Ketika Itu

88 2 0
                                    

Masa yang berlalu tidak mungkin kembali sebagai kenyataan, dia hanya akan kembali sebagai penyesalan, atau hikmah-hikmah dan pelajaran.


Ketika itu kau sedang menangis sedu di kesunyian yang pilu. Aku hadir sebagai sejuk yang mendamaikanmu. Kau menatapku penuh harap, bisa kulihat dari bingar di bola matamu.

Ketika itu, kau menceritakan ragu di masa lalumu. Sehingga aku merasa wajib merawat lukamu agar lekas sembuh. Benar saja, rasa yang menjelma debar dalam dadaku tumbuh. Tumbuh menjadi pohon harapan yang sudah berbuah mimpi-mimpi masa depan.

Dulu.

__


Singkat, kau sudah sembuh. Kau tetap memikat bagiku, tetapi aku merasa ada yang berubah darimu. Kukira kau akan berpikir untuk menetap, namun aku salah. Kau memilih kembali ke masa lalumu yang ternyata sudah kau doakan agar berubah. "Kenapa tidak menetap denganku yang tak pernah menyakitimu? Apakah penyesalanmu itu benar-benar sudah hilang? Atau kau memang masih mencintainya?"

Sedari awal, aku tidak yakin dirimulah yang akan menjadi masa depan. Tetapi seakan-akan ada yang menuntunku kepadamu. Ini menyedihkan, aku terperangkap oleh rasa nyaman yang membuatku merasa harus memilikimu. Padahal tugasku hanya sekadar mengobatimu. Bodoh, memang.

Kini aku yang terluka.

Sebuah PenyesalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang