"Sekarang anterin gua pulang"
Mendengar ucapan Amelda, Shiga terkejut bukan main. Pikirnya, kenapa dia harus mengantarkan wanita aneh di depannya itu pulang. Dia yang bolos club, dia yang menariknya ke ruangan ini, dan kenapa dia harus memerintah untuk diantar pulang. Entah apa yang ada di pikirannya sampai sampai dia beranggapan kalau Shiga dengan senang hati mengiyakan kemauannya.
"Hah? Ogah! Ngapain juga gua harus nganterin elu, kurang kerjaan tau ga!" Amelda tersenyum licik, seperti sudah tahu kalau kata kata itu yang akan diucapkan oleh Shiga.
"Yakin gamau?" Amelda berjalan memutari Shiga.
"Lu kan udah terkenal di sekolah, gua bisa loh bikin lu lebih terkenal lagi. Dengan bikin pengumuman besar kalo lo suka ngintipin cewek cewek di kamar mandi" Amelda mengucapkannya dari belakang tubuh Shiga, dan berbisik langsung di telinganya. Membuat kesan intimidasi yang besar.
Shiga membalikkan badannya. Memandang tajam kedua mata Amelda, amarahnya tertahan.
"Gua ga ngintip!"
"Kalo lu bilang gitu kira kira ada yang percaya gak ya?" Jawab Amelda dengan santai. Di tangannya terpampang ponsel yang menunjukkan foto Shiga yang sedang berada di depan kamar mandi perempuan. Entah kapan gambar itu diambil, tapi itu sepertinya sudah menjadi bukti kuat untuk tuduhan Amelda, yang sebenarnya hanyalah kesalahpahaman.
Shiga tak bisa berkata apa apa lagi. Dia tahu tanpa bukti, pembelaan dirinya sia sia. Mau tak mau dia harus menuruti apa kata Amelda.
"Yodah yuk jalan. keburu sore" Dengan semangat Amelda menarik tangan Shiga. Shiga? Dia hanya bisa pasrah.
Mereka sampai di parkiran. Shiga mengambil motornya dan menghampiri Amelda yang menunggu di depan gerbang.
"Naik" Ucap Shiga ketus.
"Lucu ya, kaya nunggu pacar jemput" ucap Amelda lirih.
"Apa?"
"Engga, Dah ayok jalan"
---
Roda motor Shiga berputar lambat, sebelum akhirnya benar benar berhenti. Mereka berhenti di sebuah toko bunga.
"Ini rumah lu?" Shiga memandangi toko bunga itu.
"Bukan lah" Amelda sedikit tertawa mendengarnya.
"Tunggu disini bentar, gua mau ambil pesenan gua" Tambahnya sebelum masuk ke dalam toko bunga itu.
Shiga memandangi punggung Amelda yang berjalan masuk ke toko. Melihatnya bercengkrama dengan pemiliki toko dan terseyum sedetik kemudian. Melihatnya tersenyum seperti menjadi portal untuk pergi ke dimensi lain dan melupakan dunia yang sedang dia pijak sekarang.
Pandangan mata Shiga tak bisa lepas dari Amelda, yang tanpa ia sadari Amelda memandang balik, tersenyum sambil melambaikan tangannya. Membuat Shiga salah tingkah.
Setelah sekitar 5 menit menunggu. Amelda keluar dari toko bunga itu dengan buket bunga lily putih di tangannya.
"Dah yuk"
Amelda naik ke motor, Lalu mereka melanjutkan perjalanannya. Pulang.
---
Motor Shiga berhenti sekali lagi. Tapi kali ini jelas bukan rumah Amelda. Mereka berhenti di rumah sakit.
"Ngapain ke sini?" Tanya Shiga sedikit kesal.
"Ngasih ini" Amelda mengangkat Buket bunga nya.
"Jangan lama lama"
"Siap pak bos" Amelda buru buru pergi.
---
Amelda berjalan cepat menuju salah satu ruangan. Di ruangan itu seorang dokter sudah menunggu.
"Amelda, tumben telat" Sambut sang dokter.
"Iya tadi ada urusan sedikit dok" Amelda menampilkan rentetan gigi putihnya. Dia berjalan menuju nakas dan meletakkan buket bunga nya di nakas. lalu duduk di kursi yang ada di depan dokter itu.
"Kamu harus sering melakukan pemer-"
"Iya dok paham"---
-Prayxga
KAMU SEDANG MEMBACA
MiRAINcle (ON HOLD)
Teen Fiction#1 wattysid 020120 #3 dingin 020120 #2 mati 020120 "Harusnya aku sudah mati" "Tidak, Saat ini sedang hujan. Kau tidak ku izin kan mati sekarang!" "Apa ini kutukan?" "Tidak, Kau memang tak boleh mati"