Sembilan

49K 8.4K 1.9K
                                    

©motonoona


Aku masuk ke dalam hunian Nakamoto Yuta sambil merapatkan mantel milik Johnny yang masih membungkus tubuh. Terpaksa meminjamnya, karena semua mantelku masih dalam mesin cuci.

Bibi yang bekerja di rumah kami sedang cuti karena anaknya sakit. Mau tidak mau, urusan rumah jadi terbengkalai. Johnny yang sibuk dengan urusan kantor, dan aku yang pusing dengan kelakuan Tuan muda Nakamoto.

Setelah Nyonya Oh pergi meninggalkan, langsung saja aku bergegas melangkah lebih dalam. Sudah tidak ada lagi kata sungkan, aku mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan.

Melepaskan mantel, lalu melipatnya dengan baik sebelum kumasukkan ke tas. Yuta tidak suka melihat ada barangku tergeletak disisi tempat tinggalnya.

Merusak pemandangan. Begitu yang dikata.

Jadi, aku berusaha menyimpan semuanya dengan baik. Dalam kamar berukuran 2x3 yang kemarin sempat aku tempati.

Sudah terlihat seperti upik abu, belum? Sudah, ya? Iya, aku sadar diri. Tenang saja.

"Sayang, aku mau jus."

Baru selesai meletakkan semua barang di atas kasur berukuran kecil, gerakan tanganku yang akan menutup pintu ruangan terhenti. Menajamkan telinga, ingin mengetahui suara siapa itu?

"Sayang, aku makan puddingnya, ya?"

Terdengar balasan dari jarak yang lumayan jauh. Suara baritone Nakamoto Yuta.

"Makan saja semuanya. Kalau kurang bilang, nanti aku pesankan lagi."

Aku tidak berani melanjutkan langkah, takut-takut kalau keberadaanku sekarang diketahui lalu menimbulkan masalah.

Diam disudut ruang, aku terus saja memasang telinga dengan baik, demi mendengarkan semua percakapan mereka.

Sepertinya, kekasih Yuta datang lagi.

"Dimana pembantu baru yang waktu itu ikut kalian berlibur? Dia tidak masuk?"

"Entah, seharusnya dia datang tepat pukul tujuh pagi. Sekarang sudah hampir jam setengah delapan dan dia belum muncul."

"Potong saja gajinya. Jangan buang-buang uang kamu cuma untuk orang pemalas seperti dia. Lebih baik digunakan untuk membelikan aku tas baru."

Hey, nona siapa pun namamu. Keahlianmu hanya mendesah sambil berteriak-teriak, ya? Tidak bisa menyaring dulu sebelum berkomentar?

Aku sudah berdiri disini dari tadi. Dari sebelum kau datang ke dapur. Asal kau tahu, kakiku sudah kesemutan.

Pasangan yang serasi dalam banyak hal. Dari cara berpikir sampai berbicara.

Syukurlah, Nyonya Nakamoto cukup pintar menilai. Bisa bangkrut mendadak perusahaan Naka kalau mempunyai calon menantu seperti ini.

Seo Grace, kau baru saja menganggap dirimu lebih baik daripada kekasih Yuta?

Tentu saja.

Aku ini lebih baik dari segi mana pun.

Kecualikan soal nasib.

Istri Paruh Waktu | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang