***
Sementara itu, di lain tempat, Senja dan bu Tyas masih berdiskusi membahas tentang turnamen basket yang akan diselenggarakan oleh kampus dibawah kepengurusan BEM.
Bu Tyas adalah wakil rektor di kampus, beliau merupakan salah satu orang paling berpengaruh di kampus itu. Bu Tyas merupakan sosok penikmat demokrasi yang ada di negeri yang sedang sakit ini. Perbincangan mengenai masa depan negeri, bentuk-bentuk protes mahasiswa, dan Al, adalah sesuatu yang difavoritkan bu Tyas.
Selesai berdiskusi dengan bu Tyas, Senja mendapat kepastian kapan acara ini akan diselenggarakan, yaitu bulan depan, april.
***
"Akhirnya kalian bertemu ya" ucap bu Tyas tiba-tiba. Mengubah topik pembicaraan.Senja yang sedang beres-beres untuk bergegas pergi itu mendadak terdiam, wajahnya menunjukkan tanda tanya yang besar.
"Al, dia mahasiswa favorit ibu" bu Tyas meneruskan.
Senja terkejut dan dia menebak bu Tyas pasti melihat kejadian tadi. Wajahnya yang putih itu memerah, menahan malu. Dia panik dan otaknya spontan memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi tadi.
"Ibu tau kejadian tadi" ucap bu Tyas yang sebenarnya menyaksikan apa yang terjadi tadi, sebab jarak ruangannya dari tempat pertemuan Al dan Senja tadi hanya sekitar 0.015 KM.
Senja hanya terdiam, tidak mengeluarkan kata-kata, wajahnya yang cantik itu masi memerah.
"Al itu cerdas, dia pemikir yang hebat. Menurut ibu, dia itu mahasiswa paling idealis di kampus kita ini"
"Segala bentuk protesnya ke kampus memiliki alasan yang kuat, masuk akal, dan sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Hanya saja, cara penyampaiannya tidak sesuai. Itulah kenapa banyak dosen serta mahasiswa yang tidak setuju dengan keberadaannya di kampus kita ini" bu Tyas terus menjelaskan tentang Al,
"Kejadian tadi adalah apa yang ibu tunggu tunggu dari dulu" ucap Bu Tyas sambil tersenyum kecil.
"Seorang mahasiswa paling dihindari dan seorang mahasiswi nomor satu di kampus, ibu tidak sabar menunggu kisah kalian" bu Tyas meneruskan.
Senja tetap dengan wajahnya malunya, terdiam dan mencoba mencerna segala yang diucapkan dari bu Tyas. Dan, sebenarnya dia tertarik.
*
Merasa menyudutkan Senja, bu Tyas menyudahi pertemuan mereka saat itu.
Senja berterimakasih karena bu Tyas telah meluangkan waktunya, setelah itu Senja pamit dan berjalan menuju keluar ruangan.Waktu menunjukkan pukul 11.00, Senja merasa tubuhnya harus istirahat, karena dari kemarin dia sibuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan acara kampus itu.
Kebetulan Senja tidak ada kelas hari ini, dia memilih untuk pulang dan istirahat.
Perjalanannya menuju rumah, dihiasi dengan perkataan perkataan bu Tyas tadi,"Apa selama ini aku salah menilai dia?"
Senja bertanya kepada dirinya sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
Teen FictionSebuah cerita kehidupan pemuda anarki yang menjunjung tinggi idealismenya. Yang dibumbui dengan keindahan alam, gunung, laut, kopi, kritik, cinta dan Senja.