Dua Puluh

58K 8.8K 2.5K
                                    

©motonoona

©motonoonaㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, siapa dulu yang mau memberi pembelaan?"

Bungkam. Lagi-lagi hanya hening yang menjawab. Hampir lima kali kalimat serupa terlontar, tapi tetap tidak ada tanggapan. Baik dari Yuta atau pun sosok gadis disisinya.

Dilarang keras ikut campur. Mama sudah mewanti-wanti, aku harus terus diam selama masa persidangan. Tidak ada belaan atau bantuan bagi Yuta, si suami yang tertangkap basah bermain api.

Toh, kalau pun disuruh bersuara, entah apa yang akan kukata?

Membela Yuta?

Mencari alibi agar mereka berdua lolos dari amarah?

Minta maaf dulu sini di depan kakiku.

Tidak bermaksud jahat. Tapi, semua itu ada aturannya. Serapat apa pun menutup bangkai, pasti akan tercium baunya. Sebanyak apa pun gadis yang Yuta nikahi untuk menyembunyikan hubungan-tak-direstui dengan kekasihnya, akan terendus juga oleh sang Mama.

Terlebih, kali ini gadisnya sendiri yang membongkar.

Aku penikmat tontonan saja.

"Yuta?"

Nyonya Nakamoto kembali menginterupsi. Entah karena suasana yang terlalu tenang, atau memang intonasi bicara Mama yang berubah. Suaranya terdengar lebih keras.

Dan tegas.

Yuta tidak bergeming. Melepaskan tautan tangannya sebelum bersandar pada punggung sofa. Hanya posisi duduknya yang berubah, tidak dengan manik mata.

Sang anak masih segan untuk balas menatap.

"Kamu?"

Yang dipanggil Kekasih Yuta, yang terkejut justru aku. Reflek meremas bantal sofa dipangkuan, aku sedikit merasa sesak karena keadaan. Tiba-tiba saja cemas. Takut ada adegan dimana Mama melempar guci mini di atas meja ke arah sosok yang sejak tadi terus menunduk.

"Ma─"

"Sudah siap untuk Mama lengserkan, Nakamoto Yuta?"

Ekor mata menangkap perubahan pada raut dan gestur tubuh Anime bernyawa. Tangannya bergerak, seolah hendak menggapai jemari sang kekasih namun urung.

Masih sempat-sempatnya disaat seperti ini?

Aku melengos. Tidak ingin melihat adegan genggaman-tangan-yang-gagal-karena-sedang-dimarahi-Mama.

Istri Paruh Waktu | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang