"ca, lo lagi ngapain?" "lawrence ga liat? Aku lagi naburin garem di sekeliling tenda biar ga ada uler" jawab caca polos "tapi ca, setau aku ular itu ga talit garem karena badannya ga berlendir" "ohh, berarti caca salah yaa?" "hemm"
Tiba tiba saja caca memasuki tenda dan keluar dengan papan kayu di tangannya. "ca lo mau ngapain?" caca tak menjawab sepertinyaaa caca sedang menulis sesuatu "ular dilarang masuk?" ucap lawrence membaca tulisan di papan kayu tersebut. "emang ular bisa baca?" "bisa" kata caca mengangguk yakin.
"lo tau dari mana?" "caca suka nonton film kancil. Di sana tuh ularnya jahat sama kancilnya. Untung kancilnya pinter kaya caca" jawab caca panjang lebar.
"ca lo lagi ngapain?" tanya zahra yang tiba tiba lewat. "taaaddaa" ucap caca bangga. Zahra hanya menggangguk tengkuknya yang tak gatal.
🌿🌿🌿
"zahra, gue mau nanya" "iyah?" " Apa dia sanggup jalanin LDR?" "lo ngapain nanya kaya gitu?" tanya zahra penasaran. "jadi gini" lawrence pun menjelaskan semuanya
"hemm setau gue caca ga kuat LDR an" kata zahra ragu "lo sendiri sanggup?" lawrence hanya menggeleng.
🌿🌿🌿
"ca, ada yang pengen aku omongin" "bentar" ucap caca. Sepertinya dia sedang memasak eh salah deng maksudnya merebus mie goreng. "nih lawrence kita makan bareng bareng ajah ya" kata caca sambil menyodorkan semangkuk mie.
Saat caca mulai menyantap mie tersebut, lawrence memulai pembicaraan "ca, lo sanggup jalanin LDR?" tanya lawrence dengan nada serius. "hemm, kenapa emang?" "ca, gue bakal ke jakarta" "terus kenapa? Jangan lupa oleh oleh buat caca ya" kata caca dengan senyum
"berapa lama?" "gue sendiri ga tau sampe kapan" ucap lawrence ragu. Tiba tiba caca berhenti makan. "maksudnya?" tanya caca "ayah gue dinasnya pindah ke jakarta. Jadi gue ikut" jelas lawrence lagi.
JLEB!
Seperti ada sesuatu yang menghantam dada caca. Mata caca panas seketika "lo kuat ldr an?" caca menggeleng sambil tersenyum miris. "ca, lo harus percaya, gue sayang, saayang benget sama lo" kata kata lawrence menambah sesak dada caca "lawrence caca ke tenda dulu ya. " ucap caca dengan suara lirih.
Namun ketika caca melangkahkan kakinya. Lawrence menahannnya. Genggaman ini, genggaman yang akan selalu caca rindukan ucapnya dalam hati. Seketika pertahanan caca runtuh. Derai air matanya tak dapat tertahankan lagi. Ia terduduk lemas di tanah. "caa, lo jangan nangis. Gue ga bisa liat lo nangis" ucap lawrence lirih. Tangis caca seketika pecah.
"maaf" ucap lawrence lagi. "caca ga kuat LDR an" ucap caca sedih. Lawrence tak sanggup melihat wanita ini menangis. "la-wrence saay-ang caca?" tanya caca. Lawrence tak sanggup menjawab, ia hanya memeluk caca erat. Membiarkan caca nangis di pelukannya
" ca-ca sayang lawr-ence" ucap caca lagi. Hanya itu yang ia katakan. "maaf ca" "lawrence caca ngantuk" "lo ga ikut api ungun?" caca hanya menggeleng seraya berjalan meninggalkan lawrence.
Sesampainya di tenda, ia langsung mengambil buku diary dan menulis semua yang ia raskan hari ini.
Tuhan, jangan ambil lawrence. Caca sayang banget sama dia. Jangan pisahin dia dari caca. Kenapa engkau biarin caca kenal dan punya rasa sama dia kalo akhirnya caca harus kehilangan dia lagi. Mengapa engkau membiarkan duri tajam menusuk dadaku?
Caca melempar bukunya. Bahkan ia tak sanggup menulis. Ia membiarkan air mata terus mengalir di pipinya. Ia hanya terus berharap kalo itu hanyalah mimpi. Tapi sayangnya ini nyata ucap caca tersenyum miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
The love story of Icasia
Teen FictionIcasia yang diam diam menyimpan rasa pada lawrence. Si lelaki tampan, pintar, yang memiliki sikap dingin sedingin es. Yang kemudian tuhan persatukan perasaan tersebut. Namun, waktu berkata bahwa mereka harus memiliki jarak ratusan kilometer. Yang...