Setelah Hari Itu

107 1 0
                                    

Setelah hari kelabu itu, semua hari adalah malam gelap tanpa gemintang. Tidak ada lagi pengembaraan rindu dan perebutan ucapan selamat pagi, siang, sore, dan malam. Semua temaram, kalau kau mau tahu.

Sedetik terasa lebih lama daripada bermusim-musim kita bersama. Semua cerita mati langkah, berhenti pada konflik tanpa resolusi. Aku sulit memahami skenario ini. Betapa menyakitkan, kita berhenti pada babak paling menyedihkan. Berharap berujung baik, ternyata kita tak pernah mampu menerjemahkan plot milik Tuhan. Kalau aku boleh memohon, aku ingin kembali pada babak cerita kesukaan kita. Adegan paling favorit, saat perasaan kita sama-sama melangit. Terbang menjadi sepasang merpati yang mengepakkan sayap menuju bahagia. Namun, tak pernah menjadi mungkin. Sebab tak pernah ada pengulangan kisah, karena Tuhan ingin kita menyesal lalu mengambil hikmah.

Sialnya, memaknai hikmah dari kejadian kita tak pernah mudah. Butuh kerelaan paling tabah. Sayangnya, aku hanya ego yang menolak pasrah. Sayangnya, aku justru ingin kembali ke masa lalu, mencari cara bagaimana agar kita tetap bersama. Betapa bodohnya. Padahal kembali ke masa lalu belum tentu membaikkan. Kembali ke masa lalu hanya mengorek luka lebih dalam lagi. Ternyata manusia kerap lupa bahwa ada yang namanya takdir dan suratan semesta.

Setelah hari itu, yang tersisa hanya hari-hari kesedihan, minggu-minggu kehampaan, bulan-bulan kesunyian, tahun-tahun penuh penyesalan. Ini berlebihan. Tetapi siapa yang bisa mengelak dari semua itu, setelah perasaan cintamu yang begitu dalam, harus dibalas dengan kembali kehilangan.

Sebuah PenyesalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang