16. Al dan pelariannya

219 31 41
                                    

***

11.40
Ditempat yang berbeda,
Al masih bersama motornya, berusaha menenangkan pikirannya yang sedang kacau, ulah Supriadi. Mengukur jalan entah sampai mana, tubuh dan pikirannya mengikuti kemana hatinya ingin pergi, dan kali ini arah motornya menuju ke salah satu kabupaten yang ada dikota perantauannya, kabupaten gunung kidul.

Ditengah perjalanan Al mendengar sirine, sirine khas polisi, suaranya terdengar terus mendekat dari arah belakang, sontak Al memilih lajur lebih ke kiri agar para polisi itu jalan dengan lancar,
Dua motor polisi baru saja lewat, kemudian disusul dengan satu mobil polisi, Al memilih untuk menepi dan berhenti sejenak, tak lama ia berhenti kemudian para polisi itu di susul oleh mobil-mobil mewah yang seragam, kaca belakangnya tercetak tulisan "Komunitas Fortuner" , membuat satu baris lurus sepanjang puluhan meter, menguasai paruh jalan.
Terlihat di persimpangan jalan dua polisi yang mengendarai motor tadi mengambil alih lampu lalu lintas, memerahkan yang seharusnya hijau, mempersilahkan mobil-mobil mewah itu lewat bak jalan milik pribadi,
Al melihat dari tempat ia berhenti, pengendara lain--para masyarakat yang menunggu mobil-mobil itu lewat tidak bisa berkutik, membiarkan hak mereka diambil begitu saja,

Para penegak hukum itu harusnya menegakkan hukum, mengayomi masyarakat!  Dan yang sedang mereka lakukan sekarang adalah sesuatu yang bertentangan dengan tugas mereka, menyalahgunakan pangkat mereka, mengabdi kepada segilintir manusia yang memiliki uang, batin Al

Mobil-mobil itu lewat, tanpa hambatan tentunya,
Persimpangan kembali lancar, lampu lalu lintas kembali seperti sedia kala, hijau, dan kuning kembali menunjukan fungsinya, setelah tadi dipaksa "merah" oleh para polisi.

Al kembali menghidupkan motornya, kembali berkendara, menuju Kabupaten gunung kidul, tepatnya menuju ke kota kecil yang bernama wonosari untuk singgah ke suatu tempat disana yang mungkin bisa menenangkan pikirannya,

*
12.50
Al sampai di tempat tujuannya, rumah mas Bram, sahabat kakaknya.

*tok tok tok
     "Assalamualaikum..." Al mengetuk pintu sambil mengucap salam,

     "Waalaikumsalam.." balas seorang pria dari dalam rumah,
      "Eh kamu toh Al,"

    "Hehe iya mas..." sahut Al sambil menghantarkan punggung tangan sahabat kakaknya itu ke kening,

    "Yowes masuk Al,...
Duduk dulu ya, aku ke belakang bentar"  kata mas Bram

   "Beres mas, nda usah repot repot" sahut Al

Al melihat dinding ruang tamu yang sederhana ini, masih sama seperti terakhir kali dia singgah, masih terpampang foto kakaknya dengan mas Bram diberbagai tempat. Mas bram dan kakaknya berteman baik sejak kecil, tumbuh dan berjuang bersama sebagai musisi indie yang menolak diperbudak oleh bos bos besar. Sama seperti Al, mas Bram juga bersahabat dengan alam; gunung, sungai, laut, danau, adalah hal-hal yang membuatnya senang.
*
"Jadi, angin apa yang bawa kamu kemari
tumbenan mau mampir,.." mas Bram baru saja kembali dari dapurnya, membawa kopi dan cemilan

"Bosen mas, bosen sama suasana kota, hehe,.."

"Alah kalo kamu,..
Ini minum dulu,.."

"Sip, makasi toh mas,.." jawab Al sambil mengangkat gelas kopi itu dan mulai menyeruput kopi yang dibuat mas Bram
"Gayo mas?" tanya Al

"Iya Al, arabica" sahur mas Bram

Al kembali menyeruput kopi,

"Jadi gimana kuliah mu Al? Udah semester berapa sekarang?"

"Aman kok mas, sekarang aku semester 5, 2 bulan lagi ujian akhir semester.."

"Wes iso serius, jangan sering cabut lagi, cepat tamat, buat bangga bunda, ayah, abangmu.." kata mas Bram

"Iyo mas, sering cabut juga ipk ku aman kok hehe,.."

"Iyoiyo, sakkarepmu,..
Jadi sekarang dah ada pacar belum?"

"Halah mas, urusan nanti itu hahaha,.."

"Dicari, biar ada yang ngurus kamu disini hahaha,..
Mas juga penasaran, perempuan seperti apa yang bakalan bisa naklukin hatimu, hati seorang idealis, anarkis, dan sedikit radikal ini" kata mas Bram

"Perempuan hebat pastinya mas, hahahahaha..." sahut Al dengan tawa

"Pasti, ahahahaha,..." mereka berdua tertawa bersama, berbincang berbagi cerita menghabiskan waktu dihari itu,
*
Dengan mengunjungi mas Bram, Al bisa mendapatkan tawanya kembali, bisa memulihkan setidaknya sedikit rasa rindu ke kakaknya, orang yang berbeda namun sifat yang sama, pemikiran yang sama, membuat Al merasakan kehadiran kakaknya didalam mas Bram.

**
16:15
Sore sudah,
Al pamit untuk pulang,

"Makasi ya mas!" sambil menghidupkan motornya,

"Iyoo wes, sering mampir esok esok "

"Oke mas, gerak aku,
Assalamualaikum!"

"Iyo waalaikumsalam, hati-hati Al" jawab mas Bram

Al mulai menancap motornya, kembali ke jalur pulang,
Anggap saja dia sudah berhasil menenangkan hati dan pikirannya, untuk sementara.

Jalan yang sekarang ia lalu berbeda dengan jalan pergi tadi, Al memilih jalan yang dekat dengan pesisir pantai, tujuannya adalah senja.

Langit semakin jingga, Al menurunkan kecepatan, mengendarai motornya sambil melihat pantai pantai yang sudah bertuan, pondok-pondok dibangun di pesisir pantai, mengharuskan para pengunjung membayar untuk menikmati ciptaan tuhan yang diberikan tuhan secara gratis untuk kita semua,

Manusia-manusia serakah, batin Al sambil melihat banyaknya bangunan yang dibangun di pesisir pantai,
*

Al menghentikan motornya di pinggir jalan, dia turun dan menuju ke pesisir pantai yang  tidak bertuan, tidak ada satupun manusia, hanya saja dia perlu sedikit berjalan untuk sampai ketempat itu,..

Senja, kau datang lagi, menjanjikan keindahan kemudian pergi, lagi, batin Al sambil mengagumi keindahan senja, senjanya tuhan.

Al duduk tepat di pinggir pantai, mengeluarkan kompor portable, tumbler, cangkir, sebungkus kopi toraja dan mulai membuat air panas untuk menyeduh kopi,

Terimakasih semesta, kau masih mengizinkanku menikmati semua ini, batin Al

"Al!" teriak seseorang dari kejauhan

Hah? Kayak ada yg manggil, batinnya


***********

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang