22

53 9 0
                                    

Angkasa dan Alnaya semakin semakin dekat, Angkasa bisa dibilang pengganti Gilang bagi Alnaya karena keduanya sama-sama selalu ada ketika ia butuh bahkan saat sifat Alnaya yang ceroboh kini sudah dipahami Angkasa Bagaskara.

Saat ini mereka berada dikantin bersama dengan Yudha dan Qayla juga. Mereka berempat nampak bercanda tawa.

Sampai akhirnya mereke jadi terdiam ketika sepasang kekasih datang meminta untuk bergabung.

"Gue ikut dimeja sini ya" Ucap Gilang

Namun dari keempat orang yang duduk itu tak ada yang menjawab. Bahkan Qayla memutar matanya malas melihat Vira yang bergelayutan tangannya disebelah Gilang.

"Kita pergi aja yu dari sini" Ajak Qayla namun tangannya ditahan oleh Yudha sedangkan Alnaya mulai berbicara.

"Silahkan Lang, lagian ini kanti kampus semua orang bisa duduk dimana aja."

Alnaya mengucapkannya sangat datar padahal dalam hatinya ia sangat senang bisa satu meja bersama.

Setelah itu hening tak ada lagi yang berbica semua hanya fokus pada makanannya.
Berhubung ini semester akhir berarti sudah lama juga mereka tidak bersama Gilang. Persahabatan mereka benar-benar hancur oleh Vira yang sudah 3 tahun ini selalu menjadi penghalang keduanya.

Sudah lama pula Angkasa dan Alnaya dekat bahkan dikira pacaran oleh mahasiswa-mahasiswi disini.

Kalian perlu tau bahwa Alnaya memiliki penyakit serius sejak terdeteksi tiga tahun lalu tapi yang tau hanya kedua sahabatnya dan juga Angkasa. Gilang tidak pernah tau itu.

Gilang memperhatikan Alnaya yang ada disebrangnya itu, sebenarnya ia selalu memperhatikan ketiga sahabatnya dari jauh, ia melihat Alnaya yang kian hari menjadi kurus dan pucat tapi kedataran dan kedinginannya sudah berkurang ketika bersama lekaki tersebut yang kalau tak salah namanya Angkasa Bagaskara.

"Gue ke toilet dulu" pamit Alnaya menghindar tatap Gilang yang sedaritadi membuat tak tenang, jangan sampai Gilang tau tentang penyakitnya. Sudah cukup ia dikasihani sudah cukup ia menyusahkan orang lain.

Alnaya sedikit merasakan pening dikepalanya saat hendak kembali menuju kelasnya. Tapi gadis itu berusaha kuat berjalan sambil memapah dirinya sendiri dengan memegangi dinding-dinding.

Qayla yang sedari tadi khawatir karena Alnaya belum juga kembali itu langsung menyusul dan benar Qayla melihat Alnaya yang berjalan pelan memegangi dinding.

"Naya...." panggil Qayla, Alnaya jadi diam tidak melanjutkan langkahnya karena peningnya semakin parah.

"Lo kenapa?" tanya Qayla membantu Alnaya untuk duduk di selasar kampus.

"Gue pusing banget Qay, kepala gue sakit... "

"Awss" rintih Alnaya memegangi kepalanya. Belum juga Qayla berteriak minta bantuan,Alnaya sudah jatuh pingsan dipundaknya.

"Aduhhh Naya" Qayla memegangi sahabatnya itu yang telah pingsan.

Diliriknya keadaan sekitar yang sepi tak bisa meminta bantuan dan ponselnya pun susah Qayla raih.

Sampai akhirnya Gilang melintas dekat perpustakaan, lalu mau tak mau Qayla berteriak meminta bantuan.

"Lang...." panggil Qayla.

Gilang yang dipanggil sontak segera berlari melihat Alnaya yang pingsan dipundak Qayla.

"Dia kenapa Qay?" tanya Gilang sambil mengambil alih Alnaya yang pingsan untuk ia gendong.

"Nanyanya nanti lagi Lang, ayo cepetan bawa Alnaya ke rumah sakit."

Gilang mengangguk paham, lalu segera menuju mobilnya.

SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang