Dua Puluh Dua

57.3K 9.6K 3K
                                    

©motonoona

©motonoonaㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apa kabar?"

"Baik."

Hening.

"Bagaimana kabar Johnny?"

"Baik."

Hening lagi.

"Masih cuti kuliah?"

"Masih."

Pria itu menggigit pipi dalamnya. Menggaruk tengkuk yang tak gatal, memikirkan harus membawa topik yang bagimana lagi? Sosok dihadapannya terlalu cepat menjawab, mematikan semua pertanyaan yang terlontar.

Masih di dalam ruangan Yuta, dua sosok yang sudah saling mengenal sejak kecil itu tiba-tiba dirundung canggung. Seolah tidak pernah bertemu sebelumnya, Grace enggan untuk sekedar menatap balik netra sahabatnya.

Sang pemilik ruangan hanya memantau. Masih dengan kotak makan yang belum rampung dia habiskan.

Jaehyun memejamkan matanya rapat. Menghirup napas dalam lalu menghembuskan perlahan. Kedua matanya terbuka, iris coklat itu menatap lawan bicaranya dengan sorot lurus. Memainkan pulpen yang dibawa, sebelum mencondongkan tubuhnya.

Di depannya, Grace tampak tidak nyaman. Terlihat dari gestur tubuhnya yang terus-terusan bergerak, mencari posisi teraman untuk menyamarkan rasa gugup yang menyerang.

"Ada urusan dengan Yuta?"

"Kenapa kamu disini, Grace?"

Bersamaan. Baik Grace mau pun Jaehyun langsung terdiam. Mengalihkan pandang, memutus kontak mata yang sempat terjalin beberapa detik.

Grace pelan-pelan melepaskan cengkramannya dibantalan sofa. Kali ini dia memilih menggeser duduknya, lebih mendekat pada satu-satunya sosok yang sejak tadi diam saja. Perasaannya semakin tidak nyaman.

Lewat ekor matanya, Yuta melirik gadis yang semakin lama semakin merapat padanya. Bahkan tanpa sadar, Grace sudah mencengkram kemeja belakang Yuta.

Sang tunggal Nakamoto meletakkan kotak makan. Berdeham sekali, sebelum mengulurkan tangan ke arah Jaehyun.

"Mana berkasnya?"

Tanpa berniat melihat, Jaehyun menyerahkan map yang dibawa pada Yuta. Maniknya sama sekali tidak berpaling, dari sosok sahabat yang terus menunduk.

Istri Paruh Waktu | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang