Melepas Rindu

1.6K 231 21
                                    

“ iyah ini aku sebentar lagi sampai kok.  tenang ajah, Zidan akan aman bersamaku”

“……”

“ kamu fokus kerja ajah, sebentar lagi kami pulang. Bye Yer”

Tut..tut

Panggilan di putuskan, Alin menyimpan kembali ponselnya setelah Yeri lagi-lagi menghubunginya agar menjemput Zidan. mobil pemuda itu sudah sampai di samping pagar sebuah taman kanak-kanak, menyaksikan satu persatu anak-anak yang keluar menuju jemputan masing-masing. Ini bukan pertama kali Alin menjemput Zidan, ia sudah hafal betul kapan bocah itu keluar. Zidan akan keluar terakhir saat keadaan sudah sepi.

Sepuluh menit berlalu, keramain sudah mereda. Ali keluar, berdiri bersandar pada mobilnya  menunggu Zidan. Tapi sebenarnya sedari tadi fokusnya terbagi pada sosok lelaki dewasa yang sepertinya sedang menunggu seseorang juga. Alin tidak dapat menyenali lelaki itu karna menggunaka kacamata hitam tapi ia merasa familiar.

Siapa?

Lelaki itu berdiri tepat di depan pagar sambil sesekali memainkan ponselnya. ketika ada suara langkah kecil mendekat, pemuda itu tersenyum sumringah lalu membuka kacamata yang dia pakai. Alin terkejut ketika melihat pemandangan di depannya di mana yang lebih kecil berlari kegirangan dalam pelukan yang lebih besar dan yang membuat Alin lebih terkejut adalah siapa lelaki yang dengan nyaman menyambut pelukan sayang itu.

Jeka, dia Ayahnya Zidan.

Jeka tersenyum bahagia ketika Zidan memeluknya begitu erat. Ia pikir Zidan akan membencinya setelah apa yang telah ia lakukan tapi ternyata anak itu malah menunjukan hal sebaliknya,  Sesungguhnya Jeka terharu mendapatkan perlakuan seperti ini.

Seandainya dulu ia tidak lari dari tanggung jawab, pasti setiap hari ia akan mengulangi kegiatan ini. tapi ia sadar tidak ada kata seandainnya di masa lalu.

“ papa kok baru datang sekarang, Zidan kan kangen”

Zidan masih mempertahankan posisinya, membenamkan wajah di leher sang ayah. Ia sudah lama memimpikan hal-hal seperti ini, berada dalam pelukan sang ayah seperti teman-temannya. Selama ini ia selalu ragu menceritakan keinginannya itu pada Yeri karna takut membuat ibunya marah.

“ papa harus menghilangkan bekas memar di wajah, papa gak mau ketemu Zidan dengan wajah jelek. Bukankah kita sama-sama tampan?” Tanya Jeka yang mendepatkan anggukan dari Zidan.

Anak itu makin mengeratkan pelukannya di leher Jeka. “ sayang lepas dulu yah” Zidan menggeleng “ lepas yah, kan papa mau lihat wajah tampan Zidan” Jeka berusaha melepaskan tangan anaknya itu “ hey? Lihat papa”

Zidan menatap Jeka lekat, ia ikut tersenyum melihat cengiran di bibir ayahnya sehinga gigi kelincinya terlihat. Lalu beberapa bekas luka di wajah Jeka yang hampir pudar itu mengalihkan perhatiannya ” ini masih sakit?” Zidan menunjuk bekas luka yang langsung mendapatkan gelengan pasti dari Jeka. Jeka semakin tersenyum lebar saat Zidan mengecup singkat seluruh wajahnya yang terdapat bekas luka “ bentar lagi bekas lukanya pasti ilang “

“ pasti !”

“maafkan paman Alvin ya pa”

Jeka merasa tertohok dengan ucapan sang anak yang tiba-tiba menyebut nama sahabatnya itu, Zidan terlalu kecil untuk memahamin kesalahnnya. Yang seharusnya memohon maaf adalah ia sendiri bukan Alvin “ paman Alvin gak salah sayang. Paman Alvin seperti itu untuk melindungi Zidan dan mama”

“ papa gak mungkin nyakitin Zidan, papa sayang sama Zidan kan?”

“ iyah sayang” ucap Jeka menghadiahi ciuman dipipi kiri anaknya yang tertawa cekikikan.

Killing MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang