...•oOo•...Panasnya cuaca hari ini, membuatku memutuskan untuk membeli sebuah payung ditoko pinggir jalan.
Hari ini Zizi kekeuh mengajakku untuk menemaninya berkelana, dalam artian 'mencari objek poto yang menarik'. Aku sudah menolak dengan halus ajakannya dan memberi alasan bahwa menelusuri dimalam hari lebih menyenangkan, dan tak harus kepanasan seperti ini.
"Zi, pulang yuk. Udah mau masuk waktu Dzuhur" entah kenapa akhir-akhir ini cuaca sangat panas menyegat.
"Bentar Ga" Zizi masih berjalan pelan menyusuri trotoar, sesekali membidik sesuatu yang menurut gadis itu menarik dengan DSLR yang ia genggam.
Cekrek cekrek.
Aku terkesiap ketika menyadari Zizi berhasil mengarahkan dan membidik Kameranya kearahku.
"Mantap, Ga. Ekspresi muka lo bagus banget. Mirip orang kesasar. Haha" Zizi tertawa setelah melihat hasil jepretannya.
"Gak lucu Zi. Hapus gak poto gue?"
"Engga mauuu"
"Zi, Hapus Zi"
"Apaan sih Ga, potonya geh bagus. Haha"
Tiba-tiba ponselku berdering dan muncul nama sahabatku, Naina. Ketika hendak menggeser tombol hijau, Ponsel itu sudah beralih tangan.
Ya, Zizi merebutnya.
"Hallo, Naina kecil uwu" Zizi sumringah mengangkat panggilan dari sahabatnya.
"Zizi? Kok elo sih? Ega mana?"
"ada, ini disebelah gue lagi manyun"
"Loh, kenapa?"
"ngambek dicuekin mamas rujak cingur. Haha"
"eh seriusan?" suara Naina terdengar penasaran.
"Ih apaan sih Zi. Engga Nai, bohong" Sahutku.
"Woy, Ga. Gue mau ngomong dong sama lo. Zi, kasihin teleponnya sama Ega" merasa sadar diri akhirnya Zizi mengembalikan ponselku.
"Assalamualaikum, Nai"
"Waalaikumsalam. Gimana kabar lo disana Ega lop?"
"Alhamdulillah Nai, baik"
"lo gak nanyain kabar gue, Nai?" Sahut Zizi yang duduk disebelahku. Walau matanya fokus melihat hasil jepretannya, namun ternyata telinganya pun fokus mendengarkan.
"Lo mah selalu baik Zi. Terakhir kali gue tanyain kabar lo setelah Jatuh dari tangga waktu benerin lampu dirumah gue aja lo bilang baik, padahal lengan lo keseleo"
"eh buset, Inget aja lo. Jadi malu, Haha" aku memerhatikan Zizi yang sedang tertawa, sedangkan aku hanya menahan tawaku agar tidak pecah.
"Eh! Gak usah ikutan ketawa lo buk ustazah! Dosa, inget!" Zizi menjulurkan tangannya ke hadapanku agar tidak tertawa.
"Haha.. Galak nian mahasiswi abadi ini"
"Gimana Ga sama urusan lo? Udah ketemu sama sahabat bunda lo?" ucap Naina lagi.
"Loh, kok lo tahu?" Aku melirik Zizi meminta penjelasan. Bisa saja gadis disebelahku ini yang memberitahu Naina.
"Bukan gue ya" Zizi menjawab dengan sewot.
"Bukan Zi kok yang ngasih tahu gue. Tapi mbak Ayu. Lo berdua juga kenapa gak mau ngasih tahu gue?"
"Hm Maaf Nai, gue gak mau ngerepotin lo. Udah cukup gue ngerepotin Zizi aja"
" Zizi mah baek yaa, jadi mana mungkin ngerasa direpotin. yakan Zi?? Jadi gimana? Udah ketemu?"
"Udah kok. Orangnya-"
"Nai! Pokoknya lo kumpulin duit dari sekarang! Salah satu dari kita ada yang otw merrid"
"Apasih Zi"
"loh siapa yang mau merrid? Ega? Ga, lo beneran otw merrid? Sama siapa? Lo sebenernya ke Surabaya ngapain? Nyampein surat atau nyamperin calon suami?" beginilah respon Naina jika mendengar sesuatu yang mengejutkan baginya. aku bingung harus menjawab apa dan dari mana menjelaskan kepada Naina.
"Aduh Nai, gue gak ngerti harus cerita dari mana. Panjang kalau diceritain lewat telepon begini"
"Jadi bener, lo mau merrid?"
"Antara ya dan tidak" Ega mengedikkan bahunya.
"Aduh Ga, gemes deh gue sama lo. Ditanyain jawabnya gak jelas. Zizi lop!"
"Ya. Apa Nai-ku?" Sahut Zizi.
"Pokoknya lo kudu kabarin gue kalau ada hal mengejutkan yang sahabat lo itu lakuin" Zizi menatapku meminta persetujuan.
"Gak janji,Nai"
"Ah. Lo berdua-"
"Gue sibuk Nai, banyak yang mau gue abadiin di sini. Lo bisa tanya sama Ega, gue siang malem ngapain aja disini"
"Ok, Fix. Pokoknya setelah lo berdua pulang dari Surabaya, harus cerita sama gue, Semuanya."
Tut. Terdengar suara sambungan terputus.
"Sahabat lo ini Ga. Nyesel gue ember ke dia kalau ujungnya gue juga yang dipojokin" Ucap Zizi.
"Lo juga aneh, udah tau Naina orangnya kepo-an malah lo kasih kabar begitu"
"Ah, udah yuk. Kita cari masjid deket-deket sini selesai shalat kita lanjut jelajah lagi" Zizi melepaskan tali kamera yang menggantung dilehernya.
Akupun segera beranjak dan berjalan disebelahnya. Lagi-lagi aku teringat perihal perjodohan.
Oke tenang, Ga. Tenang. Masih ada 2 malam lagi untuk memutuskan. Ucapku dalam hati.
...•oOo•...
Agustus'19
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Tak Diinginkan ✔
Romance"Ma, ada apa memanggilku?" suara bariton terdengar membuat Ega mendongakkan kepalanya. "Bawa istrimu ke kamar" "Ayo" Azet mengulurkan tangannya kepada Ega. Setelah uluran tangannya diterima, Azet hendak berjalan sampai akhirnya sang Mama kembali...