[9] Pertama kali

9.4K 1.5K 380
                                        

Pagi ini Hyunjin dan Lino sudah bersiap-siap ingin berangkat kuliah, Jeongin dan Seugmin juga sama, mereka akan berangkat sekolah, sedangkan Bangchan, Felix, dan Jisung di rumah karena mereka sudah libur.

Mencoba melepas masalah dan beban pikiran karena kejadian-kejadian yang belakangan ini mengintai, Felix mengambil kertas putih dan spidol merah, entah kenapa rasanya ia bosan jika sudah seperti ini. Keadaan rumah sangat sepi, orang-orang dalam hanya sibuk dengan ponselnya.

"Lix, gua ke rumah sodara gua dulu yak, lu jaga rumah." Jisung menghampiri Felix sambil mengacak-acak rambutnya.

"Mati kapan?-eh maksud gua, balik kapan?"

Jisung mendengus, "Anjir emang, gua balik malem kayanya."

Felix mengangguk paham, "Hati-hati."

"Lix, gua mau balik, lo dirumah sendiri ye, gua ga balik dua hari!" Bangchan teriak dari dalam kamarnya dan langsung melongos pergi begitu saja.

"Lix gua cabut ya?" Jisung menepuk pundaknya.

Felix mengangguk pasrah.
"Yaudah,"















Astaga, siang ini benar-benar panas, Felix sendiri sampai tiga kali mandi, dan berendam dengan air dingin.

Setelah selesai memakai baju, ia kembali turun ke ruang tengah, samar-samar terdengar suara rintikan air dari kamar mandi.

Felix lupa mematikan sower?
Kayanya enggak deh, Felix bukan orang pelupa dengan suatu hal, kecuali sampah. Ia kembali ke kamar mandi, ternyata benar air sower mengalir.

Ia mengerenyit,
"Perasaan udah gua matiin ini aer," gumamnya.

Setelah itu ia keluar kamar mandi, dan kembali ke ruang tengah.
Namun baru setengah perjalanan, kini suara rintikan air itu terdengar lagi.

"Apa sih!?"

Felix kembali mendekat ke kamar mandi, air sower itu mengalir deras, ia semakin heran. Ia memutar keran berkali-kali sower untuk memastikan rusak atau tidak.

"Gapapa dah, apaan si!?"

Tidak mau mengambil pusing ia menutup keran kembali dan langsung keluar dari kamar mandi.

Dan ternyata terulang lagi.
"Bodoamat!" ia mendengus sebal.




Felix menyalakan tv karena merasa bosan, di temani dengan cemilan-cemilan di sampingnya.

Felix melihat cahaya dari pantulan di tembok, ah ya, ia lupa menutup pintu tadi. Tapi rasanya ia malas berdiri, dengan jalan menjuntai mendekati pintu.

Brak!

Felix membulatkan matanya terkejut, jarak ia dan pintu sangat jauh, angin tidak mungkin bisa menutup pintu besar dan lebar itu. Astaga, ini semua di luar nalar pemikiran.

Prank!

Felix memundurkan langkahnya.
Vas bunga yang ada di sampingnya terjatuh hingga pecah berkeping-keping.

"Siapa sih!?" Felix rasa ada yang berdiri tepat di belakangnya, tapi ia belum berani melihat siapa di sana.

"Anjing, keluar lo!"

Gagang pintu terbuat dari almunium seperti kaca, ada pantulan dirinya disana, Felix menggeser tubuhnya untuk mengetahui perasaannya benar atau tidak.

Dan, ya benar. Seseorang berdiri di belakangnya terlihat jelas di daun pintu itu.

Felix mengambil ponselnya perlahan, ia arahkan layarnya di belakang, benar berkali-kali benar ada sosok hitam yang berdiri di belakangnya-tunggu, dia membawa benda mengkilat di sana.

Dorm || Straykids [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang