Setelah membujuk lawrence untuk tetap bermalam sabtu-an denganku, akhirnya dia mengalah dan mau pergi bersamaku.
🌿🌿🌿
"ayo lah.. masa kamu ngiri sih cuma sama embe doank" kataku masih berjuang untuk membujuknya.
"kamu lebih sayang sama embe embe kamu dari pada sama aku" katanya dengan tangan yang terlipat di dada ditambah lagi dengan bibir yang maju beberapa senti.
"engga gitu juga lawrence. Aku tu saaayyaangg banget sama kamu" kataku dengan penekanan pada bagian kata sayang.
Dia hanya melihatku dengan bibir yang semakin maju kedepan
"ayooo, yah, yah, yah" kataku sambil memelas
"kamu lucuuuu banget kalo marah. Tapi gantengnya ilang. Kalo kamu senyum kamu tu lucu plus gaanntteeenngg banget" kataku sambil mencubit pipinya. Sebenarnya aku geli sendiri saat mengucapkan hal itu
🌿🌿🌿
Sekarang kami sudah sampai di salah satu mall. Kami berdua sudah cape sama demo yang terus dilakukan oleh para cacing. Maka dari itu, hal yang pertama kami lakukan setelah sampai di mall tersebut adalah makan di salah satu toilet.
Otak rada pinter: SALAH WOII SALAH
Otak terlalu pintar: Apaan sii sirik aja
Otak rada pintar: Restoran, restoran bukan toilet iya aja makan di toilet
Tiba tiba saja, kedua belah otakku berdebat lagi yang tanpa aku sadari membuatku memukul pelan kepalaku.
"eh ca, ca, lo kalo mau kesurupan jangan disini. Ca, sadar. EH WOI GUE BILANG SADAR" kata lawrence dengan langkah mundur beberapa langkah
"apaan si lawrence! Caca itu bukan kesurupan. Tapi ini nih otak caca lagi berdebat. Kenapa si otak caca tuh ga bisa bekerja sama banget" kata caca dengan wajah kesal ditambah lagi dengan tangan yang dilipat di dada
"kamu ko malah marah ke aku, bukan ke otaknya" kata lawrence dengan heran
"iya aja caca marah sama otak caca. Gimana kalo ntar otaknya marah sama caca, trus caca ga pinter lagi" kata caca dengan langkah sedikit lebih cepat.
"lahhh?!!!" ucap lawrence sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
🌿🌿🌿
Setelah selesai makan, mereka berencana pergi ke lantai paling atas, untuk nonton bioskop.
Saat menuju ke atas tadi, caca tak sengaja melihat boneka embe yang berhasil menarik perhatiannya. Namun saat itu ia masih mencari akal agar lawrence mau membelikannya
🌿🌿🌿
Saat mereka sampai diatas, ternyata film mereka akan mulai sekitarvtiga puluh menit lagi.
"lawrence, caca mau pipis" kataku dengan panik
"ya udah sana pipis" katanya yang tak beralih dari ponsel miliknya.
"ayo anterin caca" kata caca- suutt ini bagian dari modusku
"apaan sih ca.. Tinggal nyebrang aja noh" ujar lawrence dengan jari yang menunjuk ke arah toilet yang dimaksud
"ga mau disitu. Caca maunya pipis dibawah" kata caca merengek
"apaan sih ca... Sama aja kan" kata lawrence sambil mencubit pipi caca dengan gemas
"ayoo, ini udah diujung. Ayo.. Ayoo.. Ayoo" kataku sambli melompat lompat layaknya orang kebelet pipis
Karna tak tahan melihat sikap caca yang menggemaskan, akhirnya lawrence pun mau mengantarnya
"iya, iya. Ayo manja" sebuah senyuman itu. Senyuman yang mampu membuat siapapun yang melihatnya meleleh. Ditambah lagi dengan elusan lembut dikepalaku, yang menambah kesan manis. Dan tanpa aku sadari, pipiku berubah menjadi merah padam.
🌿🌿🌿
Kami sudah turun satu lantai. Dan ketika aku melewati toko yang aku maksud, aku pun menghentikan langkahku.
"stttoooppp" kataku cepat
"ih sttoopp lawrence" kataku sambil menghadang langkahnya
"apaan? Toilet masih sepuluh meter lagi ca" katanya dengan heran
"caca udah ga mau pipis" kataku menjelaskan
"lahhhh?!" katanya heran
"liat deh lawrence, betapa lucu dan imutnya boneka embe itu" kataku dramatis sambil menunjuk nunjuk boneka tersebut dari kaca
"apa lucunya coba? Boneka segede curut gitu, lucu" katanya yang tampak heran dengan ulah kekasihnya itu
"iya gitu segede curut? Ohh iya iya lawrence bener. Itu segede curut" kataku sambil tersenyum padanya
"nah kamu bener. Ngapain coba beli boneka segede curut, ya kan?" kata lawrence dengan seneng
"tapi caca mau tetep beliiii" kata caca mulai merengek
"aelah caa" kataku mulai pusing menghadapi sikap manjanya
"lawrence. Pliiisss sekaliii aja. Caca mau beli boneka itu, biar boneka caca tambah banyak biar embe caca punya temen baru" katanya masih dengan rengekan
"engga.. Engga.. engga" kataku dengan sedikit tinggi
"pliiss lawrence" katanya yang belum putus asa
"Sekali engga tetep engga, ca" kataku dengan suara yang mulai memelan
"aku mauuuuu" kata caca yang mulai duduk di lantai sambil mengentak entakan kakinya.
Karna tak tahan lagi dengan terpaksa lawrence pun mengiakan keinginan kekasihnya itu
"ok. Iya caa, iya" kata lawrence yang nampaknya hanya dapat pasrah. Akhirnya Lawrence menjulurkan tangan untuk membantuku berdiri
Setelah aku berdiri dengan sempurna, aku pun berjalan di depan lawrence. Dibelakang lawrence hanya menjambak rambutnya. Nampaknya ia mulai frustasi.
"untung aku sayang kamu ca" katanya yang sedikit berbisik
KAMU SEDANG MEMBACA
The love story of Icasia
Ficção AdolescenteIcasia yang diam diam menyimpan rasa pada lawrence. Si lelaki tampan, pintar, yang memiliki sikap dingin sedingin es. Yang kemudian tuhan persatukan perasaan tersebut. Namun, waktu berkata bahwa mereka harus memiliki jarak ratusan kilometer. Yang...