[4] Saling curiga

11.4K 1.7K 444
                                    

Seugmin melemas ketika mendengar kakaknya yang sudah tewas dengan keadaan mengenaskan, jika saja Seugmin berani mendekat saat itu, namun rasa trauma di masa lalunya terlalu menghantui dirinya, sehingga ia takut kegelapan.

"Woojin.. bangun..."

Hyunjin menepuk pundak Seugmin berusaha menenangkan temannya itu, begitu juga dengan Felix dan Jeongin yang menangis karena merasa kehilangan.

"Jin.. Bangun dong.. Gak ada lagi yang beresin rumah nanti Jin..." Seugmin mengguncangkan tubuh Woojin yang sudah terlelap tidur, dengan kedua matanya yang mengatup rapat.

"Jin.. Lu bilang mau balik lagi kemarin, lu bilang cuma ngambil lightring kok light nya ilang lu ngikut ilang..." Jeongin menangis dan mencoba menghibur dengan kata-kata garingnya tersebut.

"Udah, kita harus otopsi dulu mayat Woojin, sebelum malah ngebusuk dan bau."










Setelah Jisung ikut bersama polisi, Hyunjin diam dengan ribuan pertanyaan, begitu juga dengan yang lain, saling membisu.

"Jujur sama gua, ada rasa benci di antara kalian?" Hyunjin menatap kedelapan temannya dengan serius.

Yang lain hanya diam, sedangkan bagaimana Hyunjin akan menjawab ribuan pertanyaan di kepalanya.

"Siapa yang ngerasa sakit hati sama sikap Woojin? Jujur," Hyunjin mencoba kembali.

"JUJUR SAMA GUE! JANGAN ADA YANG BANGSAT!" Hyunjin sudah lepas kontrol, ia sangat kesal.

"Jin, jangan gini.." Jeongin menepuk pundak Hyunjin, yang frustasi menggusar wajahnya kasar.

"Motif pembunuhan ini, terancang. Dari ancaman di kamar Chan, dan sekarang Woojin. Dan gua yakin, pelakunya sama,"

"Udah, hari ini kita istirahat dulu, waktu tidur kita di sita dari semalem, ini udah jam 10 pagi, tutup mata lo semua, jangan sampai kecapean, sore nanti baru kita bahas lagi." Bangchan masuk kembali kekamar dan menutupnya rapat-rapat, dan yang lain menyetujui perkataan Bangchan.

Sedangkan yang lain, menyetujui perkataan Bangchan, dan langsung pergi meninggalkan Hyunjin satu persatu.

Tinggal tersisa Felix yang terlihat memucat, dan tampak berfikir keras.

"Lo gak masuk?"

Felix masih diam.

"Heh, lo kenapa si? Was was amat," Hyunjin mulai mencurigai Felix.

"Enggak, gu-gua kuliah dulu ya, jaga rumah." Felix mengambil tasnya dan pergi begitu saja, tidak memperdulikan Hyunjin yang menatapnya dari belakang semakin tajam.









"Ngin, gak mungkin kalo di begal ma, kan mobilnya nabrak Palem." Seugmin mencoba mencerna setiap kata yang Jeongin ceritakan.

"Gua juga mikir begitu, cuma ya kita gak tau siapa pelakunya,"

"Mungkin gak si orang dalem?" Seugmin mencoba menebak.

"Gua mikir gitu sih, tapi siapa yang mau di tuduh? Gak bisa mihak sendiri dong,"

"Lino?"

"Kenapa Lino?" Jeongin mengerenyit.

"Dia dari kemarin malem gak selalu aktif ngumpul sama kita,"

"Jangan neting ah, Hyunjin lagi nyari tau kok siapa pembunuhnya,"

Klek,

Jisung membuka pintu kamar Seugmin sambil membawa nampan yang berisi makanan dan segelas minuman.
"Makan gih, lo berdua belum makan kan?" Jeongin dan Seugmin mengangguk dan langsung menyambar mangkuk yang Jisung bawa.

Dorm || Straykids [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang