"Panas matahari membuat air yang ada di muka bumi menguap. Terbentuklah awan dari uap uap tersebut. Angin membuat awan kecil berkumpul menjadi besar. Karena kandungan air di awan yang sudah besar dan tidak bisa di tampung lagi maka turunlah hujan.Proses terjadinya hujan secara singkat terdiri dari 4 tahapan besar di atas, lokasi terjadinya hujan relatif tergantung pada pergerakan angin"
Semua siswa nampak serius mendengarkan penjelasan gurunya itu. Terlebih lagi Amel, dia tak sedetikpun mengedipkan matanya karena tema yang dibahas kali ini adalah hal kesukaannya. Hujan.
"Nah itu adalah proses terjadinya hujan secara umum. Untuk tugas kali ini, Ibu mau kalian membuat kelompok yang beranggotakan 2 orang dan membuat pengertian hujan menurut kalian masing masing"
Suasana menjadi sedikit gaduh, para siswa sibuk mencari teman untuk menyelesaikan tugas ini.
"Dewi, Sama gua ya?" Rengek Shiga.
"Wah maap ga, gua udah sama Luis" Dewi sedikit merasa bersalah, tapi Shiga bisa mengerti dan memaklumi hal itu. Dia tahu dia harus menghormati hubungan yang dibangun sahabatnya itu.
"Oh yaudah"
Shiga memutar kepala, mengedarkan pandangan ke penjuru kelas dan melihat siapa yang berpotensi untuk bekerja sama dengannya. Kemana pun ia mengedarkan pandangan, ada satu mata yang tak lepas dari penglihatannya. Amelda. Sedari tadi dia memandangi nya dengan tatapan aneh.
"Ngapain sih" Shiga menjatuhkan kepala nya ke atas meja. Menerawang ke awan nan cerah. Tak memperdulikan realita yang dia hadapi saat ini.
---
Bel pulang sekolah berbunyi, 15 menit yang lalu. Sekolah sudah cukup sepi. Hanya tersisa siswa siswa yang mempunyai kegiatan club saja.
Shiga baru selesai berkumpul dengan club basket nya, dia tak latihan hari ini. Tak enak badan, alasannya. Aslinya dia baik baik saja, hanya sedang tidak dalam mood untuk latihan, jika dipaksakan akan ada hal yang tidak baik terjadi. Dulu dia pernah hampir adu pukul dengan senior nya karena bertabrakan saat latihan.
"Shiga, Lu ga latihan?" Seorang lelaki dengan seragam Basket berlari menghampiri Shiga.
"Engga, lagi ga enak badan" Shiga memasang senyum masam.
"Oh yaudah, anak kelas 1 lagi semangat semangatnya. Kalo lu ga cepet cepet sembuh nanti gelar kapten lu dicabut" Lelaki itu kembali ke lapangan, melanjutkan latihan.
Shiga menghela nafas, yah mau bagaimana lagi. Dia sedang tidak mood. tidak bisa diganggu gugat. Dia mencoba tidak terlalu memikirkannya, dan melanjutkan perjalanannya. Tapi suara memanggil namanya lagi. Kali ini berbeda, lembut dan mudah diingat.
Shiga mengedarkan pandangan dan menemukan Amelda sedang bersembunyi di balik pintu. Wanita itu menggerakkan tangannya, menyuruh Shiga untuk menghampirinya. Shiga tak memikirkannya, bak terkena sihir, tubuhnya bergerak mendekati Amelda.
Saat di dalam jangkauannya, Amelda menarik tangan Shiga masuk ke dalam kelas dan cepat cepat menutup pintunya.
"Apa?" Shiga tak paham dengan apa yang dialami Amelda.
"Gua bolos club. takut ketahuan" Amelda masih sibuk mengintip dari jendela, memastikan tak ada teman club ataupun guru pembimbing yang berkeliaran.
"Trus kenapa manggil gua?"
"Lu kan juga bolos"
"Gua kan izin"
Amelda menghentikan kegiatan 'Waspada' nya. Dan memandang Shiga lekat lekat. Diperhatikannya setiap detil wajah Shiga, membuat Shiga sedikit risih dan malu.
"Izin apa lu? Orang sehat sehat gini"
Amelda kembali mengecek situasi dari balik jendela.
"Tau dari mana lu, sok tau"
"Emang lu sakit?" Amel menatap Shiga, matanya dan mata Shiga beradu. Karena tiba tiba, Shiga sedikit terkesiap.
"Eng-Engga juga" Shiga gugup.
"Nah Yaudah"
Hening. Shiga tak tahu harus apa dan Amelda masih sibuk mengecek situasi.
Amelda menghampiri Shiga. Berdiri dihadapannya.
"Sekarang anterin gua pulang"
-Prayxga
(ps: I dont own the picture, credits to owner)
KAMU SEDANG MEMBACA
MiRAINcle (ON HOLD)
Teen Fiction#1 wattysid 020120 #3 dingin 020120 #2 mati 020120 "Harusnya aku sudah mati" "Tidak, Saat ini sedang hujan. Kau tidak ku izin kan mati sekarang!" "Apa ini kutukan?" "Tidak, Kau memang tak boleh mati"