Sumpah Hyunjin belum juga mencet itu pentolan pistol, udah ada bunyi 'dor'. Fuck kenapa Seugmin membawa Shotgun di sana.
"Jin, lepas tembakan!"
Klotek.
Hyunjin menaruh pistol yang ia genggam di sampinya."Goblok! Maksud gua tembak barang! Buat alihin pandangan!"
Dor!
Prank!
Vas bunga sukses di pecahkan oleh tembakan Hyunjin, Seugmin menghampiri Vas bunga itu dan melihat apa yang terjadi di sana.
Notifikasi ponsel Hyunjin muncul, Hyunjin mengerenyit.
XXX
|Menjauh atau mati?
|Pergi, jangan ikut campur.Lo sp?|
Satu-satunya jalan untuk mengetahui apa yang terjadi adalah pada nomor horor ini dulu, sayangnya Lino masih belum bisa bamgkit.
Hyunjin mulai mencium bau anyir di sekitarnya. Ia kembali menghubungi Jeongin, dimana keberadaannya sekarang.
"Ngin, lo dimana?"
"Gua di kamar Lino, ada notifikasi gua gak boleh ikut campur masalah ini."
Hyunjin jelas terkejut.
"Heh, gua juga!"Hyunjin harus bisa mengambil laptopnya di kamar.
"Ngin, di kamar Woojin ada pistol, alihin semuanya buat keluar rumah, gua curiga sama Jisung."
"Gua juga mikir gitu, cuma Jisung aja pergi gak bawa hp cuy, dia nitip ke gua kemaren di kamar."
"Lambat. Ambil buruan! Gua mau lacak orang ini dulu!"
Jeongin mematikan sambungan telfon, Hyunjin menunggu Jeongin melepas landas dua kali tembakan udara.
"Akui saja satu sama lain, penghianat." Lino masih mampu berbicara dan bangkit.
Dor!
Doorr!!
"Bagus." Semua orang langsung berlari keluar, tidak dengan Lino yang duduk menahan perih luarbiasa di perutnya.
"Lin!" Hyunjin masuk ke kamarnya dan langsung menghampiri Lino dan membuka laptopnya.
"Lin kuat Lin,"
Setelah itu ia kembali menghampiri pria yang hampir menghabisi Lino itu.
"Bangsat!"
"Hyunjin? Lo?" Seugmin mendekat kepada seorang pria yang memakai pakaian serba hitam itu.
"I'm not Hyunjin."
Seugmin mengerenyit, "Apa maksud lo nyelakain Lino?"
"Hanya sepucuk tugas." sahutnya santai.
"Lin lu sini dulu ya, gua mau nyari sinyal." pamit Hyunjin.
"Jin, jangan lama-lama Jin, tenang bakal ada yang jaga lo. Jeongin nanti ke sini. Bentar,"
Hyunjin kembali menghubungi Jeongin.
"Lu dimana? Jagain Lino, kapan gua keluarnya kaya gini ma?""Gua di kamar Changbin, sabar gua lagi nyongkel jendela, lu cari radar dulu aja, ikutin kemana radarnya pergi kalau jauh, berarti Jisung yang pegang nomor itu. Tapi kalau bukan–"
"Emang bukan, ini milik.."
"Siapa!?"
"Bangsat radarnya terputus! Kayanya dia tahu kita ngelacak!"
"Ngin gua keluarnya kapan, ini engap."
Hyunjin meringkuk meniup-niup poninya."Ya ampun Ma, monmaap Ma ini anaknya maen pistol-pistolan beneran dulu."
"Tunggu dalangnya keluar."
"Ayolah, apa harus gua yang ngomong kalau yang bunuh changbin itu lo." Kini Felix turun dengan pistol yang sudah ia todongkan ke arah pria berbaju hitam itu.
"Dan apa gua harus bilang, kalau lo penyebab utama Woojin kecelakaan, Lee Felix." Sebuah pistol yang menjunjung pelipis kirinya kini menyekaknya.
"Atau gua yang harus bilang, kalau gua yang neror Felix pas lagi sama Jeongin?" Lino tertawa bengis.
"Ready shot?"
Seugmin mencengkram kuat shotgun yang ia bawa, tidak mengerti apa yang harus ia perbuat, mempercayai temannya kembali atau tidak sama sekali.
"Buat apa pisau selalu ada di kamar Jisung," Jisung belum pulang dari kemarin, entah anak itu belum memberikan kabar sama sekali.
"Oh lo curgia sama Jisung? Gua bahkan gak tau apa yang ada di fikirannya." sahut Bangchan santai.
"Bukannya lo yang bunuh kakak gue?"
Bangchan tertawa, "Kalo gua yang ngebunuh gua udah terus terang ni, jujur aja karena lo pemilik dorm jadi maaf gua ngalah."
"Sok mengatur segalanya, lo punya hak di sini tuan Bang?" Felix kini memutar cepat tangan Bangchan sehingga pisau yang ia bawa kini terjatuh.
"Lo diem atau mati?"
"Hell, gua emang sengaja buat rem kakak lo blong, dan Lino pengen gua mati, gua tau itu, benarkan tuan Lee? Oh ayolah, sekarang senjata kita saling todong menodong, dan lo Seugmin udah yakin bahwa gua yang bunuh kakak lo?"
"Berhenti! Lo bergerak atau kontak radar ini bakal gua ledakin detik ini juga!" Hyunjin tersenyum penuh kemenangan.
Kunci utama kini sudah berada di tangannya.
Dor!
"Up! Maap, sengaja." Hyunjin melotot dan terkejut bukan main, ketika melihat Jisung yang datang dengan shotgun dan langsung menembakkannya ke arah Lino.
"APA MAKSUD LO!?"
"Hanya balas dendam? Mungkin.."
Dor!
"Pembunuh!"
Dor!
"Penghianat!
Dor!
"Gua terlalu muak dengan ini semua!"
Dor!
"Waw, Jeongin yang pemberani?"
Dor!
"Say goodbye.. Han Jisung!"
Dor!
Dorrr!!
"NGGAK!"
"Woy goblok!" Jeongin menepak kencang kepala Hyunjin, dan mengisaratkan untuk tidak berisik.
Bahwa yang sekarang ada di hadapannya adalah posisi dimana ia pertama kali berperan dalam mimpinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dorm || Straykids [END]
غموض / إثارة'Don't easily give trust to others.' Siapa yang tahu isi hati manusia? Punya niat buruk atau tidak? -Straykids- story by : Bertha Nanda