8.

372 17 0
                                    


...•oOo•...

Ega POV

Setelah tempo hari datang ke kediaman tante Yashinta, 3 hari kemudian aku dan Zizi bertandang kembali memenuhi undangan makan malam serta ingin membicarakan kembali surat peninggalan bunda.

Malam ini, aku mengenakan setelas gamis berwarna baby pink. Sedangkan Zizi, ia mengenakan kaos polos panjang dengan celana jeans.

"hm, tante. Ini yang makan cuma kita bertiga aja?" Zizi membuka suara saat hanya ada aku, ia dan tante Yashinta yang berkumpul diruang makan.

"Oh ya engga dong. Nanti ya, tante panggilkan mereka dulu. Mereka memang begitu, sukanya ndekem dikamar. Kalau dipanggil keluar baru deh keluar" Tante Yashinta pergi meninggalkan kami.

"Kira-kira mereka lagi ngapain ya Ga dikamar?"

"Astaghfirullahaladzim, Zi. Jaga omongannya ih"

"iya-iya bu ustadzahhh... Kan gue kepo gitu"

"kepo yang engga-engga itu gak baik"

"Uh, siyap captain!"

"Nah ini mereka, ayo sayang dimakan" Tante Yashinta kembali bersama sepasang anak manusia.

Farah duduk diseberang aku dan Zizi, tepat didepan Zizi. Sedangkan disebelah Farah tepat didepanku duduklah pria tadi, yang aku dan Zizi simpulkan sebagai suami Farah.

"Sugar, tolong isiin piring mas"

"tuh kan. Aku lagi"

"Ayolah, Sugar" aku melirik pria diseberang sana yang sedang merajuk pada Farah.

Lagi-lagi pemandangan seperti ini. Entah akan jadi sepanjang apa respon Zizi nantinya jika melihat interaksi kedua sejoli ini.

Apakah pria ini tidak malu? Atau.. Pria ini memang sangat manja kepada istrinya?

"Ambil sendirilah, mas" Farah menggerutu karena tingkah pria itu.

Ooh jadi Farah ngambek.

"Nih" aku kembali memerhatikan Farah yang sudah meletakkan piring yang sudah terisi penuh ke hadapan pria tadi.

"thankyou, sugar"

Dari mulai makan, aku hanya banyak diam mendengarkan tante Yashinta yang bercerita masa-masa remajanya dengan bunda.

"Dulu kami selalu dikira anak kembar, karena selain memiliki postur tubuh yang hampir sama, banyak yang bilang kalau muka kami mirip. Padahal jelas-jelas kami gak ada hubungan keluarga sama sekali"

"Sampai akhirnya, suatu ketika Diandra berkata jika nanti ia punya anak yang jenis kelaminnya beda sama anak tante bakal dijodohin supaya hubungan kami gak terputus. Tante tau itu cuma iseng-iseng aja, tapi setelah beberapa tahun tante tau bundamu punya anak perempuan, tante segera mengirimkan surat kepada Diandra mengenai perjodohan itu. Namun gagal, karena ternyata Diandra tidak ingin perjodohan itu. Keputusan itu membuat tante pribadi merasa sedih, namun tante tidak ingin menanyakan perihal Diandra menolak rencana tersebut, dan beberapa tahun kemudian Diandra memberitahu bahwa anak perempuannya telah menikah"

"jujur, awalnya tante ragu ketika kamu mengaku sebagai putrinya. Karena setahu tante, bundamu divonis dokter tidak bisa hamil lagi karena kondisi rahim bundamu sangat lemah. Namun, setelah membaca surat yang kamu berikan tempo hari, sekarang tante mengerti"

"Aku pamit undur diri Ma, ada keperluan diluar" satu-satunya pria yang sedari tadi ada diantara kamipun memilih pergi.

Mungkin ia merasa bahwa ia memang tidak ada kaitannya dengan yang kami bahas.

Pernikahan Tak Diinginkan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang