"Seseorang dengan kebenaran, tidak punya alasan untuk tidak tenang"
***
Al baru saja sampai, memarkirkan motornya, dan segera menuju ke ruangan buk Tyas.
Tiba didepan ruangan buk Tyas Al melihat Ico dan Gio sudah ada di dalam ruangan, terlihat dari jendela kaca transparan yang dipasang di ruangan buk Tyas, tepat disamping pintu masuk."Assalamualaikum, boleh saya masuk buk?" Al mengetuk pintu masuk yg telah terbuka
"Waalaikumsalam, iya silahkan Al, masuk masuk" buk Tyas menjawab salam sekaligus menjawab pertanyaan Al
Al masuk, dia melihat kedua sahabat yang menatapnya dengan serius.
Suasana macam apa ini. Batin Al
"Silahkan duduk Al"
"Iya terimakasih buk"
Al duduk. Dia tidak nyaman dengan suasana ini, suasana dimana dia seperti menjadi tersangka yang akan di introgasi.
"Maaf buk, sebenarnya apa yang sedang terjadi?"
"Kalian juga kenapa berdua kemari, ada apa sebenarnya" Al membuka pembicaraan"Mereka berdua kemari karena ada yang mau mereka sampaikan ke kamu Al" Buk Tyas menjawab.
Al heran kenapa kedua sahabatnya itu tidak langsung saja menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan ke diaKenapa harus menemui buk Tyas dulu. Batin al
"Ibu denger-denger, katanya kamu baru aja diajarin cara menampar sama pak Supriadi" buk Tyas berusaha mencairkan ketegangan diruangan itu.
"Iya buk, benar. Dia mengajarkan saya cara menampar yang benar"
"Dan saya langsung mempraktikannya ketika dia merendahkan bunda saya buk" Al menjawab"Iya ibu paham, ibu ngerti perasaanmu Al, ibu juga pasti ngelakuin hal yang sama kalau ibu di posisi kamu kemarin".
Buk Tyas berusaha menenangkan Al yang terbawa emosi, Al mengingat kembali setiap kata penghinaan kepada bundanya yang keluar dari mulut Supriadi."Ini menyangkut masa depanmu nak"
Al terkejut ketika buk Tyas berkata seperti itu. Ada apa gerangan, batin Al.
"Gio tadi baru saja dapat kabar dari gedung rektorat, Pak Iqbar, rektor kita ingin bertemu langsung denganmu" Buk Tyas meneruskan.
"Pak Iqbar ingin berjumpa deganmu bukan melalui surat panggilan yang mengharuskanmu untuk datang Al. Pak Iqbar mengundangmu datang ke kantornya melalui aku, dia ingin berbicara denganmu, bukan ingin menghukum mu". Gio menyampaikan kondisi yang sebenarnya terjadi.
"Melalui telefon juga tadi ibu sudah menjelaskan ke pak Iqbar, seorang Al tidak akan pernah melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas"
"Pak Iqbar bilang ke ibu, pak Supriadi akan melaporkan kamu ke polisi, dia berniat menjebloskanmu ke penjara jika dalam waktu seminggu kamu tidak minta maaf ke pak Supriadi" buk Tyas meneruskan."Tidak buk".
"Dia yang harusnya minta maaf ke saya"
"Dia merendahkan bunda saya buk,"
"Kalo Supriadi bukan dosen, mungkin salah satu bagian tubuhnya saya buat patah" Jawab Al bersikeras menolak meminta maaf ke pak Supriadi."Ini demi kebaikanmu nak" buk Tyas mengelas
"Terimakasih banyak buk, tapi saya tidak bisa minta maaf, menurut saya, tindakan saya benar, dan selama saya benar, saya tidak akan mau kalah, apalagi kalah dengan orang yang kalah"
"Permisi buk," Al pamit, pergi meninggalkan ruangan buk Tyas.Al baru saja berhasil lolos dari rasa kesal atas dirinya sendiri karena mp3 warisan kakaknya hilang. Kemudian sekarang, Supriadi telah berhasil membuat hatinya kini dipenuhi dengan kebencian.
Semesta, apa yang kau siapkan untukku? Batin Al.
Dia menuju motornya, menyalakan mesin, kemudian pergi ke entah kemana, menenangkan pikirannya..
*
Sementara itu, Senja baru saja sampai di kampus. Tepatnya di sekret mapala...
*******

KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionSebuah cerita kehidupan pemuda anarki yang menjunjung tinggi idealismenya. Yang dibumbui dengan keindahan alam, gunung, laut, kopi, kritik, cinta dan Senja.