"Coba baca ini dan tanda tangan."
Aku mendongak, menatap sosok pria yang menjulang tinggi dihadapanku, lalu beralih pada map coklat di atas meja.
"Apa ini?"
Menyingkirkan buku dan beberapa alat tulis, kemudian bertanya tanpa menatap. Aku meraih map coklat itu. Ringan. Sepertinya hanya berisi lembaran kertas.
"Baca dan tanda tangan. Gue gak menerima komentar apa pun."
Membuka pengait map, aku merogoh ke dalam demi menemukan selembar kertas. Menyempatkan diri sekali lagi menatap Seo Johnny ─ sosok yang tadi melemparkan map ini─ sebelum mulai membaca.
KONTRAK PERJANJIAN
Mengernyit heran membaca judulnya. Kakakku ini akan melakukan kerja sama dengan siapa?
Detik berikutnya, yang bisa aku lakukan hanya diam. Otakku masih bekerja, mencoba mencerna setiap kalimat yang tertera.
Istri paruh waktu.
Istri paruh waktu.
Istri paruh waktu.
Hanya itu yang bisa aku ingat. Sisanya? Aku tidak mengerti. Bukan, bukan karena bahasanya yang rumit. Hanya saja...
Entahlah, otakku menolak untuk mengerti.
"Ini apa, John?"
"Udah dibaca?" Johnny menyamankan posisi duduknya setelah melepas jas kerja. Dia pun menggulung lengan kemejanya sebatas siku. Kemudian menatapku dengan kedua tangan tertaut di atas lutut.
Aku hanya mengangguk.
"Sekarang tanda tangan."
"Ini apa?" Aku mengulangi. Kali ini lebih memaksa. Daritadi, yang keluar dari mulut Johnny hanya baca dan tanda tangan. Kalau memang sebegitu inginnya, setidaknya jelaskan dulu padaku.
"Lo tau kondisi perusahaan kita, kan?"
Lagi, aku hanya mengangguk. Tidak tahu harus memberikan respon yang bagaimana. Yang aku tahu, perusahaan keluarga kami memang sedang terancam bangkrut.
Johnny, sang CEO sejak dua tahun lalu, harus mati-matian mencari cara demi menopang pondasi utama perusahaan.
"Lo tau Nakamoto Yuta?"
"Teman Kakak?"
Untuk yang satu ini, ingatanku agak kabur. Yang jelas, nama yang baru saja Johnny sebut tidak asing dipendengaran.
Kalau tidak salah, dia salah satu rekan Kakak yang berasal dari Jepang?
"Dia mau bantu perusahaan kita, bahkan nutupin semua hutang kita."
Oke, aku lega. Sangat lega malah. Ternyata masih ada orang baik di dunia ini.
"Tapi, jelas itu semua gak cuma-cuma."
Johnny diam sepersekian detik. Seolah sengaja memberiku waktu untuk mencerna penjelasannya.
"Dia minta imbalan. Gue harus cari perempuan buat dia jadiin istri setengah harinya."
Apa?
Istri setengah hari?
Tidak terlalu paham, hanya saja tiba-tiba aku merasa itu bukan sesuatu yang baik.
Aku cabut ucapanku tadi. Sosok pria Jepang itu sepertinya tidak 'serupawan' yang aku bayangkan?
Kalimat selanjutnya yang keluar dari bibir Johnny mampu menghentikan seluruh perputaran waktu di sekitarku.
"Kenapa gue harus capek-capek nyari, kalau gue punya lo? Tanda tangan dan mulai besok lo kerja sebagai istri part time dari Nakamoto Yuta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Paruh Waktu | Nakamoto Yuta
RomanceNakamoto Yuta. Dia adalah suamiku. Suami yang sah secara agama dan hukum. Suami yang memintaku datang saat fajar menyapa, lalu menyuruhku pulang kala senja tiba. Iya, Nakamoto Yuta adalah suamiku, yang melamarku sebagai istri paruh waktunya. © mot...