Kaget🐢

1.5K 229 14
                                    

Sejak semalam, senyum tak pernah luntur dari bibir Jeka. Dia tidak menyangka Yeri akan membalas perasaannya bahkan wanita itu bersedia menikah dengannya. Menikah? Memikirkan kata itu membuat hatinya tambah berbunga-bunga.

Tapi setelah kakinya menginjak lantai ruang tamu, bibirnya keluh. Lebih tepatnya ia merasa tidak pantas tersenyum sekarang saat melihat gadis yang ia sakiti menghampirinya dengan senyuman.

" selamat pagi"

" Tzuyu" gumam Jeka.

" sudah lama sekali aku tidak kemari, berhubung aku sangat merindukan penghuni rumah ini, makanya aku mampir" Tzuyu menarik tangan Jeka agar duduk bergabung dengan keluargannya. Sedangkan sang pemuda masih bungkam sambil melirik kedua orang tuanya dan kakanya. Berbeda dengan Jeka, ketiga orang itu justru tersenyum lega.

" apa Zidan sering main kesini?" Tanya gadis itu penasaran sambil menatap satu persatu orang diruangan itu.

Melihat Jeka enggan menjawab, akhirnya Ayu membuka mulut " tidak bisa dikatakan sering sih, beberapa hari ini dia jarang kesini"

" kenapa? Apa Yeri masih belum mengijinkan Zidan bersama ayahnya?" Jeka benar-benar tidak tau harus menanggapi seperti apa, ia takut satu kata yang keluar akan kembali menyakiti gadis itu.

" Jeka terlalu cemburu dengan kedekatan Yeri dan temannya, jadinya--"

" Tzuyu, bisa ikut aku sebentar" potong Jeka tidak enak.

" eeh?"

" ayok" Tanpa menunggu persetujuan gadis itu, Jeka langsung menarik sang gadis ke taman depan rumah.

" maaf" ucap Jeka " tidak seharusnya kamu mendengar ucapan seperti itu. Lama Jeka menunduk tapi tidak juga mendengar tanggapan dari Tzuyu, mungkin karna merasa lehernya pegal atau tidak kuat menahan penasaran, ia pun mendongak agar bisa menatap gadis itu, ia sempat bingung melihat Tzuyu yang berusaha menahan senyumnya.

" kenapa?"

" aku bosan mendengar kata itu dari mulutmu"

" tapi aku tidak akan pernah bosan, aku menghianatimu"

" ckkck. Aku tidak yakin kau benar-benar menghianatiku saat kamu bahkan tidak pernah memiliki perasaan untukku"

Jeka meringis mendengarnya, tapi ia setuju.

" sudahlah, aku kemari bukan untuk mengungkit hal itu, aku hanya ingin mengobati kerinduanku kepada keluarga yang telah menyayangiku dengan sepenuh hati mereka walaupun putranya tidak hehe" 

" aku sayang padamu!" celetuk Jeka cepat.

" cih, kau seharusnya paham sayang seperti apa yang aku maksud" ucapan Tzuyu membuat Jeka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal " apa ada kemajuan? Maksudku kamu dan Yeri"

" apa tidak apa-apa kalau aku memutuskan menikah dengannya?" Tanya Jeka seakan meminta ijin dengan suara pelan.

" kalau aku bilang ada apa-apa, apa kamu tidak akan menikahinya dan beralih menikahiku?"

Mata Jeka membesar mendengar penuturan Tzuyu " te-tentu saja bukan begitu"

" menikahlah, aku tidak apa-apa. Mungkin seharusnya sedari dulu kita tidak saling menahan diri agar tidak saling menyakiti"

" dan akulah orang yang terus menahanmu itu, mengikatmu tanpa kejelasan dan berakhir menyakitimu"

" benar, tapi satu hal yang aku syukuri sekarang. Walaupun kamu dulu tidak berlaku sebagai pacar yang baik tapi kamu memperlakukanku sebagai saudara yang baik. Aku tidak pernah merasa jadi anak tunggal saat itu" Jeka menarik Tzuyu kedalam pelukannya, iyah, sedari awal Jeka sudah menganggap gadis itu sebagai adiknya.

Killing MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang