Hujan mengguyur deras lagi, hampir setiap hari. Yah memang sedang musim nya. Tapi Shiga tak menyukainya, dia tak bisa pulang sekarang karena dia lupa membawa jas hujan. Ya hasilnya, sekarang dia sendirian di parkiran menunggu hujan berhenti. Sudah 40 menit sejak bel pulang berbunyi, dan hujan belum menunjukkan tanda tanda akan berhenti. Karena bosan, Dia memutuskan untuk sedikit berjalan menyusuri lorong. Dipandangi nya kelas kelas yang sudah kosong, papan tulis bersih, lantai yang sudah di pel, dan tanaman yang basah terkena hujan. Dia hanya tak tahu harus melakukan apa hingga hal hal kecil seperti itu diperhatikannya.
Sibuk mencari kesibukan, samar samar telinga nya mendengar tangisan. Awalnya Shiga sedikit ketakutan, tapi dia akhirnya memberanikan diri untuk mengecek sumber tangisan itu. Mendekati kamar mandi perempuan, tangisannya terdengar lebih jelas. Dia bersembunyi di balik tembok dan menajamkan indera pendengaran nya. Saat sedang dalam mode fokus nya, tiba tiba tangisan itu berhenti. Suara langkah kaki terdengar dari dalam kamar mandi, membuat Shiga sedikit panik. Dengan cepat dia berusaha untuk pergi dari situ karena takut disangka kalau dia sedang melakukan hal yang tidak tidak. Belum sempat melangkah, seseorang sudah memanggil namaya.
"Shiga?"
dengan ragu Shiga berbalik badan, menemukan sosok Amelda yang memandang nya dengan aneh. Amelda mendekati Shiga, menatap matanya lekat lekat.
Shiga ketakutan bukan main, pikirannya pergi kemana mana. Dari dia yang dikucilkan dari pergaulan karena menguntit seorang perempuan, Dilaporkan ke polisi, dicoret dari KK, dikeluarkan dari sekolah dan hal hal yang bersangkutan dengan kejahatan lainnya.
Amelda membuka tasnya, mengambil sesuatu dari sana.
"G-Gua ga bermaksud apa apa, Gua ga punya niat jahat sama sekali" Saking takutnya, Shiga sampai tak berani menatap mata wanita itu.
"Lo benci hujan kan?" Perlahan Shiga melihat ke arah Amelda, melihat dia sedang menyodorkan jas hujan kuningnya. Dengan ragu Shiga menerima nya.
"L-Lo gimana?"
Tak menjawab pertanyaan Shiga, Amelda berlari menerjang deras nya hujan dan menari di bawahnya. Tangannya dia angkat untuk menangkap tetes hujan yang jatuh. Senyum tercetak jelas di wajahnya. Dia tertawa lepas di bawah hujan, menari bebas seperti seekor burung yang baru di lepas dari sangkarnya.
Amelda menghentikan aktifitasnya, menatap balik Shiga yang menatap nya dari lorong. Amelda Melemparkan senyumnya, tapi hanya dibalas dengan tatapan datar oleh Shiga.
"Dia, Amelda Tachibana. Menangis"
-Prayxga
KAMU SEDANG MEMBACA
MiRAINcle (ON HOLD)
Teen Fiction#1 wattysid 020120 #3 dingin 020120 #2 mati 020120 "Harusnya aku sudah mati" "Tidak, Saat ini sedang hujan. Kau tidak ku izin kan mati sekarang!" "Apa ini kutukan?" "Tidak, Kau memang tak boleh mati"