Sinar mentari membawa kebahagiaan pagi ini. Shiga berangkat sangat pagi hanya agar bisa menjatuhkan kepala nya di atas meja lebih lama sambil menikmati indahnya kuasa Illahi.
"Pagi amat berangkat lo, bantuin Pak Eman—penjaga sekolah— nyapu?" Shiga menarik nafas panjang. Ketenangan nya lenyap saat mendengar ocehan Dewi. Shiga tak berniat menjawabnya, dia mencoba sekuat tenaga mengumpulkan kembali suasanya yang telah dirusak Dewi tadi.
"Ditanyain malah diem aja. Ga sopan lo ya!" Dewi duduk di bangku sebelah Shiga lalu menjitak kepalanya.
"Apaan sih, Pertanyaan lo ga bermutu tau ga!" Menyebalkan, mau tak mau Shiga harus bangkit dari posisinya. Dewi sama sekali tak merasa bersalah, puas rasanya bisa mengganggu sahabatnya itu.
Shiga menenggelamkan kepalanya di atas tas nya lagi, tapi belum sempat mendarat, Dewi menahannya.
"Kalo diajak ngobrol itu duduk yang bener" Perintah Dewi, yang mau tak mau harus Shiga turuti.
"Iya, Maaf kan Saya tuan putri Dewi Anastasya. Apa yang hendak tuan putri bicarakan dengan saya?" ucap Shiga dengan nada yang dibuat buat membuat Dewi bergidik geli mendengarnya.
"Jijik tau ga" mereka berdua tertawa.
"Nonton yuk, Ada film bagus lagi tayang" Ajak Dewi setelah puas tertawa.
"Yuk, yuk, yuk. Kapan?" Jawab Shiga antusias.
"Pulang sekolah gimana?" tawar Dewi.
"Boleh!"
"Gua ajak Luis!" seru Dewi semangat.
"Gua ajak Keita!" Shiga menunjuk Keita yang baru datang. Keita yang baru saja sampai di depan pintu kebingungan, tak tahu apa yang sedang Shiga bicarakan. Ia mengarahkan telunjuknya ke wajahnya sendiri, memberi pertanyaan tanpa perkataan.
"Nonton, pulang sekolah" jelas Dewi.
"Yah, pulang sekolah gue ada acara bos" semangat Shiga yang beberapa waktu yang lalu menggebu gebu kini sudah tiada. Digantikan dengan lesu.
"Yaaah" ucap Dewi dan Shiga bersamaan.
"Trus gue ama siapa dong, masa gue jadi nyamuk" Shiga melipat tangannya di atas meja untuk menopang kepalanya. Sedangkan Dewi menepuk nepuk pundak temannya itu, memberinya semangat.
"Nah, ajak dia aja nih"
Keita menahan Amelda yang berjalan melewatinya.
"Mel, lo diajak nonton sama Shiga pulang sekolah nanti. Mau kan?"
Amelda awalnya terkejut dan sedikit kesal karena dihentikan secara tiba tiba, tapi setelah mendengar tawaran Keita rasa kesalnya sirna. Matanya ia tujukan kearah Dewi, melihat wanita itu menganggukan kepala nya dengan cepat. Lalu Shiga, tak ada reaksi yang berlebihan darinya, ia hanya menenggelamkan kepalanya lebih dalam lagi.
Sebenarnya Shiga tak masalah mengajak Amelda, tapi jika Luis dan Dewi sudah bersama mereka akan lupa dengan dunia, lupa dengan dirinya. Jadi mau tak mau ia harus berduaan dengan Amelda, yang pastinya akan menimbulkan suasana yang canggung karena mereka belum terlalu dekat.
"Mau, mau, mau!"
Jawab Amel semangat, sesuai dugaan Shiga.
---
"Lama banget sih cowok lo!" runtuk Shiga kesal. 30 menit sudah ia berada di ruang tamu menunggu kehadiran Luis. Tapi lelaki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Ya sabar, paling lagi dijalan"
Berbeda dengan Shiga, Dewi nampak lebih santai menanggapinya. Ia dengan khusyu' membaca novel sambil memakan camilan yang ada di atas meja. Lalu tak lama konsentrasinya pecah mendengar dering pemberitahuan dari handphone nya.
"Yuk, dia udah di luar" ucap Dewi setelah membuka pesan dari Luis.
Tanpa babibu, mereka berdua langsung pergi keluar. Sesampainya di luar, Shiga lagi lagi harus bekerja ekstra untuk menahan emosinya.
"Kok lu ga bawa mobil?" Luis hanya bisa tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya saat ini. Ia tak memberitahu Shiga kalau ia akan menggunakan motor, berbeda dengan kesepakatan yang mereka buat di sekolah tadi dimana mereka akan pergi bersama sama naik mobil Luis.
"Mobil bokap gue bannya bocor, jadi mobil gue dipake" ucap Luis sambil memamerkan rentetan gigi putih nya.
Shiga menghela nafas panjang, lalu masuk lagi ke rumahnya untuk mengambil kunci motor. Lalu mereka pergi menjemput Amelda.
---
Anastasya Dewi : Kita udah di depan
Amelda tersenyum melihat pesan singkat yang terpampang di layar handphone nya lalu buru buru keluar dari kamar nya.
Dengan cepat ia menuruni tangga. Kaki dan anak tangga yang bertabrakan menimbulkan suara yang menarik perhatian ibundanya dan Gerry yang sedang duduk di ruang tamu.
"Buru buru banget mau kemana?" tanya sang ibunda.
"Mau nonton bun" Amelda mencium tangan ibundanya.
"Loh bukannya kamu udah ada janji sama Kak Gerry?"
"Janji apa ya?"
"Kata nya kamu minta bantuan buat ngerjain tugas kamu" kata Gerry. Tapi Amelda seperti tak mendengarkannya, ia sudah tak sabar mau menemui teman temannya. Membuat amarah Gerry terpancing.
"Yaudah besok aja" jawab Amelda santai.
"AMELDA!!!" suara tinggi Gerry menggelegar memenuhi ruangan, menghentikan langkah Amelda.
"Kakak ga ngizinin kamu pergi" Gerry bangkit dari duduknya, mengepalkan tangannya dengan keras untuk menahan emosinya.
Amelda sedikit tertawa.
"Kok kakak ngatur sih, emang Kakak siapanya Amel?"
Amelda membuka pintu lalu menghilang dari pandangan Gerry.
-Prayxga.
KAMU SEDANG MEMBACA
MiRAINcle (ON HOLD)
Teen Fiction#1 wattysid 020120 #3 dingin 020120 #2 mati 020120 "Harusnya aku sudah mati" "Tidak, Saat ini sedang hujan. Kau tidak ku izin kan mati sekarang!" "Apa ini kutukan?" "Tidak, Kau memang tak boleh mati"