35

53 7 0
                                    

Tiga hari berlalu, kondisi Alnaya bukannya membaik malah semakin memburuk. Malam ini semua kembali menangis karena mendengar dokter mengatakan bahwa Alnaya sudah tidak ada harapan jika tidak menggunakan alat bantu medis.

"Nayaaa lo bangun dong, jangan tinggalin gue." Ucap Qayla sambil terisak

"Lo kan pernah janji kalau suatu saat nanti kita berempat harus punya Cafe, karena dulu kita sering banget nongrong sampe lupa waktu. Ayo kita wujudkan itu sekarang Naya!" Qayla bermonolog seolah sedang berdialog dengan Alnaya yang terbaring.

Yudha ikut bermonolog, "Cewe es bangun, lo ga kasihan apa sama gue, Qayla Gilang yang udah nunggu lo bangun dari tiga hari yang lalu. Gue gatel nih pingin ledekin lo!"

"Saat kamu bangun, kita langsung nikah ya. Aku gamau kehilangan kamu aku pengen ada di samping kamu terus, jaga kamu rawat kamu, bahagia bareng-bareng. Pokoknya kita buktiin sama papah kamu dan papahku cinta kita itu besar dan ga mungkin dipisahkan kecuali maut kan sayang." Gilang tulus mengatakannya walaupun disitu Angkasa pun ada dan pastinya mendengar. Persetanan dengan itu Gilang sudah tak peduli sudah tak bisa lagi menyembunyikan hubungannya dengan Alnaya.

Qayla yang mendengarnya tak kuasa menahan tangis begitupun Namira yang selalu dipeluk oleh Bagas.

Bagas sudah tak memikirkan hal yang ingin memisahkan dua sejoli yang saling mencintai itu, sudah cukup beberapa bulan lalu dia menjadi seseorang yang egois.

Jika kalian bertanya bagaimana perasaan Angkasa saat ini, Angkasa masih dan akan selalu sayang pada gadis yang selalu membuatnya berubah lebih baik. Walaupun cinta Alnaya memang seutuhnya untuk Gilang tapi dirinya tetap akan menyayangi gadis itu juga. Pikirnya melayang pada kejadian kemarin.

"Om, ada waktu sebentar? Angkasa mau ngomong serius sama Om Bagas." Ucap Angkasa pada Bagas sopan.

Bagas melihat keseriusan mimik wajah Angkasa dan hanya menjawab, "Bisa Sa, kita ngobrol dimana?"

"Di rumah Om aja gimana?" usul Angkasa. Dan disetujui oleh Bagas.

Keduanya pamit pada Namira juga Gilang yang masih setia menunggu Alnaya siuman.

Setelah keduanya duduk santai di dalam rumah minimalis ini, terjadi kecangguan. Angkasa berusah meyakinkan keputusannya itu dalam hati walaupun sebenarnya ini sangat sulit.

"Om" Ucap Angkasa

Ada jeda sebelum Angkasa melanjutkan ucapannya, "Sebelumnya Angkasa mau minta maaf sama Om."

"Kamu ga punya salah sama Om Sa, jadi kenapa minta maaf?" Bagas masih berusaha santai menanggapi Angkasa yang mati-matian untuk mengatakan ini.

"Angkasa ga bisa lanjutkan pertunangan ini sampai nikah sama Alnaya Om. Angkasa minta maaf sekali lagi sama Om, Angkasa tau Om bakal kecewa setelah dengar ini tapi ini demi kebaikan juga." jelas Angkasa susah payah.

"Karena Alnaya sakit? Dan kamu ga bisa nunggu dia sembuh?" Bagas mencecar pertanyaan pada Angkasa walaupun dirinya sangat kecewa pendengar penjelasan Angkasa.

"Bukan-- bukan gitu Om, Angkasa sayang sama Alnaya bahkan sangat menyayangi putri Om Alnaya, tapi ada yang lebih dan sangat Om, bahkan dia mencintai Alnaya seperti Om dan Tante Namira dan orang itu Gilang Om."

"Tapi saya ga percaya dengan dia, saya sudah mendengar dia pernah menyakiti perasaan Alnaya anak saya. Saya gamau sampai itu terjadi lagi! "

"Cinta mereka memiliki banyak perjuangan Om, Angkasa tau itu. Karena Angkasa dulu selalu menemani Alnaya setiap hari, tapi yang ada dihati dan pikirannya tetap Gilang Om bukan Angkasa sekuat apapun berusaha untuk milikin Alnaya sampai saat ini."

SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang