi dan pulang sekolah bersama. Kami juga selalu bermalam sabtu - ya, kami mengganti malam minggu kami dengan malam sabtu.
🌿🌿🌿
Jumat yang lalu...
"ca, gimana kalo misalnya besok kita dinner?" ucap lawrence
saat kami sedang belajar bersama di perpus sekolah.
"ga bisa ren" kataku dengan mata yang tak beralih dari buku yang baru saja aku bawa dari rak 01.
"kenapa si caa, aku bosen tau, malem sabtu terus, kenapa ga sekalian malem jumat" katanya lagi dengan muka sebel.
"iya, aku minta maaf ya lawrence. Yang penting kan caca masi punya waktu buat lawrence. Tapi idenya bagus juga tu. Kapan kapan kita malem jumatan ya" kataku sambil tersenyum padanya
"tapi kenapa ca?" katanya lagi. Kali ini dia menampakan wajah yang selalu membuatku tak tega.
"ren, maaf ya aku tutup muka kamu" kataku semakin tak tega melihatnya.
"ih, apaan si aku ga bisa nafas tau" katanya dengan nafas tak beraturan.
"oh maaf maaf. Abisnya muka kamu kaya minta ditampol. Eh maksudnya minta dikasihanin" kataku merasa bersalah.
"maaf ya ren aku ga bisa malem mingguan sama kamu. Soalnya ada hal lain yang harus aku urus juga" kataku dengan wajah penuh dosa - emang iya si aku penuh dosa. Hhe
"hah. Siapa?! Kamu selingkuh dari aku?!!!" katanya dengan sebal.
"bukan gitu lawrence. Iya aja caca selingkuh sama embe" kataku dengan wajah tak berdosa
"embe? Maksudnya kambing?" tanya lawrence.
"iya" kataku sambil tersenyum padanya
"ngapain coba kamu malem mingguan sama kambing" tanyanya dengan muka sebalnya lagi
"iiihh, gini ya lawrence ku sayang. Embe juga makhluk hidup. Dia juga butuh makan, minum, mandi, bahkan oksigen" kataku menjelaskan
"iya si ca. Itu tu kalo misalnya embe beneran. Lah ini coba cuma boneka" katanya dengan bibir yang maju beberapa senti
"apaan si, lawrence! Ko bilang embe-embe caca cuma boneka. Walaupun cuma boneka tapi caca ga suka ada orang yang bilang kaya gitu. Caca sayang sama embe embe caca sama kaya caca sayang sama illani dan zahra!!!" kataku dengan suara sedikit tinggi
"iya maaf ca" kini suaranya sangat pelan bahkan hampir berbisik
"ya udah gini aja. Kalo lawrence tetep mau malem mingguan sama caca. Lawrence cuma anterin caca ke laundry" kataku bersemangat
"ngapain?" katanya
"anterin embe caca mandi" kataku tambah antusias
"mandi doang ke laundry?" katanya dengan wajah heran
"iya" kataku seadanya
"sekarang gini ya ca, embe punya lo sama embe buat qurban mahalan mana" tanyanya sambil lekat memperhatikan wajahku
"embe buat qurban lah" kataku dengan polos
"ok. Trus kenapa embe lo kalo mau mandi harus ke laundry sedangkan embe qurban yang lebih mahal kalo mandi cuma disemprot pake selang terus di sikat. Bahkan kadang ya ca, disikatnya tuh pake sikat wc" katanya tak habis fikir
"iya juga ya" kataku yang sepertinya telah mendapat hidayah
"alhamdulillah, akhirnya lo sadar ca" katanya lagi dengan lega
"iya. Makasih ya lawrence atas pencerahannya. Tapi tetep ga bisa lawrence, soalnya caca harus mandiin ikan nila caca ke laundry" kataku dengan polos
"ikan lo yang di aquarium itu?" kata lawrence yang nampaknya terkejut.
"iya" kataku dengan wajah tak berdosa
"mati lah caa ikannya. Oke lah serah lu aja gue cape" katanya sambil merebahkan tubuhnya ke bangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The love story of Icasia
Teen FictionIcasia yang diam diam menyimpan rasa pada lawrence. Si lelaki tampan, pintar, yang memiliki sikap dingin sedingin es. Yang kemudian tuhan persatukan perasaan tersebut. Namun, waktu berkata bahwa mereka harus memiliki jarak ratusan kilometer. Yang...