Bersamamu itu tak pernah aku sengaja. Makanya, aku percaya jika ini benar-benar cinta. Kata temanku, Si penyair, mengatakan bahwa cinta tidak mungkin bisa manusia sengaja. Dari situ aku tahu mengapa ini kusebut cinta.
Bersamamu itu rasa dalam dadaku ini bernyawa. Bahkan debar bertalu-talu ikut merayakan suasana hatiku.
Itu dulu yang kurasakan.
Kini aku mengingatmu sebagai muara kenang yang mengekang kepalaku. Kini yang tertanam hanya kelam.
Betapa dunia ini terang benderang lalu menggelap seketika riak air mata ini jatuh tak terusap.