Berfikir sepanjang malam sampai pagi, mencari tahu siapa pemilik nomor inisial 'X' tersebut, Lino hanya berdiam diri sambil membaca ulang setiap chatnya tadi malam. Matanya langsung tertuju pada Bangchan yang baru saja keluar dari kamarnya.
Bangchan menyadari itu, ia langsung melihat Lino yang tengah menatapnya.
"Apa lo!?"
Lino hanya memutar bola matanya malas, dan kembali memfokuskan pada TV.
Hyunjin datang membawa boneka bebek berwarna kuning, dan langsung duduk di samping Lino, sumpah mukanya bener-bener imut kalo bangun tidur. Di tambah lagi ia menggeram-geram tidak jelas disamping Lino, kaya masih setengah ngantuk setengah sadar.
"Cuci muka, Jin."
Lino lupa bahwa Hyunjin semalaman tidak tidur, karena harus berjaga dan sekarang adalah jam waktunya ia tidur.
"Ngantuk ah, hmm." Hyunjin sudah memejamkan matanya rapat-rapat sambil memeluk boneka bebeknya itu disamping Lino.
Lino tidak sengaja melihat ponsel Hyunjin yang menyala disampingnya, ia mengambil ponsel Hyunjin dan menempelkan jari Hyunjin pada layar.
Sukses. Lino harus mencari tahu siapa pelakunya, Lino membuka aplikasi sosmed yang Hyunjin pakai, dan mencoba mencari kontaknya sendiri. Tapi nihil, pesan terakhirnya pun sama seperti yang ada di ponselnya sendiri.
"Bukan dia pelakunya." gumamnya pelan.
Lino berdecak kesal sendiri, ini hanya prank atau memang sebuah ancaman? Iya tidak mengerti.
"Lin,"
Sontak Lino menggepit ponsel Hyunjin di sela pahanya, ia terkejut dengan kedatangan Jeongin yang entah kapan sudah berada dibelakangnya.
"Lu kalo jalan bersuara kek, ngagetin bego!" kesal Lino.
"Dih, pake hak ketek ketok gitu? Ogah!" Jeongin melompat dari belakang dan kedepan dengan ayunan badannya kini ia sudah berada di samping Lino tepat dan langsung menyengir lebar, menyombongkan diri karena bisa melakukan hal itu.
"Nyengir tah kos kuda sia, goblok sia bengeut Hyunjin tah ka injek keur suku sia!" (Nyengir lu kek kuda, goblok lu itu muka Hyunjin ke injek kaki lo!).
Kampret ya emang belagaan makan korban."Idih hampura atuh akang," (Dih maap atuh bang,) sahut Jeongin sambil menjauhkan kakinya dari pipi Hyunjin, yang masih tertidur lelap.
Jeongin dan Lino udah kebiasaan kalo ribut kadang pake bahasa Sunda, logat Bandungnya keluar, mon maap ni emang dari kampung ke kota ma.
"Ngin,"
"Naon?" (Apa?)
"Sia nu makean nomor 'X' enteu?" (Lu yang make nomor 'X' nggak?"
"Enteu ah, masih nomor lama, dah." (Enggak ah,..)
Lino mengangguk dan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Nonton yu," Felix turun dari kamarnya dan keruang tengah dengan hoodie army dan jeans hitam."Endgame bukan? Kalo hantu gua ogah," sahut Seugmin yang keluar dari dapur.
"Iyalah, mau gak?"
"Ikut dong," sahut Seugmin cepat.
"BACOT!" Oke, Hyunjin mengamuk.
"Pindah kamar geh, tidur tu di kamar gua." sahut Lino yang menepuk pundak Hyunjin.
Hyunjin membuka matanya dan melihat Felix yang rapih berada disampingnya.
"Mau kemana lo?""Nonton Endgame."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dorm || Straykids [END]
Mystery / Thriller'Don't easily give trust to others.' Siapa yang tahu isi hati manusia? Punya niat buruk atau tidak? -Straykids- story by : Bertha Nanda