***Diwaktu yang sama, ditempat yang berbeda, Al masih mencari ketenangan dengan motornya.
Tamparan angin dengan kecepatan motor diatas 60km/jam menjadi kesukaannya. Kehidupan jalanan, potret kehidupan, pemandangan alam dan berbagai bentuk kemunafikan manusia, menjadi penampakan yang rutin diliat olehnya.Dengan motornya, dia seperti berjalan dengan teman. Motor peninggalan dari kakeknya itu memiliki banyak sejarah, cerita.
Salah satunya--dulu, waktu Al kecil, saat dia masih duduk di bangku SD, kakeknya selalu mengantarnya dengan motor yang dia kendarain sekarang. Dulu, dalam perjalanan menuju sekolah, kakeknya selalu bercerita tentang banyak hal, pria tua itu selalu memiliki cerita untuk Al, tentunya cerita cerita yang mendidik cucunya itu.
Bagi Al, setiap hal yang memiliki sejarah, juga memiliki nyawa. Artinya, dia sangat menghargai sejarah, dalam bentuk apapun. Termasuk motornya, dia menganggap motornya sebagai teman, itu merupakan bentuk "menghargai sejarah" versi Al.*
Ditengah perjalanan, dipersimpangan jalan. Lampu lalu lintas menunjukan warna merah, yang artinya berhenti. Sejatinya, Al adalah orang yang tidak suka mengikuti peraturan. Tepatnya peraturan peraturan yang mengekang kemerdekaannya. Peraturan lampu lalu lintas dibuat untuk ketertiban jalanan, guna menghindari kecelakaan. Al sadar, lampu lalu lintas adalah bentuk peraturan yang harus dipatuhi. Namun Al menurutinya bukan karena sebagai peraturan yang harus di patuhi, dia menuruti dan mengikuti lampu lalu lintas-- karena Al sadar, itu untuk kebaikan sesama pengguna jalan.*
Masih di persimpang jalan, sebuah mobil baru saja berhenti tepat di samping kiri Al. Pengendara mobil itu memutar lagu kekinian dengan suara yang kencang."Anak kota" batin Al
Tidak lama berhenti, kaca mobil itu turun dan mengeluarkan sampah botol mineral dan dijatuhkan begitu saja di jalanan. Sontak, bagi Al ini adalah bentuk pelecehan. Pelecehan terhadap alam, pelecehan terhadap semesta.
"wah, asu!"
Al turun dari motor, dan mengambil kembali sampah yang dibuang, Al mengetuk kaca mobil itu, mengisyaratkan bahwa sampah yang dia pegang harus diambil lagi oleh tersangka pelecehan ini.
Namun, pengendara mobil ini tampak tidak memperdulikannya. Hal ini membuat Al pitam. Al mundur satu langkah dari posisinya, dan dia mengarahkan tinju yang kuat ke kaca mobil tersebut. Kaca itu pecah setelah menerima belaian spesial dari ketua mapala ini."Halo anak anjing! silahkan ambil kembali sampahmu, asu!"
Al melemparkan sampah yang dipegangnya tepat ke wajah pengendara mobil tersebut. Pengendara itu nampak ketakutan, dia tidak menyangka tinjuan Al dapat menembus benteng pertahanannya itu. Pada saat itu kalau alam bisa berbicara, alam pasti akan berterimakasih kepada Al.
*
Setelah itu Al dengan gayanya yang dingin, kembali ke motornya. Tepat ketika lampu hijau menunjukan gilirannya, Al melaju mengendarai motornya lagi.
Entah kemana dan entah sampai kapan."Semesta itu seimbang, jika kamu melakukan kebaikan, semesta akan membalasnya dengan kebaikan. Jika kamu melakukan keburukan, maka semesta juga akan melakukan hal yang sama kepadamu"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionSebuah cerita kehidupan pemuda anarki yang menjunjung tinggi idealismenya. Yang dibumbui dengan keindahan alam, gunung, laut, kopi, kritik, cinta dan Senja.