Ngejar? apa Di kejar?

790 24 3
                                    

Jeritan anak tirinya berhasil membuat Dahlia berlari ke lantai 2. Ditakutkan Rean akan bunuh diri. Dahlia memang sudah mendengar Rean putus dengan Ara.

"Yan... Nak buka nak..." Teriak Dahlia dibalik pintu kamar Rean.

"Mih tolongin Rean mih.."

"Kamu kenapa sayang? Bukain pintunya makanya."

"Gabisa! ,udah ngegantung."

Kata menggantung membuat Dahlia semakin tak karuan,dia berlari turun kebawah, memanggil orang orang kampung untuk mendobrak pintu kamar anak tiri nya.

*Gaje bat Aya author nya:"

**
Ara yang sedari tadi masih duduk di bangku sekolah nya tersenyum miris. Meratapi dirinya yang sangat menyedihkan. Dia merutuki kejadian tadi siang. Rasanya itu sangatlah berlebihan. Membayangkannya saja membuat Ara bergidik ngeri, terlebih lagi kata mamoy papoy  masih terngiang ngiang dalam benak Ara.

Ara menghela berat.

"Kapan gue harus gini mulu ya, apa gue akhiri aja. Gue kaga kuat sumpah."

"Biarin ah, mungkin salah gue juga kali si Rean malah jadian sama si cabe."

"Iya emang salah gue."

"Ah Ara lo bodoh banget sih."

"Lo berlebihan!"

"gue baru nyadar kalo tingkah gue ke kanak kanakan. Mutusin cowo cuma hal sepele."

"Cih.. burger sialan."

Ara melihat aksesoris yang melingkar di lengannya, sudah pukul 17.44 . Hanya suara detik jam kelas terdengar, sepi. Mungkin hanya Ara satu satunya murid yang masih tersisa di sekolah. Ia malas pulang rasanya.

Hanya suara jangkrik dari sawah pinggir sekolah terdengar, lampu lampu sudah dinyalakan oleh penjaga sekolah. Pandangan Ara lurus menatap kekosongan, seperti hatinya. Dia menundukkan kepalanya, memukul kepalanya.

"Bodoh bodoh bodoh."

Saat tangannya hendak memukul  kepalanya lagi, handphone nya bergetar berkali kali, berhasil membuat Ara membatalkan aksinya.

'camer'  nama yang terpampang jelas dilayar ponsel milik Ara. Siapa lagi jika bukan Dahlia, mama Rean yang kini gagal menjadi mertua.

"Iya tan, kenapa?" Ucap Ara, bola matanya memutar malas.

"Ra.. Raa, tolong tante nak." Nada suara Dahlia terdengar risau, nafasnya terpotong potong.

"Tante kenapa tan?"

"Tante baik baik aja kan?"

"Tan jawab tan!" Cerocos Ara yang tak memberikan peluang untuk Dahlia berbicara.

"Rean kayaknya mau bunuh diri Ra."

Prak.. handphone yang dipegang Ara jatuh menumbuk lantai. Bagaimana tidak, kalimat yang baru saja diucapkan oleh Dahlia berhasil membuat Ara mematung hebat, dalam pikirannya kenapa Rean berani melakukan itu.

"Rean!" Ara tersadar kembali ketika handphone nya kembali bergetar.

"Iya tan, Ara ke rumah Tante sekarang."

"Iya cepat ko tan, kebetulan Ara masih disekolah."

Ara berlari menuju gerbang, pikirannya tak karuan.

"Sialan kaga ada angkot!" Cecarnya saat sampai di depan halte.

Bola matanya menggelinding kiri kanan, mencari kendaraan yang bisa dia tumpangi.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang