31

43 6 0
                                    

Setelah selesai acara wisuda, mereka berempat segera pergi menuju rumah Alnaya untuk bersiap dan karena ingin beristirahat sejenak kurang lebih satu jam jadi alternatif yang mereka ambil ya di kediaman Alnaya.

Bii Asih serta Mang Ujang turut membantu persiapan karena merekapun akan ikut bersama mereka.

Alnaya tak pernah berhenti tertawa ketika bersama kedua sahabatnya dan juga Gilang tunangan tersembunyinya. Dan ketika mereka sedang asyik bercanda dan bercerita ketukan pintu rumah membuat mereka jadi terdiam.

"Siapa sih? Ganggu aja." gerutu Qayla hendak berdiri membukakan pintu karena bii Asih sedang sibuk mempersiapkan bekal makanan di dapur.

Alnaya sesegera mungkin menarik tangan Qayla, "Udah biar gue aja Qay, lo kan tamu duduk manis aja disini."

Qayla menurut dan kembali duduk disebelah Yudha.

"Kamu yakin, mau kamu yang bukain pintu? Atau biar aku aja. " Gilang ikut berdiri

Alnaya menggeleng, "Gapapa biar aku aja."

Alnaya melenggang ke arah pintu depan yang mulai diketuk lagi.

"Iya sebentar" cicitnya sambil membuka kunci pintunya.

"Ada apa--" belum selesai mengucapkan kalimatnya tamu tersebut langsung memeluknya erat.

"I Miss You... "

Mulutnya seolah kelu membalas, darimana Angkasa tau dirinya sudah ada di Bandung.

Angkasa melepaskan pelukannya dan menatap gadis itu yang wajahnya masih sulit untuk ditebak. Apakah bahagia atau malah biasa saja.

"Heyyyy, kamu kenapa bengong kayak bingung gitu. Kamu ga seneng ketemu aku? "

Alnaya tersadar dan langsung membalas dengan senyuman,"Seneng Sa, saking senengnya sampai bengong kan kamu udah ada dihadapan aku."

"Ga disuruh masuk nih?" tanya Angkasa sekali lagi, karena Alnaya kembali diam.

"Eh iya masuk Sa, di dalem ada temen-temen yang lain juga."

Gilang menoleh ke arah lelaki yang datang bersama Alnaya, Angkasa. Mengapa dia ada disini mengakacaukan rencana bahagia saja.

"Hello guyss, apa kabar? " sapa Angkasa pada semua yang ada.

Qayla hanya memutar bola matanya malas

" Dih ngapain ada dia segala sih kesini." Ucap nya sangat kecil

Yudha hanya membalas singkat "Baik..."

Sedangkan Gilang hanya diam memperhatikan gerak gerik Angkasa yang terus saja merangkul Alnaya walaupun terlihat jelas Alnaya seperti terpaksa.

"Udah duduk dulu bareng mereka, aku mau nyamperin bii Asih buat bikinin minuman buat kamu Sa."

*****

Tidak ada lagi canda tawa setelah kedatangan Angkasa Bagaskara ke rumah ini, semua mendadak canggung tak ada topik obrolan bahkan rencana mereka hunting keliling Bandung seolah terlupakan.

Bagaimana perasaan gadis itu saat kedua tunangannya ada di dalam satu rumah ini, yang ada kepalanya makin pusing jika dia tidak dibawa enjoy oleh Qayla yang sangat bawel menceritakan film yang mereka tonton.

"Oh ya Sa, kok kamu tau aku ada di Bandung padahal aku belum ngasih kamu kabar? " tanya Alnaya penasaran.

" Papah kamu yang ngasih tau, dan aku ditugasin jagain kamu selama kamu ada di Bandung."

Alnaya mengangguk saja, papahnya memang tau jika anaknya tidak ada yang mengawasi pasti Gilang akan mendekati putrinya ini.

"Dasar papah protektif."

Namun dibalas oleh Gilang dengan sedikit berbisik, "Papah kamu pengen anaknya baik-baik aja wajarkan kalau tangan kanannya itu disuruh turun tangan buat jagain kamu disini.".

"Gimana kalau kita pergi hunting sekarang? Keburu gelap nih mumpung masih bisa ngejar sunset." ajak Yudha pada yang lain.

"Ayooo" semua serentak menjawab.

Gadis itu buru-buru bangkit dan mengambil camera polaroid kesayangannya yang sedang di charger, tak lupa ia menggantungnya di lehernya.

Gilang yang melihat jadi gemas dan mengecup dahi Alnaya singkat . "Gemesin ishh, jangan terlalu capek ya aku gamau kamu kenapa napa."

Untung saja Angkasa sudah jalan terlebih dahulu, kalau tidak Gilang bisa lapor.

"Ih kamu tuh yaaa, kesempatan dalam kesempitan." Alnaya mencubit perut Gilang.

"Sakit taukk"

"Bodo..."

Setelah mengatakan itu ia langsung melangkah keluar rumah menyusul yang lainnya. Hari ini mungkin hari yang akan terasa sebentar tapi kesannya akan lama dalam ingatan. Karena ia kembali ke rumahnya ke kota dimana ia dilahirkan dan dibesarkan walaupun dengan penuh duka dan kini ia merasakan suka.

*****

Perjalanan yang ditempuh tidak membutuhkan waktu yang lama kurang lebih satu jam dan akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Udara dari atas sini sangat dingin, mereka semua memutuskan untuk pergi ke daerah lembang yang tidak terlalu jauh.

Gadis itu dengan lihai mempotret matahari tenggelam di ufuk barat, sambil sesekali tersenyum melihat hasil yang ia ciptakan.

Angkasa dan Gilang keduanya ada disampingnya mereka terlihat akur walaupun sampai saat ini sama-sama belum mengucapkan sepatah kata.

"Lang, Sa foto bertiga yukk" ajak Alnaya karena melihat keduanya sama-sama diam saja hanya memperhatikan dirinya yang sibuk sendiri.

Gilang dengan cepat mengambil posisi disebelah kanan Alnaya sedangkan Angkasa ia berjalan santai ke sebelah kirinya.

"1..2..3.." Ucap Alnaya memberikan aba-aba. Tak lama hasilnya keluar.

Alnaya sangat senang melihat hasilnya, karena bisa melihat keduanya akur disatu frame camera kesayangannya. Ia loncat kegirangan sampai-sampai gadis itu hendak terpeleset.

"Naya... Awasss" ucap Gilang dan Angkasa berbarengan.

Alnaya yang sadar hal itu langsung meledek keduanya.

"Cie khawatirnya barengan... "

Angkasa hanya mengusap kupluk yang Alnaya kenakan sedangkan Gilang hanya menggaruk lehernya yang tak gatal.

Intinya ini adalah hari bahagia gadis itu dan keduanya sepakat tidak mau merusak suasana apapun karena moment seperti ini akan jarang sekali terulang.

"Nayaa, sini makanannya udah pada siap nih sama Bii Asih." panggil Qayla 

"Yuk Lang, Sa makan dulu keburu makin malem nantinya." Ucap Yudha 

Setelah itu mereka sama-sama menikmati hidangan yang ada dan saat semuanya selesai dan Bii asih kembali membereskan alat makan yang telah mereka gunakan dibantu oleh Qayla, Yudha dan tentunya mang Ujang. Lain hal dengan dua sejoli yang sedang duduk ditepian bukit. 

"Obatnya udah diminum kan? " tanya Angkasa. Diangguki Alnaya." Agak telat tapi"

"Nakal yaaa" balas Angkasa

Gilang yang tadi memesankan susu coklat panas telah kembali dan memberikannya pada Alnaya.

"Minum dulu biar badannya anget."

Alnaya meraih gelas itu, dan menyuruh Gilang ikut duduk bersama Angkasa dan dirinya.

"Kalian berdua pokoknya harus akur, apapun yang terjadi kedepannya semua harus berjalan normal ya tanpa dan adanya aku di hidup kalian."

Keduanya mengangguk saja, padahal merekapun tak akan pernah tau semuanya akan seperti apa dikemudian hari.

*****

Bakalan rajin post pokoknya kalau menuju ending weheheee....

Pokoknya gasabar pengen cepet cepet bikin cerita ini tamat.

Pokoknya Vote ya reader-readers ku tercintaaa 💜💛

Hayoloh masih timnya #AlnayaGilang atau #AlnayaAngkasa boleh di comment kok

SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang