15.5K 2K 133
                                    

Hari ini pertemuan ekskul basket.

HEHE mampus gue.

Padahal gue baru bisa bernapas lega karena satu minggu ke belakang, gue mulai jarang ngeliat Mark dan kesayangannya. Eh sekarang, mau gak mau, gue harus ketemu dia.

Ya, tapi kalo ditanya perihal kangen, ya kangen sih. Apalagi kan sebelumnya gue ketemu dia nyaris setiap hari. Chat pun gak pernah sepi.

Tapi itu dulu. Sekarang ya beda cerita. Gue udah bukan siapa-siapanya dia, dan begitu juga sebaliknya.

Yha, galau.

Sebenernya juga gue maunya bolos, tapi Kak Rose keburu ngomelin gue panjang lebar sampe telinga gue pengang. Katanya, kali ini, seluruh anggota ekstrakurikuler bakal diseleksi untuk ikut lomba yang akan diadakan tiga bulan lagi, karena itu gue gak boleh bolos.

Sebenernya, hal kayak seleksi gini gak biasanya dilakukan sama kakak pembina ekstra gue. Dia yang ngelatih tim setiap hari, udah pasti taulah mana yang cocok untuk ikut lomba dan mana yang enggak.

Sayangnya, banyak anggota potensial yang mengundurkan diri. Dan nyaris semuanya dari kelas tiga, jadi jelas kakak pembina gue gak bisa maksa.

Kakak kelas yang tersisa—dan udah kepilih juga—cuma tinggal Kak Rose, Kak Lisa, sama Kak Chaeyeon. Ada juga beberapa kakak kelas cowok kayak Kak Mingyu sama Kak Jaehyun. Ya gitu, emang kebanyakan anak basket tuh berparas ibarat serbuk berlian semua. Makanya kalau ada anak yang bolos ekstrakurikuler, biasanya pada melipir ke sini, buat cuci mata katanya.

Ralat. Semua anak basket emang punya visual luar biasa, tapi gue adalah satu pengecualian. Gak ada yang menarik dari gue, dan alasan gue ikut basket juga karena gue gak punya banyak pilihan mengingat ability gue sangat-amat terbatas.

Begitu sampai di lapangan, kita langsung di suruh pemanasan dan lari keliling lapangan, dilanjut sama latihan fisik. Setelah itu, kakak pembina gue membagi tim jadi dua. Tim yang isinya anak-anak cewek, dan tim yang isinya anak-anak cowok. Dengan seenak udel, dia nyuruh kita untuk mulai babak pertama.

Terus terang gue rasanya mau marah-marah. Yakali gue yang mungil kecil ini kudu lawan anak cowok berbadan atletis dan tenaganya udah kayak banteng? Jangankan mikirin strategi, napas aja susah.

Mana di tim cowok ada Mark. Kampret bangetlah.

Dengan napas terengah-engah, gue berdiri di belakang satu anak cowok, terus berkali-kali mengangkat tangan ke atas, meminta teman satu tim gue buat nge-pass bolanya ke gue. Ada celah kecil yang bisa gue lewatin untuk mutus pertahanan tim lawan, syukur-syukur gue bisa masukin bola.

Tapi konsen gue seketika buyar, begitu mata gue tanpa sengaja melihat Kesha yang nggak tau datang darimana, langsung berjalan ke pinggir lapangan dengan senyum manis andalannya. Terus dia heboh meneriakkan nama Mark dari sana.

"Anjing!".

Gue mekik keras ketika bola basket mengenai kepala gue tanpa aba-aba. Tubuh gue jatuh, tapi sempat ditahan tangan gue yang refleks numpu.

"Ran!" semua pemain ngerubungi gue. "Gak apa-apa?" gue menengadahkan kepala, berusaha mengidentifikasi siapa yang bertanya, tapi gak bisa. Kepala gue pusing banget.

"Gak kok," bohong, jelas bohong. Rasanya ini kepala gue mau pecah saking pusingnya. Cuma, mengingat eksistensi Mark dan sahabat tersayangnya di sini, gue gak mau kelihatan lemah.

"Beneran?" suara lain bertanya, meyakinkan. "Iya elah," jawab gue sekenanya, lalu mencoba berdiri. Gue sempat limbung, sebelum dari hidung gue tiba-tiba meluncur darah. "He?" gue bingung sendiri. "Udah-udah! Istirahat aja sana!" tegas pembina gue, memerintahkan gue untuk duduk.

Gue ngangguk pelan, lalu berjalan menuju ke arah bangku pemain cadangan.

Tapi mendadak, kepala gue seolah berputar dan kaki gue gak mampu lagi menahan beban tubuh gue.

Dan segala ingatan gue saat itu, berhenti disana.

((🍀))

Kayaknya gue harus meminimalisir kebiasaan gue baca wetped dan webtoon untuk mengurangi kadar kehaluan serta meningkatkan kerasionalan otak yang kewarasannya sendiri udah setipis tisu.

Saat gue bangun, bayang-bayang kalau bakal ditemani sama cogan atau kakel keren terpaksa harus sirna. Gue gak mendapati cogan pun kakel yang dengan baik hati menemani gue sampai sadar.

Alih-alih, gue malah dihadapkan sama pembina gue yang gak pake bismillah langsung ngomel panjang lebar. Dari masalah gue harus hati-hati, sampai masalah pola makan. Gak ngerti kenapa bisa jadi pola makan, suka-suka dia aja pokoknya.

Tentu gue cuma bisa mengamini, kepala gue udah terlalu pening buat ribut sama dia.

Tanpa sengaja, manik gue menangkap siluet Shuhua di luar UKS. Kontan, gue mengernyit, ingat sesuatu. "Bentar, Mas. Tadi yang gendong saya kesini, Mas bukan?" sela gue.

"Bukan," jawabnya, ketus abis karena ceramahnya mendadak gue potong. Gue mengerutkan dahi, bingung sendiri. "Terus siapa dong? Kakak kelas? Apa adik kelas?" tanya gue. "Oh, Shuhua ya?".

Kakak pembina gue langsung berdecak.

"Si Marki, lah!".

Gue, yang gak mengira nama itu bakal keluar dari bilah kakak pembina gue, cuma bisa nahan diri biar gak kelepasan ngumpat.


——
A/N (2019):
pendeq ya? iyala.
disesuaikan sama aq yang
juga pendeq

A/N (2021)
ude gue panjangin y sm-sm.

BREAK UP - mark lee :: ( ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang