33

32 7 0
                                    

Seharian ini mereka menikmati kebersamaan meski hanya di rumah Alnaya. Tak terasa hari beranjak malam, satu jam lalu Angkasa pamit pulang karena ada keperluan penting yang harus ia kerjakan, jadi di ruang tengah ini hanya tinggal ada Qayla, Yudha, juga Gilang yang menangkup Alnaya dari samping ditambah gadis itu tersender nyaman didadanya.

Sepertinya moment berempat kembali seperti pertama bertemu sudah sulit, karena beberapa kali kebelakang kemunculan Angkasa jadi pembeda persahabatan mereka.

"Ya ampun, berasa lagi double date gini kita berempat." Ucap Qayla melihat ke samping Alnaya dan Gilang sedang bersender romantis.

"Sini Yangg... Kamu senderan juga kaya si cewe es ke Gilang." Balas Yudha dituruti Qayla.

"Plagiat mulu kerjaan lo berdua" Sergah Gilang

Qayla mendengus tak setuju, "Ga gitu Gilang Ariesetooo"

"Itu itu buktinya..." tunjuk Gilang dengan tangan kanan nya

Alnaya sedaritadi hanya diam menikmati, sisi dinginnya memang belum mencair seutuhnya tergantung situasi dan kondisi.

"Udah berantem terus sih. Tonton aja filmnya jangan banyak--"

"Jangan banyak bacot ya kan! " Yudha memotong pembicaraan Alnaya.

Alnaya kembali diam. Dirinya lebih senang menikmati waktu untuk sekarang ini karena besok dia sudah harus kembali ke Singapura.

Waktu perlahan berlalu dan malam kian pekat, Qayla tertidur bersandar pada Yudha yang sama juga telah tertidur di sofa. Dirinya merenggangkan badannya yang sedikit pegal bersandar terlalu lama. Diliriknya jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Alnaya segera membangun Qayla agar pindah ke kamarnya, agar tidurnya lebih nyaman.

"Qaylaa... Pindah sana tidur dikamar gue."

Qayla mulai terusik, matanya sedikit dikit membuka lalu menguap, "Ini jam berapa?"

"Jam 10, udah sana lo duluan tidur ke kamar gue. Sekalian bangunin Yudha buat pindah ke kamar tamu."

Dengan rasa kantuknya yang berat Qayla mengiyakan dan membangunkan nya untuk sama sama pindah karena hari sudah malam.

Setelah keduanya beranjak, Alnaya tak langsung membangunkan Gilang, dirinya malah menatap lekat laki-laki disebelahnya itu. Sambil perlahan air matanya jatuh di pipi yang semakin hari semakin kurus karena penyakitnya ini.

"Kamu harus bahagia Lang, walaupun kalau aku ga bisa disamping kamu selamanya ya." Ucap sangat pelan. Dirinya terisak dalam diam berusaha menggigit bibir bawahnya agar tak terdengar siapapun.

Tapi sayangnya telinga Gilang lebih peka terhadapnya. Laki-laki itu segera bangun dengan wajah kaget, "Kenapa nangis? Ada yang sakit?" tanya Gilang dengan suara khas bangun tidurnya itu.

Alnaya mengusap air matanya dan menggeleng, "Gapapa, ga ada yang sakit kok."

Gilang menatap manik mata oxy itu, sambil jemarinya membantu menghapus bulir air mata yang masih terjatuh dipipi Alnaya.

"Kamu ga bohong kan? Kalau ada yang sakit lebih baik kita ke rumah sakit sekarang."

"Engga Lang, aku gapapa. Aku baik-baik aja-- aku cuma sedih aja besok harus balik lagi ke Singapura dan jauh dari kamu. " alibi gadis itu agar Gilang tidak khawatir.

"Sayang, walaupun kamu dan aku jauh. Aku akan tetap berjuang buat dapet restu dari semuanya dan cepet nikahin kamu."

"Kamu berhak bahagia Lang, ga perlu capek capek buat terus berjuang kaya gini. Aku ya aku dengan penyakit yang perlahan pasti akan bawa aku pergi dari dun--"

SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang