Kepastian🐢

1.9K 228 21
                                    

Setelah Alvin pulang, kediaman keluarga Jeon mendadak sunyi. mbak Ayu yang duduk bersandar pada sofa hanya memperhatikan adiknya yang dari tadi diam saja. pemuda itu duduk dengan kepala menunduk.

setelah mendengar rentetan kronologi cerita dari Alvin, entah mengapa dia sangat yakin bahwa pria brengsek dalam cerita itu adalah dirinya. hanya dia yang dengan lancangnya meniduri adik temannya itu, hanya dia yang meninggalkan gadis itu begitu saja, iyah hanya dia. kecuali setelah tidur dengannya Yeri tidur dengan lelaki lain lagi. tidak mungkin, Yeri bukan gadis seperti itu. tapi bisa saja kan setelah merasa depresi dia jadi cewek gak benar. tapi bagaimanapun dia berasumsi yang tidak-tidak tentang Yeri, tetap saja bahwa dia merasa diri.

aaaah itu juga alasan kenapa dia sangat mirip dengam Zidan, karna dia adalah ayahnya kan?

Zidan Aditama anaknya Jeon Jeka Rakafkah

oh tidak!

seharusnya Zidan Rakafka.

betapa kerennya nama itu.

🐢🐇

Ayu ingat betul beberapa menit yang lalu adiknya itu diam sambil menunduk, tapi sekarang Jeka malah tersenyum gak jelas. Ayu penasaran sebenarnya apa yang adiknya itu pikirkan.

" Jek kamu tersenyum?"

Jeka mendadak salah tingkah" hah gak mbak" jawaban itu sangat tidak memuaskan. apa pertanyaannya yang salah? kan Ayu sudah lihat sendiri Jeka tersenyum kenapa tanya lagi.

sudahlah Ayu capek membaca perasaan adeknya itu, ketika ditanyapun pasti jawannya gapapa. sekarang dia hanya bisa menunggu. menunggu adeknya sendiri yang menceritakannya.

"mbak aku ngantuk, aku kekamar dulu" ucap Jeka tiba-tiba.

" um" memandang Jeka yang beranjak dari sofa" Jeka, jangan banyak pikiran yah, kalau ada masalah cepat selesaikan" ucap Ayu berharap adiknya itu akan mengerti maksudnya.

Jeka tidak menjawab ucapan mbaknya itu, dia tetap melangkahkan kakinya ke kamar.

tidak akan mudah mbak.

🐢🐇

Pagi-pagi sekali Jeka sudah berdiri diruangan kerja Yeri, bahkan kata salah satu pegawai Yeri belum datang. dia harus mendapatkan jawaban sekarang, dia tidak ingin mati penasaran. tadi malam bahkan dia tidak bisa tidur.

" ada apa kesini" tanya Yeri setelah mendapati tamu tak diundang diruangannya. tadi begitu sampai Yeri di beritahu bahwa ada tamu yang meminta bertemu, katanya sangat penting. tapi begitu sampe ruangan ternyata hanya sampah.

" ada yang ingin ku bicarakan" to the point Jeka.

Yeri mengerutkan alisnya " katakanlah" enteng Yeri.

" tidak disini" kata Jeka sesekali matanya melihat sekitar ruangan Yeri.

" Aku sibuk. bicara disini aja"

Yeri tidak tau kenapa pemuda itu tiba-tiba mengunjunginya pagi-pagi sekali, ada yang penting katanya? sepenting apa? Yeri merasa dia tidak memiliki urusan dengan Jeka.

Jeka masih kekeh membawa pergi perempuan itu " ini penting. dan kurasa tempat ini tidak cocok dengan obrolan serius kita"

Apa-apaan pemuda itu, " penting bagimu tapi tidak penting bagiku, sekarang keluarlah aku sibuk" ucap Yeri dengan gaya mengusir. tapi sepertinya pemuda itu enggan bergerak. dia justru melangkah ke sofa dekat Yeri dan duduk disana. matanya tak lepas dari setiap gerak gerik perempuan itu.

" kau tidak akan pergi?" ucap Yeri tanpa melihat lawan bicarannya, tangannya sibuk akan kain-kain yang berserakan di mejannya.

" tidak. aku akan menunggumu"

Killing MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang