Note : Hargai aku ya kawand^^ tap vote dan komen kalian ngebangkitin semangat buat nulis. Jangan lupa buat rekomendasiin ke temen-temen kalian.
DOORRR!
BUAGH!
"Gua harap ini gak terlambat."
Seugmin menarik Jeongin yang masih melongo
"Heh, kok lo di sini!?""Info aja dari Haje, btw gua nembak tadi cuma kena kaki, tu anak bakal sadar lagi gak ya?" sahut Seugmin santai.
"Iyalah, udah yang penting kita amanin diri dulu ada di sini." Seugmin mengiyakan perkataan Jeongin.
"Keluar dari tempat persembunyian lo, atau pedang tajam ini bakal mutusin kepala lo dari badan." ujar pria itu sambil mencoba bangkit.
"Buat apa lo urusin mereka, Lino sasaran lo udah di samping gue, Jisung."
"Bodohnya lo, cuma karena lo takut ketahuan, lo ngorbanin Lino!?"
"Bodohnya lo, cuma karena dongkol lo yang penyebab Woojin mati!?"
Keduanya saling menodong satu sama lain dengan emosi yang membludak.
"Dan lebih bodohnya, kalian berdua gak curiga bahwa gua yang mutilasi Woojin."
Kedua pria itu terbelalak kaget mendengar perkataan yang baru terlontar dari mulut Jisung. Felix bahkan langsung menjatuhkan pistolnya ketika mendengar itu.
"Jangan bilang, lo.. Lo juga yang bunuh Changbin!?" Felix berteriak frustasi.
"I'm not. Yang bunuh Bangchan bukan gua, hhh."
"Lo juga yang neror gua semalem!?" tuduh Felix.
"Eits, maap gua sibuk mecahin monitor dan teman-temannya di kamar Woojin semalem." sahut Jisung tertawa meremeh.
"Kurang ajar." umpat seseorang dari atas loteng yang sambil menonton santai pertunjukkan di bawahnya.
"I-itu gue." Lino bangkit dan langsung menancapkan pisau yang tadinya berada menancap di perutnya, kini tepat di punggung Bangchan.
"Bodohnya lo ngikutin iblis kaya dia, lo gak tau siapa yang naro bangke di kamar lo kan? Itu Jisung bego! Dia mau lo dan Woojin mati!" Lino mengambil alih pistol yang Bangchan pegang.
"Dan lo, apa gua harus bilang kalau sebelum Jisung bertindak lo yang buat mobil Woojin rem blank." Lino menarik kerah baju Felix dan menamparnya kencang.
"Lo yang cuma seorang hama, menempel dengan kain hitam berisi bangkai. Apa lo gak ngerasain posisi Seugmin yang kehilangan, wahai manusia yang busuknya melebihi bangkai dunia?" ucap Lino menatap Jisung yang masih tertawa meremeh.
"Oh, ini permainan lo semua?"
Jeongin menepuk dahinya, ia gagal mencegah Seugmin untuk ikut campur."Oh, ini sang pemilik boneka pengontrol emosi seorang Bangchan, yang ngebuat kakak lo dan Bangchan gak pernah akur?" sindir Jisung begitu menyekaknya.
"Maksudnya?"
Hyunjin belum merasa waktunya ia turun dari atas loteng, ia masih asik mendengarkan semua secara gamblang, meski ia yakin semua dari mereka akan baku hantam dengan sadis."Ayolah, akui aja, Min." Jisung tertawa meremeh.
"Itu karena segalanya Bangchan yang ngatur, lo semua egois, gak pernah hargain Woojin, lo semua pengandal Woojin! CAMKAN PARA ANJING! WOOJIN BUKAN BABU!"
DOORRR!
"Terlalu banyak omong kosong." Bangchan kembali bangkit, ia melepaskan pelurunya pada lampu bohlam yang menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dorm || Straykids [END]
Mistério / Suspense'Don't easily give trust to others.' Siapa yang tahu isi hati manusia? Punya niat buruk atau tidak? -Straykids- story by : Bertha Nanda