Kenangan Itu...

123 1 0
                                    

Jika kenangan harus tentang bahagia, maka seharusnya tak ada tangis kala mengingatnya.

Nyatanya, kenangan itu luka, kenangan itu rindu, kenangan itu segala hal yang sudah berlalu, namun tak benar-benar berlalu.

Aku kehilangan dirimu, namun aku juga menemukanmu. Aku kehilangan ragamu, jiwamu. Namun aku menemukanmu, yang kini asing.

Aku kehilangan dirimu, tapi tak seutuhnya kehilangan. Ada yang tersisa dari kita. Ya, tersisa kenangan bersama rindunya. Kadang, aku tersenyum. Kadang, aku termenung. Kadang, aku tertawa. Kadang, aku menangisi luka. Harus sekompleks ini?

Mengapa setelah kita bukanlah apa-apa dan siapa-siapa, masih harus berurusan dengan ingatan-ingatan ini. Mengapa melupakan sesulit ini? Ini sungguh menyiksa. Saat aku tak lagi bisa memohon maafmu, setelah kenangan ini membuatku selalu mengingatmu, semakin aku menyesal. Sejadi-jadinya.

Tuhan, berikan aku kesempatan. Sekali lagi. Untuk membayar semua kebodohan ini, untuk menyapanya kembali, untuk membuatnya mengerti. Aku tak pernah merencanakan perpisahan. Aku tak pernah merencanakan patah hati dan kesedihan. Atau setidaknya, sampaikan maafku, Tuhan.

Sebuah PenyesalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang