Bicaralah

1.6K 235 35
                                    

Zidan berlari memasuki rumah dengan riang, sedari tadi senyum anak itu tidak pernah luntur. sedangkan di belakangnya, Yeri mengikuti dengan pandangan haru. Ia senang melihat Zidan bahagia. Tadi sesuai dengan janjinya pada Alvin, Yeri meminta Jeka mengantarnya balik ke tempatnya berkerja dan di sana sudah ada mbak Joy yang menunggu.

" cucuknya Kakek udah pulang, sini peluk kakek dulu" papa yeri membuka kedua tangannyan menunggu  agar zidan memeluknya. Zidan dengan senang hati menyambut pelukan kakeknya.

" bahagia banget yah, emang ngapain saja tadi?" Tanya papa Yeri yang membuat Alvin dan Mama menunggu untuk mendengar cerita  Zidan.

" kami ke pantai kek, mandi. Zidan juga berenang sama mama, terus makan-makan" ucap Zidan sambil menghitung kegiatannya dengan tangan.

" tumben ke pantai Yer, biasanya kamu ogah kesana karna nggak bisa renang?"

Pertanyaan mama membunyikan alarm di kepala Yeri, ia merasa akan terjebak sekarang.  Mereka tau betul selama ini ia enggan kepantai kalau tidak ada yang temanin karna berbagai alasan.

" kan ada papa yang megangin mama sama Zidan nek"

Yeri memejamkan matanya sesaat. Walaupun ia tidak mengangkat kepalannya tapi ia sadar Alvin sedang menatapnya tajam. Yeri mengutuk dirinya karna tidak  tidak memperingati Zidan tadi.

" tadi pergi sama siapa saja?" Tanya Alvin memastikan dan hal itu membuat yeri mendongak. Tatapan Alvin seakan menusuknya.

" bertiga sama papa, papa temanin Zidan berenang soalnya mama nggak mau. Terus tuh nek....Zidan sama papa kerjain mama, Zidan pura-pura terluka terus papa gendong mama masuk ke dalam air haha"

Untuk kali ini suara tawa Zidan bagaikan ancaman bagi Yeri. kalau orang tuannya menunggu dengan minat cerita itu sambil tersenyum berbeda dengan Alvin yang sampai sekarang belum mengeluarkan suaranya. Sedari tadi Yeri sudah menyiapkan diri mendengar amukan Alvin tapi sampai sekarang Alvin justru makin bungkam, dan hal itu jelas semakin membuatnya takut.

" Zidan senang?"

" senang kek. Coba kakek lihat waktu mama teriak gara-gara papa ceburin ke air, mama penakut sekali" Zidan terus saja bercerita tanpa henti, anak itu tidak tau saja bahwa apa yang ia ucapkan sudak berakibat fatal.

Tanpa melirik Alvin, kedua orang tua Yeri tau anak sulungnya itu tidak suka dengan ucapan Zidan tapi mereka juga tidak bisa membiarkan Zidan sedih. Menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya sudah menjadi impian anak itu.

Mereka juga masih marah pada Jeka. siapa yang terima lelaki yang sudah mencampakan anak dan cucunya dengan mudahnya memasuki kembali hidup orang yang di sayanginya itu.

tapi sepertinya pernyataan itu salah. Karna sebenarnya Jeka tidak pernah pergi dari kehidupan Yeri dan Zidan, bayangannya selalu mengiringi perjalanan hidup anak dan cucunya itu.

" sekarang Zidan ke kamar yah, istirahat dulu" Papa Yeri mencoba menghentikan cerita Zidan yang di tanggapi gelengan lucu dari sang cucu.

" kan Zidan belum selesai kek—"

" udah sini nenek antar" giliran mama Yeri yang bertindak. Menarik kecil tangan Zidan agar pergi dari tempat itu. setelah keduannya menghilang dari pandangan Alvin- Alvin belum juga membuka mulutnya.

Lama saling diam membuat Yeri canggung, perempuan itu hendak mengusul Zidan tapi ucapan Alvin menghentikannya.

" apa kamu tidak ingin bicara? Kamu ingin menyembunyikan pertemuanmu dengan pemuda itu sama seperti lima tahun lalu?" Yeri masih diam " abang benci kamu masih mau bertemu si brengsek itu, tapi abang lebih benci kamu menutupi hal itu dari kami" lanjut Alvin.

Killing MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang