18.2K 2K 27
                                    

Gue telepon Shuhua, berusaha sekuat tenaga buat nahan suara gue yang bergetar hebat. Tapi belum selesai gue mengucap kalimat, pertahanan gue keburu runtuh. Gue menangis tanpa diperintah, dan gue bisa dengar nada panik Shuhua setelah tangis gue pecah. Dia langsung memutus panggilan, sementara gue berusaha menghentikan air mata.

Gue ngerasa payah. Payah banget.

Mark bisa pergi gitu aja, ninggalin gue tanpa perlu repot-repot nangis dan basahin pipi. Jangankan itu, dia suaranya sama sekali gak bergetar waktu bilang mau putus dari gue.

Dia bisa.

Kenapa gue enggak? Kenapa gue enggak bisa berlagak everything is fine, sementara dia bisa?

Tangis gue belum usai, tapi Shuhua udah keburu masuk. Dia langsung datang, meluk gue erat. Dia nepuk-nepuk bahu gue, dan gue menggigit bibir.

"G-gue gak apa-apa, Sha..." ucap gue susah payah. Shuhua gak membalas, dia mengeratkan peluknya. "Gak ada yang maksa lo untuk gak kenapa-kenapa diposisi kayak gini. Cry if you want to, Ran. Gue disini," katanya.

Kontan, gue nangis makin keras. Seolah gak peduli soal eksistensi Renjun dan Jeno di depan sana. Gue cuma bisa nangis sampai rasanya mata gue sakit.

Gue baru merasa agak baikan beberapa menit kemudian. Shuhua mengeratkan pegangan di bahu gue, dan menemani gue menuju toilet untuk cuci muka sekalian dia mau beli air minum.

Saat Shuhua pamit ke kantin, gue menatapi kembali pantulan diri gue di cermin. Mungkin... gue emang seenggak worth-it itu untuk disukai. Kalo dilihat lagi, apa yang bagus dari gue?

Bukannya heran kalo Mark malah naksir gue?

"Gue.... emang setolol itu ternyata," bisik gue miris. Bahu gue kembali bergetar dan mata gue kembali panas. Gue baru mau nangis lagi ketika pintu kamar mandi mendadak terbuka, dan Shuhua ada di sana.

Gue menunduk, nangis di depan Shuhua adalah hal terakhir yang pengen gue lakukan. Anomali, hal itu malah terjadi hari ini.

Bikin sahabat gue khawatir setengah mati, hal yang haram hukumnya bagi gue.

"Sha... maaf ya. Maaf gue goblok banget, padahal lo bisa temenan sama orang yang berkali-kali lipat lebih baik dari gue, tapi lo malah milih temenan sama gue," gue berucap pelan.

"Gue goblok banget gak sih, mikir sosok kayak Mark bakalan suka sama gue?".

Shuhua gak menjawab, dia langsung menghampiri gue dan meluk gue sekali lagi. Gue juga... menangis untuk yang kedua kali di bahunya.

"You deserve someone better, Ran,".

((🍀))

Hari udah malam, dan Mbak Seulgi udah beres dari kampusnya. Tapi gue belum siap untuk cerita ke dia. Padahal, kalau gue cerita dan Mbak Seulgi tau segalanya, mungkin semuanya bakal lebih mudah buat gue.

Not to mention, Mbak Seulgi itu jago bela diri. Bogeman dia itu gak bisa dianggap main-main.

Dan seandainya gue cerita, mungkin malam ini juga Mbak Seulgi bakal datengin rumahnya Mark dan nabok dia bolak-balik.

Gue ngerti, kelihatannya itu pantes banget buat dia. Gue juga gak mau munafik, gue greget pengen nabok dia.

Tapi... apa pantes?

Hubungan gue sama dia, berakhir karena kita sama-sama setuju, kan? Not like he dumped me or something.

Mark ngajak putus, dan gue setuju. Jadi masalahnya dimana?

Enggak ada.

Enggak ada masalah sebenernya. Bisa dibilang, kami putus secara baik-baik. Ninggalin sebuah hubungan yang udah dibangun sepenuh hati, pasti ninggalin luka kan? Jadi wajar aja kalau gue sedih dan patah hati.

Not his faults, nor mine.

Tapi masih ada yang mengganjal untuk gue. Masih ada hal yang perlu gue lunasi, untuk diri gue sendiri. Ada kalimat... yang gak sempet gue ucapin tadi.

Akhirnya, dengan segala ketetapan hati, gue memutuskan buat buka roomchat dengan Mark Lee. Setelahnya, tangan gue bergerak diatas layar ponsel, mengetik sederet kalimat untuk si Lee.

Mark

Hei|

Maaf kalau gue ganggu dengan
chat lo lagi|

Gue cuma mau menuntaskan segalanya|

Mark, jujur aja. Tadi gue gak berniat mengakhiri hubungan dengan lo|

Gue merasa... masalah kita masih bisa diperbaiki|
Mungkin cuma butuh sedikit komunikasi|

Tapi melihat lo udah yakin dengan
keputusan lo, dan gue sendiri masih ragu
ngucapinnya|

Gue mengiyakan apa mau lo|

Sori kalau gue nge-distrub lo|

Maaf ya, kalau chat ini bikin lo terbebani|
But, as you did, gue pun ingin mengakhiri segalanya dengan baik, bukan hanya dengan lo|

Tapi juga untuk diri gue sendiri|

Dengan ini, hubungan gue dan Mark dinyatakan tuntas.

——

A/N (2019):
gaes, aq mo ukk neh.
diusahain update tapi gak janji :")
btw tenang ae ini udah di draft
sampe abis oq.

BREAK UP - mark lee :: ( ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang