Satu

74.7K 13.2K 2.4K
                                    


©motonoona

[ Saya yakin kalian tahu bagaimana caranya menghargai karya seseorang. ]

"Jadi, dia cewe yang berhasil lo dapetin?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi, dia cewe yang berhasil lo dapetin?"

"Iya. Kenalin, adik gue."

Pandanganku tak lepas dari sosok di hadapan sekarang. Pria dengan rambut blonde dan tatapan datar namun menusuk. Terarah tepat padaku.

Memandangi dari atas sampai bawah, lalu kembali lagi. Terus seperti itu. Menciptakan sensasi risih membuat tak nyaman. Yang kulakukan hanya terus bergeser mendekat, mengikis jarak antara aku dan Johnny.

Masih belum percaya, apa benar sosok Nakamoto Yuta ini adalah manusia?

Maksudku...dia jelas-jelas terlihat seperti anime hidup. Yang diberi nyawa. Berjalan pula.

Terlalu indah untuk menjadi nyata.

Aku masih sibuk menatap, mengabaikan dunia dan segala kegiatannya. Indera pendengaran menolak untuk menyimak pembicaraan disekitar.

Saat lenganku disenggol Johnny, membuyarkan semua lamunan. Spontan aku menoleh, mendapati kode mata dari Kakakku. Mengikuti, dan netra menangkap tangan Nakamoto Yuta sedang terulur.

Cepat-cepat aku menjabatnya.

"Seo Grace."

"Nakamoto Yuta. Panggil saja Yuta."

Lembut bercampur dingin. Itu yang aku rasakan saat tangan kami bersentuhan. Merasa kecil dalam genggamannya selama beberapa detik.

"Dia sudah tanda tangan?"

Johnny menyerahkan map cokelat yang kemarin dia lempar ke arahku. Di dalamnya ada lembar perjanjian, yang juga kemarin sudah aku tanda tangani.

Jelas, itu terpaksa.

Apa aku bisa melawan kehendak Johnny?

Tidak-akan-pernah-bisa.

Yuta mengamati kontrak perjanjian itu, meneliti setiap kata lalu berhenti pada satu titik.

Tanda tanganku.

Bisa kulihat sudut bibirnya tertarik beberapa senti. Itu...senyum kepuasan?

"Besok gue bakal ngenalin lo ke Mama sama Papa. Lusa kita urus persiapan pernikahan. Gue sengaja milih konsep sederhana, cuma orang-orang penting yang hadir."

Terlalu tiba-tiba dan gamblang. Aku bahkan belum siap untuk mendengarkan penuturan.

Matanya beralih. Menumbuk manik dengan padangan dingin. Raut wajahnya datar, aku tidak bisa menebak apa isi benaknya saat ini.

"Setelah itu, kita menikah. Dan lo resmi jadi istri setengah hari gue."

Aku diam.

Hanya bisa diam mendengar setiap kalimat dari bibir tipisnya.

Istri Paruh Waktu | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang