[2] Target?

14.4K 2K 829
                                        

Apa yang terjadi pagi tadi membuat semua orang berfikir keras, Bangchan terpaksa membereskan bangkai dan mengepel sampai mengecat ulang kamarnya.

Di tengah-tengah kesibukannya sedang mengecat, ada yang memperhatikannya dengan senyum sumringah kemenangan, ia menyukai Bangchan yang tersiksa dan kesulitan.
Sangat menyukai itu.

"Hyunjin, lo ngapain di situ?"

"Ha?"

"Ngapain lo di sana?"

"Nyari gunting gua Chan, liat gak lo?"
Hyunjin menunduk ke kolong meja.

"Kagak,"

Hyunjin masuk ke kamar Bangchan yang memperhatikan ancaman-ancaman yang tertulis di sana, ia mengerenyit heran.

"Siapa ya Chan yang ngelakuin ini?" Hyunjin bingung, dan duduk di kasur Bangchan sambil memperhatikan Bangchan yang sedang mengecat.

"Gak tau gua juga, dendam banget kayanya."

Tulisan terbesar yang Hyunjin lihat adalah 'I want you dead, now!'. Ia mendadak sulit menelan ludah, dan otaknya masih berfikir keras.

"Lo semalem ngunci kamar gak?" tanya Hyunjin.

"Ngunci lah,"

Hyunjin membuka gordeng yang ada di sampingnya,
"Chan,"

"Apaan?"

"Emm.. Kayanya si pelaku bobol jendela lo."

Bangchan yang sedang mengecatpun langsung membalikan badannya dan betapa terkejutnya ia melihat jendela kamarnya terbuka lebar.

"Anjir!"

Bangchan pun berlari keluar, di susuli Hyunjin dari belakang.
























"Apa si lo, ngagetin aja suruh ngumpul segala!" Lino datang dengan membawa piring makanannya.

"Nah ini! Gua mau nanya sama lo!"

"Apaan?" Lino duduk dengan piring yang ia pangku.

"Lo semalem keluarkan karena gua usir?"

Semuanya mengerenyit heran, ya memang benar Lino keluar saat Bangchan menyuruhnya keluar.

"Ya, terus?"

"Ya juga, terus lo kapan masuknya? Semalem gua nyari lo gak ada di luar." Sahut Changbin.

"Oh itu, gua semalem abis telfonan sama Jihyo langsung ke garasi, masuk lewat situ, kan kamar gua lebih deket di sana." sahutnya santai.

"Beneran?" Bangchan memastikan.

"Serius dah," Lino melanjutkan kunyahannya.

"Jadi bukan lo yang nyusup kamar gua, lewat jendela kan?"

Ukhuk!

"Bu-bukan lah! Apa sih lo, kenapa jadi pada neting ama gue?!" Lino pergi begitu saja, muak. Semua orang hanya mengganggu ketenangannya.

"Btw, Woojin mana?" Jeongin memutar badannya menatap teman-temannya itu.

"Lah iya, tu orang kemana dari pagi gak ada." sahut Jisung.

"Ciyailah nyariin gua ya lo pada, kangen? haha," Woojin datang dengan membawa banyak bungkusan plastik.

"Dari mana aja lo?" Semprot Changbin.

"Pasar, nih!" Ia menunjukan dua tangannya yang menenteng banyak bungkusan.

"Kapan keluarnya?" Bangchan kini bersuara.

"Pagi tadi, subuhan. Emang kenapa si? Kok pada serius amat?" Woojin pergi melewati orang-orang yang menatapnya dengan tatapan bermacam-macam.













*













Hyunjin dan Woojin kini sedang bertugas di dapur, untuk menyiapkan makan malam mereka semua.

"Jadi, bukan berarti lo nuduh gua kan, Jin?" tanya Woojin memastikan.

"Ya enggak, cuma heran aja pada gak ngedenger atau ngeliat lo keluar." Hyunjin mencoba menjelaskan.

"Sumpah deh bukan gua pelakunya." Woojin meyakinkan Hyunjin yang membalas dengan acungan jempol.




"Iyalah, karena gua pelakunya, hhh."









"Jin, pisau buat yang panjang mana?" Woojin bingung pasalnya pisau di rumah ada enam dan tinggal empat.

"Tadi yang di bawa Jeongin, tanya dia deh."

"Dih itu ma tu, di cucian piring yang kotor, yang satunya mana?"

"Bukannya semalem, lo pakek buat motong buah, Jin?" Jeongin datang dengan membawa sembilan piring yang sudah bersih.

"Itu ma pisau buah, kan emang sama, gua sengaja belinya sama, suka sama warnanya." sahut Hyunjin santai.

"Lah terus kemana?"



Tanpa mereka sadari ada orang yang tertawa renyah, dengan tangan yang menggenggam kuat benda tajam dan mengkilat.

"Untuk mangsa malam ini. Hahah.."
















"Ayo makan!"

Changbin melihat makanan yang sudah tersedia di atas meja dan melihat belum ada minuman di atas meja.

"Minum mana? Kalo kesedek mati kan berabe,"

"Oh ya lupa," sahut Jeongin.

"Udah gua aja." Sahut Bangchan.

"Ikut Chan, mau bikin jus gua." Jisung membuntut.

"Chan," Jisung menggeser blendernya agar ia bisa lebih dekat dengan Bangchan.

"Hm,"

"Menurut lu siapa yang ngelakuin itu?"

Bangchan menengok sebentar dan tertawa renyah, "Lu kali,"

Jisung tertawa, "Ngigo lo."

"Gua gak tau siapa, yang jelas gua masih belum bisa nyurigain satu orang." sahut Bangchan.

"Ya hati-hati aja," sahut Jisung lagi.

"Hati-hati?"

"Kadang orang terdekat bisa jadi bangsat," Jisung menepuk pundak Bangchan dan pergi begitu saja.

Sedangkan Bangchan hanya mengedikkan bahunya, dan membawa gelas-gelas yang sudah ia isi jus.

Dan tanpa Bangchan sadari ada seseorang yang mengintip dari jendela kamar di samping dapur, yang terus memerhatikan gerak-gerik Bangchan.










"Harusnya Seugmin yang ngatur semua orang. Dan bukan lo yang sok berkuasa!"

Dorm || Straykids [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang