Sepi Paling Berisik

73 1 0
                                    

Pelarian bagiku selalu terdengar mengerikan, setelah kenyataan menamparku bertubi-tubi ketika kutahu yang menetap di hatiku selama ini hanyalah jiwa yang lari dari masa lalunya, bukan jiwa yang datang untuk merajut masa depan.

__

Sesak dalam dadaku sesekali memberontak, menyeruakkan protes-protes ketidakadilan. Betapa aku terjebak dalam disforia yang menakutkan.

Angin tidak lagi mampu mengantarkan rinduku, sebab tak akan pernah sampai. Ada portal penghalang dalam bentuk pengabaianmu.

Elegi yang kusenandungkan terdengar makin sumbang, apalagi selepas mengingat kenangan yang menjelma buih-buih di sungai penyesalan.

Sore itu aku duduk di bangku taman yang damai. Pohon-pohon dan bunga-bunga tampak ikut berduka. Seramai-ramainya sore itu, kepalaku tetap kosong kehilanganmu, hatiku tetap lapang tanpa kehadiranmu, lagi.

Aku berada pada hiruk pikuk semesta, namun jiwaku terpenjara dalam sepi paling berisik.

Sebuah PenyesalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang